Bagian 27. Om Wijaya dan Rahasianya 2

34.3K 661 12
                                    

Aku di bawa ke ruangan shower yang berbeda dengan om Wijaya oleh mas Johan, aku menurut saja tanpa mengetahui apa sebabnya. Aku pun mandi di kamar mandi khusus ini juga sudah disediakan handuk dan peralatan mandi. Aku menikmati shower ketika mas Johan masuk kedalam aku agak terkejut.

"Sep !"

"Eh iya mas ?"

"Setelah mandi, saya antar kamu pulang !" Aku terkejut tapi hanya mengangguk.

"Bagaimana, enak ?" Mas Johan berdiri dan menatapku. Aku bingung maksudnya apa.

"Iya, mas ! Engga mandi ?" Tanyaku Mas Johan agak terkejut kemudian tersenyum.

"Mandi bareng aja ya ?" Ujarnya dan langsung menuju shower yang kugunakan. Aku tertegun tapi tak menolak. Mas Johan membuka handuknya dan terlihat kontolnya sudah tenggang mengeras. Sementara aku menyingkir ke pinggir untuk mempersilahkan mas Johan mandi.

Mas Johan berdiri di shower seperti menikmatinya, tubuhnya yang coklat nampak indah dan kekar di aliri oleh air. Kemudian membuka matanya dan melirikku.

"Belum pakai sabun ?" Aku terkejut dengan pertanyaan mas Johan.

"Eh belum mas .. he .. he !"

"Kamu ini !" Dia pun mengambil sabun.

"Sini !" Aku tertegun mendengar perintahnya.

"Anu ... mas .. tidak ... aahh ..." mas Johan sudah menarikku untuk mendekat. Aku terkejut ketika mas Johan menyabuniku, dadaku berdebar keras. Tangan kekarnya menyentuh tubuhku aku hanya terdiam bagai patung.

"Kamu tuh mirip adikku !" Ujar mas Johan.

"Engga mas !" Kataku. Mas Johan menatapku dan tertawa.

"Maksudku kamu mengingatkan pada adikku !"

"Emang adik mas kemana ?"

"Adalah, dia usianya sama denganmu, kuliah !"

"Udah gede masih mandi bareng ?"

"Engga Sep, melihatmu yang imut ini. Mengingat waktu aku mandiin dia ketika masih kecil !" Tangannya menoel daguku. Aku cemberut, mas Johan tertawa kembali.

"Sekarang giliranku !" Dia memberikan sabunnya padaku.

Aku terdiam sebentar dan tanganku mulai menyabuni tubuhnya yang kekar itu. Matanya terpejam menikmati pijatanku, ya sambil menyabuninya aku sedikit memijat. Dari dada, ke perutnya yang sixpack itu. Tangannya yang berotot juga tak lepas dari pijatanku.

Mas Johan hanya terdiam ketika kulakukan hal itu, mataku tertuju pada kontolnya yang mengeras. Dadaku berdebar perlahan tanganku menyentuhnya, terdengar erangan dan desahan dari mulutnya. Tak diduga dia memegang tanganku sambil menatapku.

"Mas maaf ..." aku menunduk malu. Mas Johan menelan ludah.

"Tolong dikocok saja ya ! Aku ... bukan ... gay ..." bisik mas Johan. Aku menatapnya dan mengangguk.

Kusentuh kembali kontolnya kupijit dan kuurut dari batang ke kepalanya yang cukup besar seperti jamur. Desahan dan erangan terdengar tertahan takut terdengar keluar, tubuhnya mengejang.

"Ooohhhh ... Sseeeppp ... apa yang kamu lakukan ..."

Kuremas kepalanya, merespon mengecil kembali membesar, setelah itu ke batangnya yang berurat dan kurasakan panas ditanganku. Setelah itu kebawah ke dua telurnya. Kembali keatas.

"Aaaahhh ... ssseeppp aakkuui mmaauu kkeellluuaarr ..." mata mas Johan mendelik dan mengejang, penisnya mulai mengeras dan makin membesar.

"Ccrrooottt ... ccrroott .. ! Pejuhnya melesat ke atas seperti sebuah tembakan aku terkejut, 4 kali semburan keluar dari ujung kontolnya. Geramam keras terdengar seiringnya keluar pejuhnya.

Nafasnya tersengal dan menyandar tubuhnya ke dinding kamar mandi. Aku terdiam mas Johan menatapku.

"Kemarilah !" Aku ragu dan mendekat dan ditariknya tubuhku kepelukannya dan memeluk erat. Aku tertegun dan membalas pelukan air shower mengguyur tubuh kami berdua.

"Mau dikeluarin !" Bisiknya nafasnya masih naik turun. Sebelum menjawab tangannya yang kekar sudah menyentuh kontolku dan mulai meremas dan mengocoknya tubuhku mengejang.

"Aaahhh ... mmmaaasss ..." desah dan erangku, mas Johan hanya menatapku wajahnya sangat dekan denganku. Kocokannya makin cepat akupun makin sampai tujuan dan ... cup ! Mas Johan mencium dan melumat tubuhku. Tepat dengan semburan pejuhku.

Setelah itu kami terdiam, nafasku naik turun dan berpelukan. Tak ada yang berbicara hanya diam, setelah itu kami mandi dan berganti pakaian. Mas Johan mengantarku dan meminta no hp ku dan setelah itu berpisah.

-----------

Sudah satu minggu setelah waktu itu tak ada kabar berita dari om Wijaya maupun mas Johan. Waktu kutanyakan pada mas Anto dia tak mengatakan apapun. Ya sudah, walau begitu aku sudah mendapat bayaran melalui bank ke rekening tabunganku. Suatu hari aku selesai kuliah hendak pulang, aku melihat seseorang itukan mas Johan ? Kenapa ada dikampus, ketika akan aku dekati tiba-tiba ada seorang yang mendekatinya terlebih dahulu, Arif !

Arif sedang berbicara dengan mas Johan ! Apa mas Johan abangnya Arif karena dia pernah bercerita hal itu. Tiba-tiba hp ku berbunyi ternyata dari mas Anto.

"Halo mas ada apa ?" Tanyaku.

"Besok ke Bandara ya !"

"Anu mas buat apa kesana ?" Tanyaku heran.

"Kamu akan ikut ke Bali bersama om Wijaya !" Aku tertegun.

"Sep, besok ada yang menjemputmu, oke !"

"Eh iya mas, siap !" Aku terdiam.

Aku memutuskan untuk pulang ke kosanku. Di kosan aku bertemu Tommy dan dia bertanya padaku, aku menjawab dan kuceritakan apa yang terjadi, kecuali tentang mas Johan. Tommy membawaku ke kamarnya dan meminjamkanku koper kecil untuk ku bawa ke Bali besok. Tommy juga memilihkan pakaian yang akan ku bawa. Dia mengatakan tenang dan nikmati saja Anggap saja sedang liburan. Aku mengangguk.

Keesokan harinya mas Johan menjemputku dan sudah ku duga, karena malam tadi dia nelpon untuk bersiap untuk pergi. Sekarang kami berada di mobil dalam perjalanan ke bandara. Aku bertanya apa dia ikut, tentu saja sebagai bodyguard dan asisten harus ikut.

Singkat cerita kami tiba di Bandara Ngurah Rai Bali ini pertama untuk semua, naik pesawat bahkan pergi ke pulau Bali. Untungnya di pesawat tadi aku duduk dengan mas Johan jadi agak tenang. Kami menaiki mobil yang sudah menunggu. Mobil sedan aku mas Johan duduk dibelakang sementara Om Wijaya duduk didepan dengan sopir, yang kelihatan sudah akrab, sepanjang perjalanan mereka mengobrol.

Kami sudah sampai di sebuah hotel bintang lima, konsepnya hotel & resort jadi ada villa pribadi selain kamar biasa. Dan om Wijaya menginap di Villa, sementara aku mas Johan di kamar biasa.

Kami sudah ada di kamar, tempat tidurnya single alias satu tempat tidur aku tidak keberatan tidur satu tempat tidur dengan mas Johan begitupun dengan dia. Aku sangat senang dan menuju balkon dan melihat pemandangan pantai, ya hotelnya dekat pantai. Mas Johan pun terlihat senang, tiba-tiba hp mas Johan berbunyi dan dia menjawab.

Mas Johan akan keluar sebentar, aku diminta istirahat. Aku mengangguk. Setelah mas Johan pergi aku naik ketempat tidur untuk istirahat. Tapi tidak lama kemudian bangun. Mengambil tas koperku. Dan menyimpannya, aku melihat sekelling kamar hotel dan masuk ke kamar mandi dan keluar lagi.

Hp ku berbunyi aku mengangkatnya ternyata mas Johan dia memintaku untuk turun ke lobi sekarang juga, aku menjawab iya dan aku pun turun ke bawah. Ternyata om Wijaya mengajak kami makan diluar.

Bersambung ...

------

Mohon maaf bila ada kesalahan penulisan, typo atau kekurangam lainnya... 😊

DASEP SI TUKANG PIJATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang