9

2K 277 17
                                    

Saat pertama kali Draco membawa Hermione ke rumahnya di Swiss, Draco mengatakan bahwa dia akan membawa Hermione ke Malfoy Manor, namun itu baru terjadi setelah beberapa minggu atau lebih tepatnya dua bulan.

Hari ini, Draco datang dan mengetuk pintu kamar Hermione. Dia meminta Hermione ikut dengannya ke Malfoy Manor. Hermione hanya mengiyakan namun ada sesuatu yang menganjal dalam hatinya.

Dia ingat ucapan Draco dua hari lalu yang mengatakan bahwa Hermione tidak perlu lagi menikah dengannya, cukup sembuhkan saja Narcissa.

"Granger, apa kau mau tahu yang sebenarnya terjadi?" Hermione yang sedang melamun sambil mengunyah roti panggang, tersadar dan menatap Draco dengan bingung.

"Apa kau mau tahu siapa dan bagaimana Brown sampai bisa meninggal?" Mata Hermione melebar saat mendengar ucapan Draco.

"Kau sudah tahu?"

"Hm-mm. Dua hari yang lalu aku sudah mendapatkan semuanya. Maaf, Aku lupa bilang padamu."

"Seseorang yang bernama Leodic Foster, adalah pelaku yang sebenarnya. Apa kau mengenalnya?" Draco menunggu jawaban Hermione dengan sabar, karena wanita itu terdiam dan terlihat berpikir.

"Dia adalah mantan tersangka pembunuhan seorang wanita malam. Saat itu aku yang menangani kasus itu, aku melakukan kesalahan dan berpikir dia adalah pelakunya, dan ternyata tidak, dia sama sekali tidak terlibat dalam pembunuhan itu. Saat itu dia benar-benar marah dan mengatakan akan balas dendam padaku. Lucunya, ternyata dia saat itu adalah kekasih Lavender Brown. Secara kebetulan aku melihat mereka di pub muggle, dan yah, aku menguping pembicaraan mereka.

Itu hanya tiga hari sebelum Brown datang dan mengaku bahwa dia hamil anaknya Weasley. Saat itu aku mendengar samar-samar, bahwa Foster bilang pada Brown akan membunuhnya jika di berani melakukan apa yang wanita itu inginkan." Hermione bercerita dengan tatapan kosong.

"Aku tahu aku tidak akan dipercaya oleh Weasley, jadi aku mengambil inisiatif sendiri untuk mencari tahu apa yang terjadi. Aku menemukan tempat tinggal Lavender Brown yang lain. Aku pergi ke sana, kami berdebat. Tetapi entah bagaimana aku pingsan dan entah apa yang terjadi, aku bangun dan menemukan bahwa Lavender Brown sudah tidak bernyawa dan di sana sudah ada Harry dan keluarga Weasley beserta para Auror." Hermione melanjutkan ucapannya sambil menatap Draco.

"Kau benar-benar lupa apa yang terjadi saat itu?"

Hermione mengeleng pelan dengan tatapan kosong.

"Saat itu Leodic Foster ada di sana. Dia membuatmu pingsan. Dia dan Lavender Brown berdebat sengit dan dia sendiri yang membunuh Lavender Brown." Draco yang awalnya sudah kembali fokus kepada sarapannya, melirik Hermione yang sedang menatapnya tak percaya.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Dia sedang berada dalam tawananku," Draco menjawab dengan santai. Namun terkesan agak datar.

"Bagaimana mungkin?" Hermione bahkan tak bisa mengunyah makanannya lagi. Pikirannya melanglang buana entah ke mana.

"Ada apa denganmu, Granger?" wajah Draco mengerut bingung.

"Malfoy, maaf. Apa tidak bisa besok saja kita pergi ke Manormu? Aku tiba-tiba merasa tidak enak badan." Hermione tiba-tiba bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Draco yang menatapnya penuh kebingungan.

·

Kepala Hermione terasa berputar, wanita itu duduk di pinggir ranjangnya sambil memejamkan matanya erat.

Air matanya perlahan mengalir dari kedua pelupuk matanya.

Di kepalanya, kembali terputar ingatan ketika Ronald Weasley dan keluarga Weasley melihatnya dengan marah, pria berambut merah terang itu bahkan menodongkan tongkat sihirnya sambil menyebut Hermione sebagai wanita jalang.

Wajah Ronald yang memerah karena marah dan Harry yang hanya diam kala itu, membuat Hermione sadar bahwa kepercayaan mereka padanya begitu cepat menghilang.

Hermione marah, karena bahkan mereka tidak mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka bahkan tidak mempercayai Hermione walah hanya satu persen. 

Hermione berbaring terlentang dan menatap langit-langit kamarnya, air matanya mengalir tak ada hentinya.

"Granger, kau di dalam?"

Hermione menatap pintu. Draco pasti sedang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Masuklah, jika ingin." Hermione berseru tanpa merubah posisi tubuhnya.

Pintu kamarnya pun terbuka dan Draco masuk ke kamar itu lalu kembali menutup pintunya.

Hermione masih tetap memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

"Biar aku tebak, kau pasti sedang memikirkan betapa mudahnya teman-temanmu itu kehilangan kepercayaan mereka terhadapmu." Draco mengulung kedua tangan kemeja hitamnya, hingga memperlihatkan tato tengkorak yang menjadi bukti masa lalu Draco yang kelam yang tertoreh di lengan kirinya.

Hermione melirik Draco dan tatapannya jatuh pada tato tengkorak itu.

"Punyamu bahkan tidak lebih baik dari apa yang ada di tangan kiriku." Hermione menyingkirkan tangan dress yang menutupi lengan kirinya, dan memperlihatkan bekas luka yang di buat Bellatrix, 'Mudblood' Tulisan itu bahkan tidak pernah hilang. Hermione sudah mencoba segala cara, namun pada akhirnya dia menyerah untuk menghilangkan bekas luka itu.

Draco tersenyum kecil lalu duduk di sebelah Hermione, sedangkan wanita itu masih setia berbaring di kasurnya.

"Aku disalahkan untuk apa yang tidak aku perbuat, dan sahabat-sahabatku dengan mudah percaya bahwa aku salah. Aku tak pernah sekalipun meragukan mereka." Hermione kembali menatap langit-langit kamarnya. Entah apa yang spesial dari langit-langit kamarnya.

Sedangkan Draco, malah asik menatap pantulan dirinya sendiri di cermin besar yang berada di sebelah tempat tidur Hermione, sambil menata rambutnya yang sedikit berantakan.

Tak kunjung mendapat respon dari Draco, Hermione bangkit duduk dan mendapati kelakuan Draco yang random itu.

"Malfoy dengan segala kenarsisannya," ejek Hermione sambil ikut menatap ke arah cermin.

Draco meliriknya dengan ekor mata.

"Setidaknya aku tahu mengurus diri. Aku bahkan ragu kau sudah mandi pagi ini," ucap Draco sambil menutup hidungnya sambil mengeser duduknya sedikit jauh dari Hermione, hanya sedikit.

Hermione mendelik tak percaya pada Draco.

"Merlin! Kau pikir aku ini wanita jorok?! Aku bahkan lebih wangi darimu!" Hermione malah mendekatkan dirinya pada Draco dengan tangannya yang terlipat di depan dada dan mata masih melotot.

Draco malah berlagak seperti sedang mencium sesuatu yang tak sedap.

"Kau bau. Jangan-jangan kau belum menyikat gigimu lagi?" Hermione malah semakin mendekatkan dirinya pada Draco, namun matanya menjadi menyipit tajam.

"Kau mengejekku untuk mengalihkan pembicaraan, ya?" Draco malah tersenyum miring. Draco memajukan kepalanya ke arah Hermione, membuat wanita itu tersentak, karena sadar seberapa dekat jarak tubuh mereka.

Wajah Hermione memerah.

Draco tertawa pelan. Kemudian tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar Hermione.

"Aku harus ke manor. Besok pagi aku akan menjemputmu." Draco tersenyum kecil dan membuka pintu kemudian meninggalkan kamar itu.

Untuk kesekian kalinya Hermione yang ditinggalkan Draco begitu saja, terpaku diam ditempat. Kali ini wajah masih semerah tadi.

·

I'm So Tired...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang