21. Epilog

1.9K 132 16
                                    

"James Sirius Potter!" teriak Ginny. Bahkan, dia sangat marah pada anaknya. Ketika dia terbangun, dia menemukan ada dua telinga yang mencuat keluar dari kepalanya.

Well, bukannya biasanya tak ada dua telinga, tapi sekarang, kedua telinga itu memanjang dan meruncing ke atas.

Seperti telinga rusa.

Kembali ke kamar tidur, dia melihat Harry — yang masih tidur (si bodoh pemalas) — memiliki tanduk.

James Sirius datang berlari dengan ekspresi polos di wajahnya. Dia masuk Hogwarts tahun ini. Hari itu tanggal 21 Agustus, dan jelas dia sangat bersemangat. Mengingat kegembiraannya sendiri, Ginny bisa mengerti mengapa.

"Apa kau yang melakukan ini?" tanya Ginny. James selalu pandai dalam sihir tak disengaja.

"Grandpa menunjukkan padaku caranya!" kata James Sirius. Ah, Grandpa. Maksud James Sirius bukan ayahnya, Arthur Weasley. Yang ia maksud ialah ayah Harry — James Potter.

James telah memberi pengaruh buruk pada anak-anaknya sejak hari pertama. Jika salah satu dari mereka melakukan semacam prank, biasanya itu atas desakannya.

James Sirius akan menjadi mimpi buruk di sekolah.

Terakhir dia dengar, McGonagall berencana pensiun sehari sebelum James Sirius datang. James berkata McGonagall tidak akan melakukannya; James berkata bahwa McGonagall, diam-diam, tentu saja, menyayangi para Marauder.

McGonagall mengatakan satu-satunya hal baik tentang mereka ialah mereka membantunya mengalahkan Slytherin di Quidditch.

Meski begitu, sekarang, tentu saja, sebagai Kepala Sekolah dia seharusnya tidak memihak.

"James!" sebuah suara muncul dari luar pintu kamar mandi. "Sudah kubilang jangan katakan itu!"

"Kukira kau bilang agar mengatakan itu!" James Sirius memprotes.

"James! Masuk ke sini!" seru Ginny. James Sirius tahu bahwa dia tidak sedang bicara dengannya. Perlahan, seolah-olah dia tidak mendapati seorang wanita berambut merah yang sedang berang menantinya, James berjalan santai ke ruangan.

"Aku tidak percaya kau mempengaruhinya seperti ini," Ginny mengoceh. "Dia tidak akan melakukan hal ini jika bukan karena kau!"

"Yeah. Karena George tidak akan merusak dia sama sekali." Ginny mengerutkan kening. Kakaknya selalu menjadi anutan bagi James Sirius — yang membuat kedua orang tuanya takut. Berbicara tentang Harry, James mulai bergolak.

"Ginny?" tanyanya. "Pukul berapa sekarang?"

"Sembilan," kata Ginny singkat. Dia agak frustrasi. Harry biasanya harus bekerja lebih awal sebagai auror, tapi dia mendapat hari libur.

Mereka akan pergi ke Diagon Alley hari ini untuk membeli keperluan sekolah James Sirius.

James Sirius di depan umum — bahkan tanpa adik-adiknya — sudah cukup membutuhkan dua orang tua.

Ditambah lagi, James juga ikut.

Grup itu secara utuh akan mendapatkan banyak tatapan aneh ketika mereka berjalan menyusuri gang.

James tak pernah menjadi seseorang seperti sebelum Halloween tahun 1981, tetapi ia jadi jauh lebih baik.

Sungguh menakjubkan bahwa ia telah sembuh begitu banyak.

Harry membantunya. Begitu juga Ginny, tentu saja, dan anggota keluarga mereka lainnya.

Kelahiran James Sirius dan anak-anak mereka yang lain telah membantu James. Tampaknya itu membuatnya utuh kembali.

Dan dia membuat keluarga mereka utuh.




END

Yeay, selesai! Terima kasih buat para pembaca yang udah ngikutin cerita ini dari awal, dan selalu vote+comment. Biarpun aku ga selalu bales satu-satu, tapi itu ngaruh banget buatku supaya tetep semangat terjemahin cerita ini.

Sekarang aku harus merampungkan semua fanfic terjemahanku yang lama maupun yang baru, ikutin terus ya!

Last but not least, thanks again!

In His Eyes | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang