"Mr. Potter, sepertinya kita tidak bisa menunggu terlalu lama untuk menangkap Hermione Granger. Harusnya kemarin kita sudah menangkapnya. Bagaimana kalau Hermione Granger kabur? Kau sendiri yang bilang bawa wanita itu sangat cerdas," ucap Salah satu auror pada Harry. Saat ini Harry sedang melakukan rapat dengan bawahannya mengenai misi rahasia yang sedang mereka lakukan. Menangkap pembunuh Lavender Brown yang sudah buron selama lima tahun, Hermione Granger.
"Tidak semudah itu, Robert. Dia akan–" ucapan Harry terpotong ketika Draco Malfoy, kepala Departemen pelaksanaan hukum sihir, tiba-tiba masuk ke ruangan itu, ruangan kerja Harry.
"Mr. Potter, sepertinya kau sibuk dari senin kemarin sehingga aku tidak bisa menemukanmu di kantor selama dua hari kemarin," ucap Draco yang tiba-tiba masuk ke ruangan Harry.
"Oh, maaf. Aku tidak tahu bahwa kalian sedang melakukan rapat rahasia," ucap Draco dengan wajah bersalah namun terkesan tidak iklas dan dibuat-buat.
"Tidak, Mr. Malfoy. Kami hanya sedang berbincang sebentar," ucap Harry yang kemudian berdiri dengan senyum paksa. Bagaimanapun pria bermarga Malfoy itu atasannya.
"Oh ya? Tapi kenapa harus memakai muffliato segala?" Draco bertanya dengan ekspresi santai tapi dia sedang menyindir.
"Ah, sepertinya itu sebuah kebisaanku sejak perang, Mr. Malfoy," jawab Harry memberi alasan. Sedangkan dua auror itu, dengan sekali isyarat mereka langsung memilih keluar dari ruang itu.
"Benar. Aku juga ingat bahwa salah satu temanmu juga masih memiliki kebiasaan yang dia miliki sejak perang. Ah. Aku benar-benar bertanya ke mana kau bersama beberapa auror dua hari kemarin. Ada kasus pembunuhan yang melibatkan keluarga salah satu petinggi kementerian. Aku ingin meminta kau untuk langsung menanganinya, tapi sepertinya kau tidak ada di kementrian sejak senin kemarin," ucap Draco menjelaskan maksud kedatangannya dengan wajah pura-pura serius.
"Kami menemukan keberadaan Hermione Granger, Malfoy," jawab Harry datar.
Draco terdiam. Dia tidak menyangka Harry akan berbicara jujur.
"Jelaskan, Potter," Draco berubah seratus persen sangat serius. Dia takut rencananya gagal.
"Selama lima tahun, ternyata dia melarikan diri ke New York, Amerika serikat. Tinggal di kawasan muggle dan membeli sebuah apartemen, serta bekerja di salah satu restoran cepat saji yang berada tidak tahu," Harry benar-benar menjelaskan mengenai keberadaan Hermione.
Draco sendiri benar-benar tidak menduga hal ini. Mereka sudah tahu banyak.
"Kenapa kau tidak melaporkan hal ini padaku sebelumnya?" tanya Draco.
"Kami tidak bisa melaporkannya karena kami belum mendapat bukti kongkrit dari keberadaannya," jawab Harry masih sama tenangnya.
"Aku pikir karena dia dulu kau anggap saudara perempuanmu," ucap Draco dengan suara rendah.
"Sampai sekarang, Malfoy. Dia tetap saudara perempuanku," balas Harry dengan yakin.
"Kalau begitu harusnya mempercayai wanita itu bukan keluarga sialan itu," ucap Draco dengan suara tenang, namun ada kilatan kemarahan di matanya.
Harry menyadari ada sesuatu yang salah. Namun dia mencoba untuk tidak bertanya.
"Keluarga yang kau sebut sialan itu adalah keluarga istriku dan keluargaku juga. Walau Hermione, aku anggap saudara kandungku, tapi yang dia lakukan benar-benar salah," ucap Harry yang kemudian memalingkan wajahnya dari Draco.
"Aku akan menggulangi ucapanku lima tahun lalu. Aku mungkin tidak mengenal Granger sebaik kau mengenalnya. Walau dulu saat di Hogwarts kita bermusuhan, namun dari bagaimana dia membela kau dan Weasley. Bagaimana dia berkorban bagi kalian, bahkan saat dia disiksa di rumahku. Aku tahu wanita itu tidak akan pernah membunuh seseorang walau seberapa dalam dia membenci orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm So Tired...
Fanfiction-REPOST- Hermione lelah karena terus berlari dari kenyataan. Dia bisa saja menghilang dari dunia dalam sekejab. Namun, kekecewaan dalam hatinya belum bisa dia hilangkan. Hingga, suatu saat Draco, sang musuh lamanya, datang meminta Hermione menikah d...