"Tok ... tok ... !" Terdengar suara ketukan di pintu."Bi ... coba lihat, sepertinya ada tamu !" Perintah Bibiku pada pembantunya.
"Baik Bu ... !" Jawab Bi Sum. Tak lama dia kembali. "Anu bu, pak RT ... !"
"Oh ... !" Bibiku bangun dan menuju ruang tamu, sementara aku hanpir selesai di memijit pamanku.
"Waduh, mengganggu nih, pak Hendi !" Aku melihat seorang lelaki berumur 40 tahunan perutnya agak gemuk. Berkumis tebal.
"Eh, pak Danang .. masuk, iya nih lagi dipijit ! Tapi sudah selesai kok !" Pamanku bangun memakai kaosnya.
"Siapa yang mijit pak ?" Tanyanya.
"Oh, ini keponakan saya, Dasep !" Sambil menunjukku, aku mengangguk.
"Oh ... !" Jawabnya sambil tersenyum.
"Ayo pak kita kedepan !" Kata pamanku diikuti oleh pak RT. Setelah itu aku bertanya pada bibiku apa mau di pijit, tapi nanti saja aku istirahat dulu katanya.
Aku menuju dapur, cuci tangan dan minum karena haus, setelah terbiasa memijit, aku sudah tidak terlalu banyak berkeringat seperti dulu. Kecuali pijatan tertentu. Setelah itu aku mengobrol dengan keponakanku sambil melihat televisi. Tak lama pak Danang pak RT pun pulang. Setelah itu bibiku bersiap untuk dipijat olehku. Aku memang bisa memijat siapa saja. Yang penting ilmunya sudah aku kuasai.
Tak lama bibi datang sambil menggunakan sarung dan berbaring ditempat yang tadi suaminya dipijit hanya sekarang menggunakan tambahan kasur karpet supaya lebih empuk. Untuk memijit perempuan agak sedikit berbeda dengan laki-laki, untuk perempuan tidak semua urat dipijit, kecuali kaki dan tangan saja. Karena biasanya perempuan tidak terlalu menggunakan tenaga banyak seperti lelaki. Harus lebih lembut lagi. Ketika memijat aku seperti diawasi oleh pamanku tapi aku kan tidak tertarik pada perempuan, seseksi apapun itu 😊.
Aku mulai memijat dan menggunakan minyak yang berbeda dengan yang di gunakan pada pamanku, agak sedikit harum baunya. Dalam memijat aku tidak terlalu banyak menggunakan minyak cukup 1 atau 2 kali saja dioleskan ke tangan bukan ke tubuh pasien.
Karena memijat perempuan dan biasa saja, jadi tidak terasa capek dan berkeringat. Tapi tadi beberapa kali bibiku agak meringis kesakitan itu karena beberapa penyakit yang aku deteksi ketika memijat. Dan selalu kukatakan pada bibiku.
"Pak ada apa sih pak RT kemari ?" Tanya bibiku pada pamanku yang sedang menonton tv. Oh ya keponakanku yang satunya yaitu Risa kelas 5 SD sedang menginap dirumah temannya.
"Biasa, nagih-nagih uang iuran bulanan ! Seperti sampah, pos kamling ..." jawab pamanku.
"Oh ... !" Kata bibiku singkat.
"Sepertinya pak Danang pengen dipijat juga !"
"Loh, bukannya sering sama pak Karta ?"
"Lah, mamah masa tidak tahu pak Karta kan sudah meninggal !"
"Innalillahi ... kapan yah ?"
"Kata pak Danang udah 1 bulan ini katanya !"
"Kok aku baru tahu ya ?"
"Papa juga tadi kaget, habis sudah lama tidak dipijit jadi tidak tahu ... untung Dasep datang kesini !"
"Emang, siapa pak Karta, paman ?" Tanyaku.
"Tukang pijat, sama seperti kamu ! Tapi memang dia itu sudah tua umurnya 70 tahunan !" Jawab pamanku.
"Lalu gimana pah ! Dibolehin ?" Tanya bibiku.
"Yah bagaimana lagi atuh mah ! Sep kamu mau memijat pak Danang ?" Aku terdiam. Akhirnya mengamgguk.
"Mau-mau aja sih paman ! Tapi pijat biasa saja kan ?"
"Iya, pijat biasa ko Sep !"
"Emang, ada pijat yang lain ?" Tanya bibiku heran.
"Ya ada atuh mah !" Jawab pamanku, walau sudah lama tinggal disini tapi sundanya belum hilang ha... ha ...! Oh iya kebetulan bibi juga bukan asli sini dia orang Bandung, memang keluarganya sudah lama tinggal disini.
"Apa itu ?"
"Patah tulang, keseleo dsb, sama yang berhubungan dengan kejantanan !"
"Oh seperti mak Erot gitu ?" Tanya bibiku, aku sudah tahu siapa mak Erot dari tv, koran, sudah terkenal karena pijatan untuk bagian kejantanannya.
"Engga atuh mah 😁 ! Dia teh hanya bisa untuk penyakitnya saja !" Jawab pamanku sambil tertawa. Aku juga hanya tersenyum. Padahal sebenarnya sih semua bisa ... he ... he !
Akhirnya, selesai juga pijatannya, aku sedikit lelah setelah memijit 2 orang sekaligus.
"Istirahat, sana Sep !" Ujar pamanku, aku mengangguk aku pamitan pada paman dan bibiku dan ke lantai atas ke kamarku untuk istirahat.
------
Keesokan harinya aku bangun pagi, kalau libur atau minggu suka bangunnya siang, tapi malu ini rumahkan pamanku he... he ... ! Di bawah sudah terjadi kesibukan, aku sebenarnya belum mandi, hanya cuci muka sama gosok gigi saja.
Paman terlihat sedang membaca koran, bibi di dapur membuat sarapan pagi bersama pembantunya. Sedang keponakanku tidak terlihat.
"Sudah bangun Sep !" Tanyanya padaku.
"Eh iya ... paman !"
"Tumben, biasanya siang !" Ujar paman sambil tersenyum, dasar ... ko tahu ?
"Pengen aja bangun pagi paman !" Jawabku.
"Oh, terima kasih ya Sep pijatannya ! Badan paman serasa segar sekarang !" Aku menggangguk.
Siangnya aku diminta pamanku untuk ke rumah pak Danang ketua RT di lingkungan tempat tinggal pamanku, karena tadi dia bertemu dengannya dan diminta aku ke rumahnya. Paman menunjuk rumahnya yang berwarna biru, karena satu-satu yang berwarna mencolok seperti itu. Sementara yang lain standar, kalau enggak putih ya coklat muda. Ya sudah aku pun ke sana.
Di depan rumahnya aku melihat seorang pria muda, memakai kaos dan celana pendek umurnya sekitar 20 an sedang membersihkan mobil di depan garasinya. Aku mengucap salam dan bertanya padanya apa pak Danang ada, dia menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia bertanya mau keperluan apa dan aku menjelaskan semua. Dia memintaku menunggu sebentar dan masuk ke dalam tanpa menyuruh masuk atau duduk di beranda juga tidak apa-apa.
Tak lama seorang wanita berumur keluar dari rumah dan menanyakan hal yang sama padaku, ya sudah aku jelaskan lagi maksud dan tujuan kemari. Berasa ribet ya, tapi ya sudah ... kampung dan kota berbeda. Kembali dia masuk, dan akhirnya orang yang dituju keluar dan aku diperbolehkan masuk juga akhirnya.
Ruang tamunya besar, dan banyak perabotannya yang bagus. Agak berbeda dengan rumah om Burhan misalnya orang kaya yang pernah aku masuki. Sementara Pak Danang tadi permisi dulu ke dalam dan aku di minta menunggu. Tak lama dia datang dan memintaku untuk mengikutinya masuk ke dalam dan menuju ke sebuah kamar.
"Disini enggak apa-apa ?" Tanyanya padaku aku mengangguk saja.
"Buka baju ?" Tanyanya lagi, ya iyalah buka baju kataku dalam hati, sedikit kesal atas apa yang terjadi tadi.
"Boleh !"
"Telanjang ?" Tanyanya, Aku menatapnya.
"Pake celana pendek aja om !" Jawabku.
"Apa perlu minyak, balsem atau apa ... !" Tanyanya.
"Engga usah om, saya bawa sendiri !" Kataku sambil memperlihatkan botol minyak.
"Oh ... !"
"Silahkan om tengkurap !" Ujarku, pak Danang telah membuka kaosnya serta hanya memakai celana pendek saja. Kemudian berbaring tengkurap.
Aku mengoleskan minyak ke telapak tanganku dan mulai memijit biasa, dari pundak, punggung, pinggang, paha, betis dan kaki. Selama dipijat dia bercerita tentang almarhum pak Karta yang sudah menjadi langganannya. Sesekali menanyakan asal aku dan yang lainnya.
Bersambung ....
-----------
Untuk beberapa part ke depan, mohon maaf tidak ada yang hot dulu ya ... 😊 maaf juga kalau ada kesalahan atau typo ...
KAMU SEDANG MEMBACA
DASEP SI TUKANG PIJAT
AventuraDasep keturunan keluarga tukang pijat yang mewarisi kemampuan pijat dari leluhurnya, berkelana ke kota justru jatuh menjadi pemijat ++ kelas atas yang melayani om-om kaya ... dan bagaimana kehidupan Dasep selanjutnya ?... ini cerita baruku yang akan...