Bagian 15. Kisah Di Kampus 1

49.4K 802 9
                                    

Kami berdua turun ke bawah, di sana aku bertemu dengan om Danang dan berpamitan untuk pulang, sebenarnya sih ada tawaran makan siang, tapi aku menolaknya. Om Danang menyelipkan sejumlah uang katanya untuk jajan, aku ucapkan terima kasih.

Sorenya aku memutuskan kembali ke kos an, aku berpamitan pada paman dan bibiku. Mereka memintaku untuk sering berkunjung dan aku mengiyakan. Mereka memberi ongkos serta membawa sedikit oleh-oleh lumayanlah he ... he ... !

Ketika diluar kompleks perumahan dan sedang menunggu bis yang akan membawaku pulang, tiba-tiba sebuah mobil berhenti disampingku aku terkejut dan agak memundurkan tubuhku. Jendela kaca terbuka, aku melihat seorang di dalam ternyata itu Aa Dodi yang tadi siang aku pijat, dia menawarkan untuk mengantarku pulang. Tak berfikir lama aku mengiyakan saja dan masuk ke dalam mobil.

Di mobil aku dan dia mengobrol ngaler ngidul, entah kenapa kami menjadi akrab. Malam mulai datang, aku bertanya mau kemana ? Dia menjawab mau bertemu temannya.

"A ... anu ...aku pengen tanya nih ?"

"Tanya apa ?" Dia melirik padaku, pada saat itu sedang menunggu lampu hijau karena lampu merah.

"Tentang yang tadi ..." aku agak ragu menanyakannya.

"Yang mana sih ?" Dia bingung. Aku menghela nafas.

"Pijat ++  ... itu apa ?" Dia menatapku tapi tidak langsung menjawab karena lampu sudah hijau.

"Oh ... itu ... ya, tukang pijat !"

"Lalu yang ++ itu ... bisa mijat apapun gitu ?" Tanyaku masih penasaran, dia mengangguk.

"Oh ... aku memang bisa pijat ++ ... kalau gitu mah !" Agak lega. Tapi ekpresinya aneh.

"Serius !" Menatapku tak percaya.

"Iya atuh A ... yang tadi dipijat teh biasa aja !" Aku menjelaskan segala kebisaan ku. Anehnya dia malah tertawa. Aku heran.

"A ... kok malah tertawa, Aa engga percaya ya ?"

"Percaya kok Sep, tapi bukan yang itu !"

"Lalu A ?"

"Seks !" Jawabnya singkat aku tertegun.

"Maksud Aa ... pijat + gituan ?" Dia mengangguk. aku terdiam, aku pernah begitu sama om Burhan.

"Tapi dibayar!" Tambahnya lagi.

"Kayak pelacur ?"

"Iya tapi kalau laki-laki disebut gigolo !"

"Aa pernah ?" Tanyaku, dia menatapku

"Maksud kamu ?"

"Maaf, kok Aa tahu banyak !"

"Tahu banyak, belum tentu pernah !" Katanya, mukanya merah.

"Maaf A ... !"

"Engga apa-apa kok !"

"Apa saya punya tampang seperti itu ?"

"Enggak sih cuman .. yang pasti telah salah sangka !"

"Oh ... !" Setelah itu tak ada pembicaraan apapun.

Akhirnya sampai juga, dia mengantarku tepat di depan kosanku, aku meminta maaf dan berterima kasih telah mengantar, A Dodi tidak keberatan dan langsung pergi. Aku masuk dan beristirahat.

-------

Keesokan paginya sebenarnya masih subuh aku bangun, aku kuliah agak siang tapi untuk mandi harus pagi-pagi karena harus nyuci baju, kalau urusan mandiri mah udah biasa he .. he ... ! Dari nyuci, setrika kadang-kadang masak juga tapi yang ringan misal masak mie sama nasi goreng yang lain belum bisa.

DASEP SI TUKANG PIJATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang