Suara Hati Jeffrey

1.5K 86 0
                                    

Mungkin kalian pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta. Tapi apa kalian bener ngerasain jatuh sejatuh-jatuhnya? Gue pikir belum tentu.

Seperti lelaki pada umumnya, gue juga punya ketertarikan sama lawan jenis. Iya. Gue straight kok. Gak homo. Tapi baru satu kali gue bener-bener ngerasain jatuh sejatuh-jatuhnya.

Orang ganteng kaya gue bisa-bisanya luluh gara-gara satu cewe yang sebenernya gak cantik-cantik amat.

Ralat.

Bukan gak cantik-cantik amat. Tapi emang ya bentukannya begitu. Cantik. Tapi untuk porsinya sendiri. Bayangin deh. Susah bayanginnya. Lebih ke menarik mungkin ya?

Lanjut. Bisa-bisanya gue jatuh sama cewe ini cuma gara-gara main truth or dare.

"Lo pilih apa Nar? Truth or Dare"

"Truth."

"Lo suka sama siapa"

"Jeffrey."  Anjir tanpa dosa dia bilang gitu. Terlepas bener atau engganya tapi cukup bikin gue degdeg-an. Selama ini cewe-cewe kebanyakan malu-malu sama gue. Tapi cuma dia yang berani blak-blakan gini. Iya dia Nara.

Nara itu unik.

Awalnya gue gaterlalu tau soal Nara. Karna yang gue lihat dia juga anaknya gabanyak omong. Tapi setelah kejadian itu. Gue mulai tertarik dengan sosok Nara. Mungkin kalo gue gaikut kepanitian waktu itu. Gue gaakan bisa main truth or dare bareng Nara.

Nara itu dingin. Ngomongpun kadang memang seperlunya.

Gue gaterlalu tau soal kepribadian. Tapi semakin intens gue interaksi sama dia. Akhirnya dia mengakui kalo dirinya seorang introvert. Sedangkan gue ekstrovert. Gue jadi lebih paham. Nara gak terlalu suka tempat ramai. Nara juga gak suka menceritakan segala masalahnya. Dan lebih suka untuk menghabiskan waktu sendiri.

Apa yang gue lihat soal Nara, gak kaya yang orang pikirkan. Nara memang terlihat pendiam. Tapi Nara menjadi sosok yang paling ceria saat ia dekat dengan orang-orang terdekatnya. Orang bilang kepribadian Introvert itu pendiam. Nara engga. Nara mudah beradaptasi, bahkan Nara punya banyak teman.

Ekspetasi gue untuk mendekat dengan Nara juga jauh dari yang sebenarnya. Sebelumnya gue berpikir kalau Nara susah ditaklukan. Tapi nyatanya dengan semudah itu Nara nyaman sama gue. Nara terbuka sama gue. Gue merasa Nara juga satu Frekuensi sama gue. Walaupun kadang Nara menilai kalo gue itu alay. Bodoamat lah yang penting cinta euy.

Nara anak Jurnalistik. Gue anak akuntansi. Nara bukan cewe manja. Bahkan gue kadang ngerasa kalah sebagai cowo. Nara juga bukan cewe yang setiap ke kampus pake baju kaya orang mau kondangan. Tasnya juga gak kaya tas nyokap-nyokap pada umumnya.

Kenapa tas nyokap-nyokap? Soalnya salah satu temen sejurusan gue tasnya sama kaya tas nyokap gue. Tuir banget gayanya anjir.

Lanjut ke Nara. Nara kalo ke kampus itu cuma pake setelan andalannya dia. Jeans, kaos, kemeja flanel, dan sneakers. Biasanya juga rambutnya dikuncir ponytail. Kalo tadi gue bilang gak cantik-cantik amat. Tapi kalo kaya gini pengen gue nikahin aja anjir rasanya. Yaallah jep.

Kalo gambaran kalian atas Nara kaya tomboy banget ya engga juga. Rambutnya dia masih terbilang cukup panjang. Gak dipotong cepak. Nara bukan taruna militer.

Nara itu gesit. Walaupun mageran tapi sekali gerak bisa ngalahin atlet lari sprint. Apalagi kalo ngejar krl. Nara tiba-tiba jadi serem banget. Gue yang takut. Nara jadi kaya punya jurus seribu bayangan.

Lagi-lagi Nara itu beda sama apa yang kalian bayangkan. Wajahnya cenderung tenang, rambutnya berponi. Sebenernya gak gitu. Nara selalu punya cara buat orang ketawa. Nara selalu jadi happy virus dengan segala ide-idenya dia.

Masa Depan [JJH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang