Aku terbangun sambil memeluk om Burhan ternyata hari sudah sore, aku menatap wajahnya ada sedikit perasaan sedih tapi aku harus menerima apapun itu. Terlihat om Burhan menggeliat tubuhnya dan membuka matanya.
"Sep, kamu sudah bangun ?" Aku mengangguk.
"Sepetinya sudah sore, om !" Om Burhan kembali menggeliat dia membalik tubuhnya sehingga kami saling berhadapan. Dia menarik pinggangku dan memelukku, aku membalasnya. Dia mengecup bibirku lembut.
"Bau acem !" Ujarnya, aku mendorong pelan tubuhnya.
"Om juga !" Kataku manja. Dia tertawa.
"Mandi yuk, setelah itu cari makan !" Aku mengangguk.
Setelah itu kami bangun dan menuju kamar mandi dengan tubuh telanjang. Kamar mandinya unik dengan konsep terbuka tapi tidak terbuka. Sekelilingnya kaca transparan jadi apa yang terlihat diluar terlihat jelas, ruang shower begitu pula bathtubenya kita bisa melihat pemandangan pesawahan. Aku Om Burhan masuk ke ruang shower, tidak ngapa-ngapain sih hanya saling berpelukan dan ciuman tak lebih. Setelah itu ganti baju dan keluar untuk mencari makan.
Setelah makan, jalan-jalan disekitaran dan kembali ke villa. Aku dan om Burhan bersantai di sofa ruang tengah sambil menonton televisi.
"Om ... !" Aku melirik ke arah om Burhan yang duduk disampingku tangannya merangkul pundakku.
"Hmmm ... ada apa ?" Tanyanya sambil tetap fokus melihat tv.
"Aku ... mau ... membayar semua yang sudah om Berikan padaku !" Kataku pelan, om Burhan menatapku.
"Kenapa kamu mau melakukan itu Sep ?" Tanyanya. Aku terdiam. sepertinya aku telah menyinggungnya.
"Om, aku tidak mau suatu hari nanti apa yang om berikan di anggap hal lain oleh orang lain ! Aku tahu om memberikan itu secara tulus kepadaku, tapi ... !" Aku tidak melanjutkan apa yang ingin disampaikan. Om Burhan menghela nafas, kemudian menarik tubuhku dan aku memeluknya.
"Aku mengerti yang kamu fikirkan, tapi kamu tak usah khawatirkan itu Sep !" Jawabnya.
"Maaf, om !" Aku menatapnya dan dia mendekatkan wajahnya padaku dan menciumku.
"Tidak apa-apa, bagaimana kalau kita berenang ?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Inikan malam om ?" Jawabku, dia tertawa kecil.
"Apa salahnya !" Dia bangun dan menarikku ke area kolam renang.
Suasana kolam renang begitu romantis, cahaya lampu yang temaram, udara cerah cukup gerah sama dengan di Jakarta. Kolam renang menjadi begitu menggoda.
"Kita ganti celana renang, om ?" Tanyaku.
"Tidak usah, pake cd aja ... bahkan nanti juga telanjang !" Om Burhan tersenyum menggoda. Aku mendorong tubuh om Burhan pelan dia tertawa. Kami pun membuka semuanya sehingga hanya menggunakan cd saja.
Dan kami pun masuk ke kolam renang yang tidak terlalu dalam hanya sedada orang dewasa. Aku dan om Burhan menikmati segarnya air kolam renang, tidak terlalu dingin walau malam justru sedikit hangat, sesekali menatap ke atas langit malam yang cerah, banyak bintang menghiasi langit. Om Burhan menarik pinggangku dan aku memeluk tubuhnya. Kami bersandar di pinggir kolam.
"Indah sekali ya !"
"Iya, om !"
"Sep, bolehkah kita bertemu sesekali !" Om Burhan menatapku, aku mengangguk.
"Terserah om !" Om Burhan mencium keningku dan kemudian bibirku, aku membalasnya. Kami pun berciuman. Om Burhan melepas dan membalik tubuhnya kali ini aku dan dia saling berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DASEP SI TUKANG PIJAT
PertualanganDasep keturunan keluarga tukang pijat yang mewarisi kemampuan pijat dari leluhurnya, berkelana ke kota justru jatuh menjadi pemijat ++ kelas atas yang melayani om-om kaya ... dan bagaimana kehidupan Dasep selanjutnya ?... ini cerita baruku yang akan...