4

2.3K 268 22
                                    

"Potter dan keluarga Weasley sudah tahu keberadaanmu," seru Draco membuat Hermione yang baru saja masuk ke apartemennya berlonjak kaget.

"Sialan kau ferret albino!" maki Hermione. Sudah sangat lama Hermione tidak memanggil Draco dengan sebutan itu. Draco pun sudah tidak pernah lagi mendengar orang memanggilnya seperti itu. Lagipula memang hanya trio Gryffindor yang selalu menyebutnya begitu, terutama wanita ini.

"Ck. Aku anggap itu panggilan sayangmu padaku," ucap Draco berdecak sebal.

Hermione memutar bola matanya tak kalah kesalnya.

"Bagaimana kau bisa masuk kesini?! Mau aku laporkan ke polisi karena masuk tanpa izin?!" seru Hermione.

"Laporkan saja, aku akan mengatakan bahwa aku akan menangkap seorang buronan yang lari selama lima tahun. Kau sepertinya sudah sangat nyaman melupakan sihir, hingga kau lupa bahwa penyihir manapun bisa membuka pintu rumah para muggle dengan mudah." Seperti biasanya, Draco berbicara sangat santai dengan Hermione, seakan Hermione adalah teman baiknya atau Kekasih atau istrinya sendiri.

"Apa kau yang memberi tahu mereka, Malfoy?" tanya Hermione curiga, dia ingat perkataan Draco saat dia masuk tadi.

"Jika aku yang memberitahu mereka, kenapa aku repot-repot bilang padamu kalau mereka sudah tahu. Potter yang mencari tahu sendiri. Dua pria yang beberapa hari lalu menyerangmu itu adalah auror yang merupakan bawahan Potter, bahkan Potter sempat datang kemari. Jika kau ingat Pansy Parkinson, dia sekarang menjadi kekasihnya Weasley, dia bilang kemarin Potter berbicara bersama istrinya dan Weasley kalau dia sudah tahu keberadaanmu sekarang," jelas Draco.

Hermione terdiam, sibuk dengan pemikiran sendiri.

"Jika saat pertama kali aku menawarkan kesepakatanku padamu, kau langsung menerimanya, mungkin jalan ceritanya berbeda," gumam Draco.

Hermione yang mendengar ucapan Draco, memilih beranjak ke kamarnya untuk berganti pakaian. Dia benar-benar tidak bisa berpikir.

Draco sendiri masih di posisi awalnya, duduk di sofa dengan punggung tegap, dia masih berpikir cara membuat Hermione setuju.

Namum detik berikutnya, baik Draco maupun Hermione merasakan sesuatu.

Mantra anti-Disapparation.

Hermione yang baru hendak membuka mantelnya langsung mengurungkan niatnya dan merampas tas selempangnya kembali dan tongkat sihirnya. Dia perlahan keluar dari kamarnya dan mendapati Draco sudah berdiri dengan waspada dengan tongkat sihirnya.

Mereka berdua ini penyihir jenius. Mereka peka terhadap sihir yang digunakan di sekitar mereka.

"Kau bisa hancurkan mantra ini 'kan, Granger?" bisik Draco pelan.

Ketegangan menjalar di tubuh mereka berdua.

Hermione mengangguk pelan pertanda 'iya'. Sudah lama tidak menggunakan sihir bukan berarti dia lupa caranya.

"Sudah kuperingatkan dari awal, Granger. Dari awal," bisik Draco lagi. Kali ini Hermione melirik tak ingin disalahkan.

Mereka berdua menunggu. Mereka ingin tahu kenapa tiba-tiba seseorang 'mengurung' mereka dalam apartemen Hermione seperti ini.

Suara bel pintu terdengar.

Draco memberi aba-aba untuk Hermione agar segera mematahkan mantra yang 'mengurung' mereka.

Hermione menggegam tongkat sihirnya erat sambil merapalkan mantra non verbal.

Tidak secepat itu untuk mematahkan mantra satu ini terutama dari dalam.

"Hermione, kau di dalam? Ini aku, Harry."

Draco bersiap untuk segala kemungkinan.

Harry Potter yang berdiri di depan pintu adalah Harry Potter yang sama yang melenyapakan Voldemort.

I'm So Tired...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang