Bagian 58. WANGSIT 2 ! 3

17.2K 460 14
                                    

Shinta mamanya Irwan bukannya diam menunggu keputusan anaknya tentang masa depannya, tapi seperti biasa dia meminta seseorang untuk mengikuti apapun kegiatan Irwan. Pada akhirnya dia mengetahui semuanya termasuk hubungannya yang cukup tiba-tiba dengan seorang tukang pijat penyandang disabilitas bernama Jamal ! Maka dia pun menyelidiki latar belakang siapa sebenarnya dia.

Di kantornya dia kemudian menerima file dengan nama JAMALUDIN ADULRAHMAN didepannya Shinta sempat tertegun dia terdiam sesaat dia seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya. Perlahan di buka file itu dan dibacanya serta dilihat foto-foto yang terdapat didalamnya. Tangannya bergetar ketika mengambil foto sepasang suami istri ditangannya.

Raut mukanya berubah sedih sekali, tak terasa air matanya menetes tak tertahankan. Dia kemudian mengusap perlahan dengan tangannya air mata yang jatuh dipipinya. Di simpannya foto itu. Di sandarkan tubuhnya di kursi dan menarik nafas panjang. Setelah tenang dia kembali melanjutkan membaca file itu sampai selesai. Ditutupnya file itu mendadak raut mukanya memerah tangannya di kepalkan tanda kemarahan dalam dirinya.

Kemudian dia mengambil hp nya dan menelpon seseorang.

"Hallo ... aku ingin tahu lebih banyak lagi tentang file yang kamu berikan semuanya termasuk Perkebunan teh JAYA GIRI ! Secepatnya !" Perintah Shinta pada seseorang. Setelah itu dia menutup telponnya.

"Kurang ajar ! Aku tak menyangka semua terjadi seperti ini !" Ujar Shinta marah. Kemudian dia mengambil foto sepasang suami istri tadi, kembali raut wajahnya berubah, tangannya menyentuh foto itu dan diusapnya perlahan.

"Jangan khawatir, Andini dan kamu mas Abdul aku akan membalas semuanya !" Dan kemudian di ambilnya sebuah foto anak lelaki yang tampan, Shinta tersenyum.

"Ternyata dia itu anak kalian berdua ya ? Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, sebelum semua itu ... terjadi !" Shinta terdiam.

--------------

Irwan kelihatan bahagia sekali dia belum pernah merasakan hal ini sebelumnya, sangat berbeda ketika dia berpacaran dengan perempuan. Padahal kekasihnya sekarang adalah seorang lelaki yang sama sepertinya. Ada sesuatu yang hangat di dalam hatinya yang semula kosong.

Tak terasa sudah 1 bulan Irwan dan Jamal menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tapi ada memang perbedaannya ketika berkencan Irwan dulu bersama perempuan, biasanya mengajak makan, jalan-jalan dan menonton. Dengan Jamal terlihat tidak biasa seperti itu, masih ada rasa malu dalam diri Jamal ketika diajak Irwan berkencan. Irwan mengerti perasaan kekasihnya itu pertama karena tidak biasa, kedua ketika mereka makan direstoran semua orang menatap mereka dengan aneh sehingga Jamal merasa tidak nyaman dengan itu walau Irwan tidak perduli dengan orang lain atas sikap perhatiannya pada Jamal.

Tapi akhirnya Irwan harus menyesuaikan dengan kondisi Jamal, maka dia sesekali mengajak Jamal ke pantai atau ketempat out door asal tidak ke mall, makan di pinggir jalan yang tentu saja mencari yang enak, biasanya setelah menjemput Jamal dari yayasan atau dari tempat klien memijatnya. Dimanapun itu. Irwan tidak keberatan dengan profesi Jamal saat ini sebagai tukang pijat dia percaya sepenuhnya pada Jamal dia tidak pernah cemburu.

Irwan belum memberitahu pada mamanya Shinta atas hubungannya dengan Jamal, selain mamanya sibuk dengan berbagai kegiatan, dia harus menemukan waktu yang tepat untuk berbicara. Walau mamanya tidak keberatan dengan orientasinya tapi tetap saja akan ada syarat dan ketentuan siapa lelaki yang cocok untuk dirinya. Irwan mengenal siapa mamanya siapapun yang dekat dengan dirinya mamanya pasti lebih tahu terlebih dahulu dari dirinya sekalipun.

Kalaupun ia dan Jamal di tolak oleh mamanya dia sudah memikirkan segala resikonya. Irwan sudah siap kehilangan semuanya termasuk harta warisan, toh dia sekarang punya tabungan, rumah dan apartemen atas namanya dan dari hasil keringatnya sendiri, selain dari pendapatan dari gaji sebagai seorang direktur, dia memiliki saham di perusahaan dalam dan luar negeri. Sudah 3 tahun terakhir dia tidak berfoya-foya menghabiskan uangnya untuk keperluan yang tidak penting. Selain saham termasuk juga investasi kecil-kecilan yaitu sebuah cafe dan restoran bekerja sama dengan salah satu temannya.

Dirasa semua itu cukup baginya untuk menghidupi dia dan Jamal.

"Tok ... tok ... !" Terdengar pintu diketuk, Irwan sekarang sedang berada di kantornya.

"Masuk ... !" Seorang perempuan cantik masuk.

"Ada apa Ren ?" Tanya Irwan kepada sekretarisnya itu.

"Maaf mengganggu pak, ini ada laporan dari bos besar ... !" Ujar perempuan itu sambil menyerahkan sebuah file, Irwan tertegun tidak biasanya mamanya memberikan tugas secara rahasia, tapi bukan yang pertama kali jadi akhirnya diterima.

"Terima kasih Ren kamu boleh pergi !" Perintah Irwan dan sekretarisnya pun pergi.

Dibukanya file itu dia tertegun, dengan apa yang ada di file ia terdiam. Kenapa dia harus melakukan ini, kemudian Irwan memutuskan untul menelpon mamahnya.

"Hallo ... mba ? Mamah ada ini Irwan ingin berbicara ... oke !" Irwan pun menunggu dan tak lama dia mengobrol dengan mamanya. Irwan akhirnya mengerti walau belum sepenuhnya.

-----------

Tak terasa waktu terus berlalu, akhirnya Irwan berhasil melaksanakan tugasnya, dia sekarang duduk di kantor mamahnya, sementara dia sedang memeriksa laporan putranya.

"Bagus, kerjamu Wan !" Mamahnya tersenyum pada putranya.

"Mah, untuk apa sebenarnya semua ini ?" Tanya Irwan.

"Yah, untuk kamu lah dan ... !" Mamanya menatap Irwan.

"Dan siapa Ma ?" Tanya Irwan heran.

"Nanti saja, oh iya mamah pengen ngajak kamu makan malam ! Rasanya sudah lama tidak mengobrol lagi, bagaimana ?" Tanya Shinta pada Irwan.

"Ya sudah terserah mamah deh !" Jawab Irwan,

"Oke kalau begitu, kamu boleh bawa seseorang siapa saja ya ! Mamah mau ketemu klien dulu ! Nanti mamah telepon tentang waktunya !" Shinta bangun mengambil tasnya dan cipika cipiki dengan putranya itu dan pergi. Irwan menghela nafas sudah dapat diduga mamahnya sudah tahu tentang hubungannya dengan Jamal.

-----------

Suatu malam, Irwan dan Jamal dalam perjalanan menuju suatu tempat untuk memenuhi undangan makan malam mamahnya, dari tadi Jamal tampak gelisah, walau Irwan memberi semangat bahwa mamahnya baik. Irwan melirik tersenyum melihat Jamal kemudian dia menyetuh tangannya dengan lembut.

"Tenang saja sayang, tidak apa-apa !" Ujarnya walau tidak bisa dipungkiri hati Irwan deg-degan juga. Jamal mengangguk dan membalas sentuhan Irwan.

Tak terasa mereka telah sampai di tempat tujuan yaitu rumah Irwan dan Mamahnya sendiri. Shinta sendiri yang menyambut mereka dengan senyum mengembang. Irwan dan Jamal tertegun dengan sikap Shinta. Shinta langsung memeluk tubuh Jamal dengan erat.

"Apa kabar Jamal, maafkan tante baru tahu sekarang tentangmu ya !" Ujar Shinta sementara Jamal terdiam, begitu pun Irwan heran. Shinta melepas pelukan dan menyentuh wajahnya. Terlihat air matanya mulai mengalir lagi.

"Maaf kan tante Jamal !"

"Tante kenapa menangis ?" Jamal heran.

"Kamu ... persis ayah dan ibumu Jamal !" Shinta mengusap air mata yang tidak bisa di tahannya itu.

"Tante tahu ibu dan ayah saya ?" Jamal terkejut, termasuk Irwan.

"Tentu saja Jamal, mereka adalah ... sahabat terbaik tante !" Shinta menatap Jamal.

Bersambung ...

-------

Maaf, kalau ada salah dan typo ...

DASEP SI TUKANG PIJATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang