3. Ketidakwarasan

1.5K 181 2
                                    

Mata James tertuju pada lantai batu yang berlumuran darah itu. Dia bergeser memalingkan pandangan darinya, entah bagaimana bahkan seretannya yang seperti-kepiting terlihat bermartabat. Harry melemparkan tatapan pada Ron, meskipun dia tahu itu bukan salah Ron. Luna mendecakkan lidahnya dengan sedih saat dia menatap James. Lagi-lagi Hermione mengeluarkan suara jeritan yang menusuk, menyebabkan Ron menggigit bibirnya agar tidak meneriakkan nama gadis itu. Dia meringis karena suara mengerikan itu, mendengar suara Bellatrix yang terdengar dari lantai atas.

"Aku tanya kau sekali lagi! Di mana kau dapat pedang ini? Di mana?" Hermione terisak dengan jawaban yang tidak bisa dimengerti. Secara mengejutkan, James bereaksi terhadap suara itu,

"Siapa itu?" Ron memucat saat mendengar Hermione menjerit sekali lagi. Harry harus meneguk ludah beberapa kali untuk berkata,

"Salah satu sahabatku." Dalam situasi seperti ini, seandainya orang lain yang mengajukan pertanyaan, dia tidak akan menjawab. Meski begitu, ini adalah ayahnya. Dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Ditambah lagi, sepertinya James masih belum sepenuhnya yakin bahwa mereka adalah Pelahap Maut; namun sepertinya dia sedang berusaha untuk menghilangkan setengah keyakinan dalam dirinya itu. Ada kilasan di mata James yang tampaknya mengatakan bahwa nalurinya berusaha membuatnya percaya pada mereka. Tapi kemudian, dia pernah mempercayai Pettigrew dengan nalurinya juga. Ron menatap Harry.

"Kita harus keluar dari sini, Harry! Kita harus menyelamatkan Hermione!" Putus asa, Harry mulai mencari-cari sesuatu—apa pun—dalam benaknya yang dapat membantu mereka. Akhirnya dia mengingat pecahan cermin milik Sirius, di mana dia melihat mata biru Dumbledore yang menatap balik padanya, dia mengeluarkannya. James melenguh keras yang seperti mengertak di balik tenggorokan keringnya. Akhirnya, dia berbisik,

"Itu cermin milik Padfoot." Harry bertemu matanya, yang sedang menatapnya. Akhirnya, mata James menyipit, menyebabkan luka tipis di wajahnya mengerut, dan dia berkata, "Apakah kau mencurinya, Pelahap Maut?" Kata-kata itu menyulut Harry. Sungguh menyakitkan bagi seseorang untuk tidak menyadari betapa dekatnya dia dengan Sirius. Sebuah suara di dalam kepala Harry seolah memberitahunya bahwa James akan semakin membencinya saat dia menyadari bahwa kematian Sirius adalah sepenuhnya—tanpa diragukan lagi—salah Harry. Menggelengkan kepalanya untuk kembali fokus pada situasi yang mengerikan itu, Harry melihat ke cermin dan berkata dengan putus asa,

"Tolong kami! Kami di gudang bawah tanah Malfoy Manor! Tolong kami!" James memiringkan kepalanya, untuk sesaat kebingungan melintasi wajahnya yang pucat sebelum dia menggelengkan kepalanya dan ekspresinya memudar. Dia tidak sekali pun melepaskan tatapannya dari sosok Harry, meski begitu, ekspresinya benar-benar kosong.

Bellatrix mengatakan hal lain yang terlalu melengking untuk dipahami. Hermione menjawab sambil terisak yang merobek hati kedua remaja lelaki itu. Lalu suara Bellatrix terdengar dengan jelas, memerintah seseorang yang sedang bersamanya.

"Tiruan! Ambil goblin itu! Dia bisa memberitahu kita pedang ini asli atau bukan!" Langkah kaki gemetar mulai mendekati ruang bawah tanah. Harry menoleh ke goblin dan berkata dengan mendesak,

"Griphook." Harry menghadap goblin yang telah melepaskan dirinya dari bayang-bayang selagi Bellatrix berteriak-teriak. "Kau harus memberi tahu mereka kalau pedangnya palsu, mereka tak boleh tahu itu yang asli, Griphook, kumohon!" Sebelum Griphook bisa menjawab, sebuah suara menggema melalui cahaya redup. Itu adalah Draco Malfoy, meski begitu suaranya terdengar lebih lemah dan lebih goyah daripada yang pernah Harry bayangkan dari seorang darah murni tersebut. Ancamannya terdengar lemah.

"Mundur. Berbaris di dekat tembok belakang. Jangan coba-coba lakukan apapun, atau aku akan membunuh kalian!" James terkekeh mendengar ancaman kosong itu dan tidak mencoba untuk bergerak ke dinding. Harry ragu dia bisa sepenuhnya berdiri lagi. Ron, Luna, dan Ollivander berdiri di sampingnya dan sosok lain muncul dari kegelapan. Harry menyadari itu Dean Thomas. Draco memasuki sel dan mencoba melempar senyum dendam—yang terlihat gagal—pada James.

In His Eyes | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang