Keesokan harinya, Gunawan seperti biasa mengantar Dasep ke tempat mengajar di sebuah Yayasan sosial. Dasep sendiri sejak kecelakaan tidak bekerja lagi di perusahaan Irwan karena alasan kesehatan dimulai dari koma sampai sembuh hampir 3 bulan absen. Walau Irwan memperbolehkan Dasep bekerja kembali tetapi di tolak karena tangannya masih belum sembuh, takut mengganggu yang lain.
Gajinya sebagai pengajar memang tidaklah besar tapi Dasep senang karena bisa berbagi ilmu pijat dengan yang membutuhkan seperti para muridnya berkebutuhan khusus agar mereka bisa mandiri. Walau penghasilan Gunawan cukup besar, berkat keterbukaan hal itu tidak jadi masalah.
Tempat pengajar Dasep adalah sebuah kelas khusus di lantai dua disana disediakan 4 buah tempat tidur untuk mengajari mereka memijat, muridnya sebagian besar laki-laki dan sisanya perempuan. Usianya dari 17 tahun sampai 40 tahun, kebanyakan anak panti selebihnya alumninya yang kembali belajar, mereka merasa keahliannya masih kurang walau sudah bisa memijat bahkan ada 10 tahun sudah berprofesi tukang pijat tetapi ketika diajarkan oleh Dasep ada perbedaan menjadi lebih baik.
Salah satunya Jamal, dia sering ke panti untuk mengajar memijat kepada para juniornya tetapi ternyata apa yang diajarkannya belumlah sempurna seperti dirinya, ketika Dasep mengajarkan pijat yang sebenarnya.
Sebenarnya apa yang diajarkan oleh para guru sebelumnya tidaklah salah, menurut Dasep hanya lebih memperdalam lagi agar tidak menjadi masalah disuatu hari nanti. Dasep harus mengajar mereka ekstra hati-hati karena keterbatasan mereka berbeda, ada yang tidak bisa melihat, mendengar, berbicara bahkan cacat fisik terutama kaki. Yang membuat Dasep berbahagia semua menerima pelajaran Dasep dengan sangat terbuka dan bersemangat. Dasep memperlihatkan pada mereka perbedaan pijatan mereka dan dirinya sehingga mereka menjadi lebih baik.
Hari ini Dasep hanya mengawasi saja, sebenarnya Dasep sudah kembali bisa memijat tetapi belum sepenuhnya seperti dulu, walau begitu itu cukup untuk memperlihatkan kemampuan memijatnya. Ada 4 muridnya sedang belajar memijat salah satunya Jamal, yang dipijat kebetulan pelanggan pijat panti. Masing-masing tempat tidur di batasi oleh tirai.
Dasep mengetahui ada beberapa pelanggan yang ingin lebih dari pada pijat, padahal tempat di panti murni pijatan bukan tempat plus-plus. Itu juga menjadi curhatan para muridnya terutama sering yang dialami para pemijat laki-laki.
Dasep hanya memberi saran kalau tidak mau ya di tolak, itu tergantung pada pada diri si pemijatnya. tapi memang ada pemijat yang tidak bisa menolak tentang hal itu mereka suka melakukan secara bersembunyi. Dasep pernah memergokinya tapi dia hanya diam tidak mengatakan apapun.
------------
Tak terasa Dasep sudah selesai mengajarkan memijat, dia melihat Jamal sedang duduk terdiam di bangku depan kelas.
"Mas Jamal belum pulang ?" Tanya Dasep sambil menepuk pundaknya pelan. Jamal terkejut.
"Eh belum Sep !" Jawabnya, Dasep tersenyum dan duduk di samping Jamal.
"Ada apa mas ? Mas boleh cerita kalau tidak keberatan !" Dasep menatapnya sementara Jamal tertegun.
"Tidak apa-apa kok !"
"Saya lihat mas Jamal sedikit melamun ketika memijat tadi !" Ujar Dasep, Jamal terdiam.
"Mas Jamal menyukai seseorang ?" Tebak Dasep, Jamal menatap Dasep dan kemudian mengangguk pelan.
"Siapa ?" Dasep menyentuh tangan Jamal. Jamal kembali terdiam.
"Pasti laki-laki !" Tebak Dasep lagi, kembali Jamal mengangguk pelan.
"Mas Irwan ?" Kembali dia menebak, "aku lihat mas Jamal berbicara dengan mas Irwan tempo hari !" Ujar Dasep lagi. Jamal menghela nafas.
"Aku menyukainya tapi, kita jauh berbeda aku siapa dia siapa !" Jawab Jamal menunduk.
"Mas Jamal jangan khawatir, aku tahu semua tentang mas Irwan ! Dia itu baik walau agak bad boy, cuek, selengean, kelihatan tidak perduli pada kenyataannya perduli, sikapnya masih seperti anak-anak ha... ha ... !" Jelas Dasep sambil tertawa.
"Pasti yang disuka itu kamu Sep, oleh dia !" Jawab Jamal, Dasep tersenyum.
"Aku pernah menyukainya, tapi akhirnya aku menganggap sebagai teman saja tidak lebih karena itu lebih baik dari pada seorang kekasih ! Dia begitu baik banget banyak membantuku, kalau tidak karena dia aku belum tentu sembuh cepat selain itu akukan sudah punya pasangan !" Jelasku.
"Iya ya, tapi ... " Jamal terdiam.
"Soal status sosial ? Mas Jamal tidak usah takut, mas Irwan kalau sudah cinta tidak perduli apapun itu !" Dasep meyakinkan Jamal.
"Kenapa kamu menginginkan aku menjadi pacarnya ?" Jamal heran dengan Dasep.
"Karena dia suka dipijit !" Bisik Dasep, muka Jamal memerah.
"Kalau kalian jatuh cinta, apa salahnya mencoba berjuang bersama ?" Ujar Dasep lagi.
"Iya Sep, terima kasih ya !" Jamal tersenyum hatinya lega sekarang dan mengangguk.
----------
Dasep menuju taman setelah berbicara dengan Jamal, dia mendapat pesan dari Gunawan untuk menemuinya di sana untuk menjemputnya, sesampainya di sana Dasep terkejut melihat Gunawan sedang bermain dengan Daniel. Dia begitu senang sekali di tangannya ada sebuah mainan mobil-mobilan.
Dasep tersenyum, dan Gunawan melihatnya dan melambaikan tangannya pada Dasep untuk mendekat. Dasep bergabung dengan mereka. Terlihat seperti sebuah keluarga, Daniel juga terlihat senang dan bahagia dengan adanya Dasep dan Gunawan, sesekali dia memeluknya secara bergantian.
Sampai akhirnya seorang perempuan tua kembali datang untuk mengambilnya, Daniel begitu sedih raut wajahnya karena berpisah dengan Dasep dan Gunawan. Begitu juga Dasep, Gunawan merangkul pundak kekasihnya. Dia mengerti apa yang dirasakan mereka berdua dan Daniel sendiri.
Tanpa diduga Irwan melihat adegan itu dia terdiam dan sedikit iri, Irwan ingin bertemu Jamal. Waktu lalu dia sempat bertemu dan menyatakan perasaannya tapi Jamal menolak, dia tahu itu begitu mendadak apalagi mereka baru pertama bertemu selain itu dia mengetahui kenapa ditolak, tapi itu sudah cukup bagi Irwan. Dia tidak akan menyerah. Rasanya aneh merayapi tubuhnya dia yakin Jamal adalah orang yang tepat bagi dirinya. Bukan karena mirip Dasep yang bisa memijit, tapi ada hal yang lain yang bisa mengisinya perasaannya yang kosong dan galau saat ini.
Ketika membalik tubuhnya dia terkejut ternyata ada Jamal, Jamal sendiri sama seperti Irwan yang memperhatikan Dasep walau agak samar tapi tahu, juga tentang Irwan tapi dia diam saja tidak bisa pergi.
"Mal, kebetulan kita bertemu ! Ada yang ingin aku sampaikan, anu ... aku tahu ini terlalu cepat tapi aku .... !" Irwan terkejut ketika tangan Jamal menutup mulutnya.
"Aku ... juga suka kamu !" Bisik Jamal menatapnya kemudian mengalihkan pandangannya, mukanya memerah. Irwan tertegun kemudian menyentuh tangan Jamal dan menariknya, kali ini Jamal yang terkejut tubuhnya jatuh kedalam pelukan Irwan, mereka tingginya sama. Irwan memeluk tubuh kekar dan tegap itu. Perlahan Jamal membalasnya.
"Benarkah ?" Bisik Irwan, dadanya berdebar keras. Jamal mengangguk begitupun dia.
"Kenapa berubah ?" Tanya Irwan sambil merenggangkan tubuh mereka berdua, kali ini mereka saling menatap.
"Aku tidak tahu, yang ku tahu aku menyukaimu ! Tak perduli dengan segala perbedaan kita berdua !" Jawab Jamal sambil menunduk.
"Aku juga, Mal ! Memang aneh tapi aku sudah menerima apapun resikonya !" Ujar Irwan sambil mengangkat dagu Jamal yang kembali bertatapan. Perlahan wajah Irwan mendekat hendak menciumnya tapi Jamal langsung memeluknya erat, Irwan pun membalas dia menyadari ini bukan tempat yang tepat.
"Wah, selamat ya, buat kalian berdua !" Tiba-tiba terdengar ucapan dari seseorang. Mereka berdua melirik ke arah suara itu dan di samping mereka sudah berdiri Dasep dan Gunawan sambil tersenyum.
"Apaan sih kalian berdua !" Muka Irwan memerah begitupun Jamal. Tangan saling berpegangan erat sekali.
"Engga apa-apa kali mas Irwan, mas Jamal !" Jawab Dasep. Mereka berdua tertawa kecil karena bahagia ada pasangan lain yang sama dengan mereka.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
DASEP SI TUKANG PIJAT
AventuraDasep keturunan keluarga tukang pijat yang mewarisi kemampuan pijat dari leluhurnya, berkelana ke kota justru jatuh menjadi pemijat ++ kelas atas yang melayani om-om kaya ... dan bagaimana kehidupan Dasep selanjutnya ?... ini cerita baruku yang akan...