delapan belas

1.3K 164 3
                                    

Pagi ini Jeongin dengan perut yang membuncit berjalan keluar rumah untuk menghampiri penjual sayur yang sedang memarkirkan gerobak nya di pinggir jalan, ia tersenyum lebar seraya memilih sayur yang akan dimasak olehnya.

"Shan, suami kamu kok jarang kelihatan? Terus juga kita enggak pernah liat kamu bermesraan sama suami mu." ucap bu Yuna

"Iya, saya juga setuju bu. Apa jangan-jangan kamu nikah karena dijodohkan?" sambung bu Lia

Jeongin tersenyum tipis kepada tetangga nya, "mas Vano lagi nyari uang bu. Kita menikah tanpa paksaan kok."

"Saya duluan ya bu, permisi." sambung Jeongin dengan dua kantong kresek di tangan nya

Masuk menuju rumah lalu menggigiti bibirnya menahan isakkan.

"Hiks— mas.." lirihnya

Malam ini pukul delapan, Jeongin khawatir dengan suami nya yang belum saja pulang ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini pukul delapan, Jeongin khawatir dengan suami nya yang belum saja pulang ke rumah.

Dering ponsel nya membuat sang pemilik menoleh dan meraih benda persegi tersebut.

"Halo, ma?"

"Halo Shan, kamu jangan khawatir sama Vano. Dia ada di rumah mama kok."

Akhirnya Jeongin dapat bernafas lega sekarang, "iya ma, nanti pulang kan?"

"Iya, mama sama papa juga nginep di situ."

"Kenapa mas Vano tiba-tiba ke rumah mama tanpa ngajak aku, ma?"

"Bukan dia yang mau, melainkan papa yang suruh. Dia ngasih nasihat ke anak nya."

"Ah yaudah ma, Rakshan mau bikin susu dulu."

"Iya shan, mama tutup ya telepon nya."

"Iya ma.."

Jeongin merasa bersalah sekarang. kalau saja dirinya tidak menanyakan aneh-aneh kepada sang suami, pasti sekarang Hyunjin sudah beristirahat di rumah.

"Ah!" rintih Jeongin ketika merasakan tendangan di dalam perut nya

"Iya sayang, kita bikin susu ya."

"Rakshan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rakshan?"

Panggilan sang mama menggema di ruang tengah milik keluarga kecil Hyunjin, hanya suara angin yang membalas nya.

"Biar Vano yang panggil ma."

Hyunjin melangkah ke kamar nya dengan perasaan menduga-duga, dan ternyata jawaban nya benar.

Istri nya sedang tertidur dengan nyenyak, namun tak bertahan lama ketika si mungil terbangun karena suara derit pintu.

"maaf mas aku ketiduran." ucap Jeongin dengan langkah tergesa menuju ruang tengah

Sret!

"Jangan buru-buru, nanti jatuh."

ucap Hyunjin setelah menarik pelan tangan sang istri lalu menggandengnya menuju ruang tengah bersama.

"Mama, maaf aku ketiduran tadi." ucap Jeongin sesampainya di ruang tengah

Sang mama menghampiri menantu nya dan mengelus surai lembut milik Jeongin dengan halus, sedangkan sang papa hanya bisa menatap lamat-lamat interaksi kedua nya.

"Ingat kata papa tadi, istri kamu sama saja seperti barang berharga."

Hyunjin mengangguk paham, ia merasa bersalah kepada Jeongin.

"Hindari perselingkuhan, kalo kamu sampai terlibat itu artinya kamu lupa sama perjuangan kamu dulu."

"Iya pah, maaf."

Papa Hyunjin hanya melengos kearah kamar nya, disusul dengan Mama Hyunjin.

"Mas mau minum dulu? Kopi atau teh mas?" tanya Jeongin dengan senyuman manis nya

"Teh dek, jangan terlalu manis ya."

Jeongin mengangguk mengerti akan ucapan sang suami, ia melangkah kearah dapur dan membuat teh sesuai dengan keinginan Hyunjin.

Sepasang lengan kekar melingkar indah di atas perutnya yang membuncit, pergerakan si mungil tertahan.

"Mas?"

"Maaf dek, maafin mas."

__________

a/n ; maaf kalau cerita nya tidak jelas, dibaca ulang yuk. Udah di benerin per-chapter nya.

After Marriage [ft. Hyunin/Hyunjeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang