9. Di Bawah Sinar Bulan

937 118 10
                                    

Harry duduk diam di depan batu nisan, tidak memperhatikan cahaya bulan perak yang mulai menerangi langit. Cahaya itu tampak kejam dan dingin, mengisyaratkan hal-hal yang tidak dipahami makhluk hidup, mengisyaratkan hal-hal yang dikendalikan kematian.

Harry baru menyadari ketika lolongan membelah pasir. Tersentak kaget, dia berbalik, melihat persis apa yang ia takuti. Oh, Merlin, tidak... Tersandung mundur sampai dia merasakan air menyentuh tumitnya, Harry meraih tongkatnya. Tolong biarkan itu Lupin... Tolong katakan bahwa dia hanya menggeram karena dia kesal bahwa Harry ada di luar. Serigala itu memasuki titik cahaya bulan, dan bulunya bersinar perak. Tidak, itu bukan sinar bulan. Bulu serigala itu berwarna perak. Perak. Warna rambut James. Persis warna rambut James.

Itu pasti dia. Harry mundur selangkah ke air. Mengeluarkan tongkatnya, dia mengarahkannya ke binatang itu. Binatang itu berdiri, menggeram, bersiap untuk, well, untuk membunuhnya. Tangan Harry yang memegang tongkat bergetar. Dia tidak ingin menyakiti James. Dia tidak ingin menyakiti... ayahnya.

Manusia serigala itu maju selangkah, air liur menetes dari moncongnya. Kemudian, tepat ketika ia ingin berhambur ke depan, wujud manusia serigala coklat yang lain muncul dari bayang-bayang. Dia melemparkan dirinya ke James, menyergap dan menggeram liar. Harry merasa matanya terbelalak dan jantung serta kepalanya akhirnya tampak bersinkronisasi. Seketika, jantungnya mulai berdebar.

Harry berbalik dari serigala itu, tahu dia harus mencapai Shell Cottage. Berlari sejalan dengan air, dia melirik ke belakang ketika dia mendengar sesuatu yang besar mengentak di belakangnya. Berbalik, dia melihat itu adalah James.

Bereaksi seketika, dia berteriak,

"Stupefy!" Mantra itu menyerang James, dan dia terlempar ke belakang. Mantra itu memang kuat, tetapi James masih bergerak, mencoba berjuang dengan cakarnya di pantai berpasir. Harry tidak memperhatikan lagi. Tanpa pikir panjang, Harry berputar dan berlari ke pondok.

Ketika dia tiba di sana, dia melihat Bill berdiri di dapur. Rupanya, dia tidak menyadari bahwa Harry hilang, dan ketika dia melihat Harry masuk, dia berbalik dengan khawatir.

"Harry! Apa yang kau lakukan di luar sana!"

"Aku lupa waktu," kata Harry, membungkuk dan terengah-engah. Bill tampak agak marah mendengar jawabannya dan menjawab,

"Kau lupa — Harry! Malam ini berbahaya! Kita memiliki manusia serigala dewasa di luar sana! Menurutmu bagaimana perasaan Remus — atau James! — seandainya kau digigit?"

"Aku tahu, Bill, dan aku seharusnya tidak berdiam diri di luar sana. James di sana... Dia — aku — aku terpaksa melempar mantra Stupefy padanya."

"Dan itu berhasil?" tanya Bill penasaran. Lalu wajahnya menggelap. "Kau beruntung, Harry Potter. Mantra itu hanya berhasil melawan manusia serigala karena James belum sepenuhnya pulih."

Harry menelan ludah ketika keraguan melintas di benaknya.

"Bill... A-aku terpaksa melempar mantra Stupefy padanya." Rupanya, meskipun menjadi anak Weasley berkepala dingin dan yang paling cerdas, Bill tidak mengerti.

"Apa maksudmu, Harry?" tanyanya.

Dia menangkap betapa kesalnya Harry terdengar, dan dia tahu itu pasti ada hubungannya dengan James, tetapi dia tidak tahu apa itu.

"Aku terpaksa menyakiti James! Dia ayahku," Mata Harry terbelalak ketika emosinya menerpa dirinya. Ketika kata-kata itu tercerna oleh Bill, ekspresinya melembut.

"Harry... kau terpaksa. Apa kau ingat bagaimana, di tahun ketigamu, Sirius menyerang Remus untuk melindungimu? Remus tidak menentangnya karena dia tahu itu untuk membuatmu tetap aman. Pada akhirnya, James lebih suka kau aman."

Harry mengangguk, tetapi di dalam hatinya, dia tahu dia tidak yakin. Tentunya, ada pilihan yang lebih baik.

Dia tidak perlu melempar mantra pada James. Ada — ada yang lebih baik! Hanya saja dia tidak melakukannya.

Sekarang dia menyesalinya.

James akan membencinya. Bahkan sekarang, James tidak yakin bahwa Harry adalah anaknya. Hell, dia tidak percaya sedikit pun bahwa Harry adalah anaknya.

Sekarang apa yang akan dia pikirkan? Harry telah menyerangnya, menyakitinya. Tidak ada yang bisa ia katakan untuk membenarkan apa yang telah ia lakukan.

Sirius berbeda... Dia dan Lupin berteman. Selain itu, Lupin tidak berharap apa pun.

James tidak mengenal Harry.

"Harry?" tegur Bill sambil melihat ekspresinya.

"Tidak apa-apa," Harry berbalik dan berjalan ke kamar yang ia tempati bersama Ron.

Dia tidak ada di dalam, dan Harry senang dengan itu. Tanpa memikirkan di mana Ron berada, dia berbaring, hendak tidur.

***

"Hermione? Apa kau melihatnya?" Ron berbisik dengan gugup sambil melihat sekeliling.

"Tidak!" Hermione berkata dengan bisikan keras. "Dia tidak ada di makam!"

"Kalau begitu, di mana dia?" kata Ron, menaikkan suaranya.

"Aku tidak tahu, Ron." Hermione melihat sekeliling hutan. "Di sini tidak aman. Mungkin dia kembali ke dalam—"

"Kita akan melihatnya, Hermione," Ron memotong dengan keras.

"Shh!" tegur Hermione. "Kita tidak ingin James dan Lupin mendengar kita." Tiba-tiba, terdengar lolongan keras. Mata Ron terbelalak ketika bunyi langkah kaki muncul dalam benak mereka yang panik.

"Kurasa mereka sudah mendengarnya," rintih Ron, menatap pepohonan di belakangnya. Hermione berputar, hanya untuk melihat manusia serigala dengan bulu berwarna sangat terang mendekat. Langkah-langkahnya tak seimbang, dan ia menggelengkan kepalanya, seolah bingung.

Manusia serigala lain mengikutinya.

"Lupin!" Hermione bernapas lega. Manusia serigala itu mengeluarkan gonggongan pendek. Sudah jelas apa maksudnya.

Lari.

Dan mereka mendengarkan. Berlari menuju Shell Cottage, butuh beberapa menit berharga untuk menyadari bahwa, dalam ketakutan mereka, mereka berbalik arah.

Mereka berlari ke arah yang salah.

"Ron!" teriak Hermione putus asa. "Ini jalan yang lain! Kita salah jalan!"

"Aku tahu! I bloody know that!" teriak Ron. Untuk pertama kalinya—atau apa yang kelihatannya—Hermione tidak mengomelinya karena mengumpat. Meski begitu, Ron mungkin terhibur jika dia melakukannya. Maka, setidaknya, satu hal akan menjadi normal dalam situasi ini.

Sebenarnya, kapan segala sesuatu pernah normal? Dia berteman dengan Harry bloody Potter!

Kedua remaja itu segera berbalik dan terus berlari. Shell Cottage sudah terlihat, meskipun masih jauh, sedangkan mereka mendengar geraman.

Berbalik, Ron dan Hermione melihat James berlari keluar dari semak-semak. Lupin menyusul, tetapi jelas dia terlihat melambat dan pincang.

"Lari!" pekik Hermione. Ron berbalik dan mulai berlari, memastikan bahwa Hermione mengikutinya.

Kemudian dia terlempar ke udara dengan rahang mengerut. Terbang bebas, dia mengeluarkan teriakan mencekik sebelum membentur tanah. Saat ia mendarat, terdengar bunyi gedebuk yang menggemparkan dan retakan yang mengerikan.

Ron mengerjap untuk menghilangkan kabut dari matanya dan melihat rahang besar manusia serigala dewasa di atasnya.

TBC

In His Eyes | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang