14. Belum Masanya Kita Jatuh Cinta

148 55 30
                                    

Tiap kali Haknyeon menelepon Kartika atau hanya sekadar mengiriminya pesan, gadis itu selalu saja merasa gemas. Bukannya apa, si Haknyeon kalau berbicara memang agak terdengar lucu dan kuno. Ya, tidak jauh beda dengan Hamada.

Malam ini Kartika disuruh untuk memilih, nama apa yang cocok untuk kopi barunya itu. Kartika sendiri tidak pernah merasakan rasa kopi yang baru saja Haknyeon singgung. Lantas bagaimana Kartika akan memilih?

Maka dari itu, mengganggu Haknyeon dengan meneleponnya sekali dirasa tidak masalah. Malam pun belum selarut itu, Uncuk dan babeh saja masih giat berjibaku di dapur untuk memasak sarimi rebus bersama para bungsu.

Usai menunggu, akhirnya Haknyeon sudi mengangkat panggilan Kartika. "Hallo?"

Kartika tertawa jenaka. Suara Haknyeon sedikit berbeda jika sedang berada di dalam sambungan. "Iya. Ini aku, Kartika temen kamu."

"Aku tahu."

"Tentang kopi kamu itu, aku bingung. Baru buat, ya?" tanya Kartika basa-basi.

"Iya, bareng sama Yena."

"Eh? Anak itu beneran kerja di warung kamu?" Kartika kira Yena tipikal orang yang sangat sulit diatur, ternyata bisa menurut. Tentunya sebab gawai dia yang disita Haknyeon beberapa waktu yang lalu.

"Iya. Yena juga yang buat kopinya. Ternyata dia pernah kerja jadi barista juga. Sebenernya kopi biasa, sih. Mirip-mirip caffe mocha gitu, lah. Tapi Yena tambahin mint dikit, katanya buat aromatik doang."

"Enak, nggak?"

"Segerrr."

Dan Kartika tertawa lagi. "Kenapa nggak namain caffe mocha aja, dah? Simpel, udah dari sananya."

"Aku nggak mau pakai nama biasa gitu. Kasih sentuhan aesthetic dikit, lah. Biar beda, gitu."

"Ya udah, kamu maunya apa?" Kebingungan selingi tawa kecil Kartika. Dari awal sebaiknya Haknyeon tidak usah bertanya kepada anak itu.

"Aku maunya kamu."

Ya Tuhan. Kartika pikir Haknyeon sudah tidak mencintai dirinya lagi. Padahal waktu itu Haknyeon sendiri yang bilang jika tiga sampai empat hari lagi dia tidak akan mencintai Kartika sepenuh hati. Nyatanya sekarang apa? Kartika sangat-sangat merasa bersalah jika Haknyeon terus mencintainya seperti ini.

"Aku udah ada yang milikin." Kartika harap dengan begitu Haknyeon bisa sadar jika sampai kapanpun itu cinta Kartika tidak akan pernah bisa dirinya gapai.

"Bukan begitu." Haknyeon menjeda dalam lima detik lamanya. "Maksud aku, aku maunya kamu yang namain kopi aku."

Dalam hati Kartika mengumpat sejadi-jadinya. Haknyeon kalau ngomong pasti selalu membuat orang berpikiran ke mana-mana.

"Ngomong yang jelas, kek! Bikin orang salah paham aja." Jujur, Kartika sangat malu.

Dari balik sambungan Haknyeon tertawa renyah. "Malam ini suara kamu bikin candu. Maka dari itu, aku tunda dulu untuk berhenti mencintai kamu."

[✔] Antologi HamadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang