18. Kemarahan dan Kebencian

831 96 4
                                    

"I will, son," ucap James, tersenyum tipis pada Harry. Harry tersenyum sesaat, lalu bergegas. Masih ada banyak yang harus dilakukan.

"Semuanya," Kingsley muncul tiba-tiba, hanya sesaat setelah Harry keluar dari ruangan. "Kita harus mengatur strategi. Ayo, kita akan pergi ke Aula Besar." Mereka keluar dari ruangan, mengikuti Kingsley dan McGonagall ke Aula Besar. Sesampai di sana, McGonagall mengatur ketertiban.

Pertama, dia memberi tahu para siswa agar mereka mengungsi. Hanya mereka yang sudah cukup usia yang diizinkan untuk tetap tinggal dan bertarung, sesuatu yang sangat membahagiakan Remus.

Setiap nyawa yang hilang dalam peperangan adalah sebuah tragedi, namun jika anak-anak mati maka itu menjadikannya jauh lebih buruk. McGonagall masih sedang membicarakan pertahanan yang sudah ada ketika dia terputus.

“Aku tahu kalian bersiap untuk bertempur," mulai sebuah suara mendesis yang mengerikan. “Usaha kalian sia-sia, kalian tidak bisa melawanku. Aku tidak ingin membunuh kalian. Aku sangat menghormati guru-guru Hogwarts. Aku tidak ingin menumpahkan darah sihir.

Berikan Harry Potter padaku, dan mereka tak akan disakiti. Berikan Harry Potter padaku, dan aku akan meninggalkan sekolah tanpa menyentuhnya. Berikan Harry Potter padaku dan kalian akan diberi penghargaan. Kalian mempunyai waktu hingga tengah malam.”

Terjadi keheningan di Aula. Di sebelahnya, Remus bisa merasakan James gemetar. Suara itu membawa kembali kenangan mengerikan baginya. Remus terkejut dia tidak menunjukkan tanda-tanda betapa takutnya dia. Kebanyakan murid yang masih kecil menangis, dan mereka belum pernah melalui hampir sebanyak James.

Akan tetapi, James kuat. Remus selalu tahu itu.

Kemudian seorang gadis Slytherin yang namanya tidak Remus ingat berdiri.

"Tapi ia di sini! Potter di sini! Tangkap dia!" Seketika itu juga, tampak terbentuk gerakan besar-besaran di seluruh para murid. Dengan horor, untuk sesaat Remus mengira bahwa mereka memutuskan untuk menyerang Harry.

Dia benar-benar salah. Sebaliknya, para murid di ketiga meja itu — Hufflepuff, Ravenclaw, Gryffindor — berdiri dan menghadap ke meja Slytherin, mengeluarkan tongkat dan melindungi Harry.

Sungguh menakjubkan, dan semua yang melihatnya, tiba-tiba menemukan pengartian sejati tentang betapa pentingnya Harry bagi setiap harapan para pejuang.

Tanpanya, Remus ragu mereka bisa menang.

Dengannya, dia tahu mereka bisa.

"Terima kasih, Nona Parkinson," kata McGonagall dengan suara tercekat. "Kau boleh meninggalkan aula duluan bersama Mr. Filch. Sisa anggota asramamu akan mengikuti."

"Bitch," Remus mendengar James bergumam ketika gadis itu lewat.

Perlahan, Aula Besar mulai kosong.

Setelah semua murid yang lebih muda pergi — McGonagall sudah memastikannya — Kingsley mulai mengarahkan segala hal. Remus mendengarkan ketika dia memberi tahu para profesor dan staf lainnya apa yang harus dilakukan. Kemudian dia turun.

Saat itulah dia memberi tahu Remus bahwa dia akan memimpin patroli di luar sana. Akan ada tiga dari mereka. Remus, Arthur, dan Kingsley sendiri yang akan memimpin mereka. Setelah dia mengatakan itu, Remus mulai mencari orang-orang untuk ikut bersamanya. Pertama, dia menoleh ke James.

"Kau akan ikut denganku, James?" tanya Remus.

"Tentu saja, Remus."

"Bill? Fleur?" tanyanya.

"Kami bersamamu," kata Bill dengan tegas. Dia menoleh ke dua murid di sampingnya. Remus menyadari bahwa mereka Ravenclaw, tetapi dia tidak bisa mengingat nama mereka. Bahkan sebelum dia bertanya, mereka mengangguk setuju. Mereka menanyai beberapa orang lain, dan segera, pasukan mereka lengkap.

In His Eyes | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang