6

2K 259 23
                                    

Begitu Draco tiba di gerbang manor, pria itu berjalan cepat bahkan nyaris berlari masuk ke manor.

"Ibu," lirih Draco begitu dia tiba di depan kamar Narcissa yang pintunya terbuka lebar, menunjukkan sang ibu yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang, serta beberapa orang yang sepertinya merupakan healer dan perawat.

"Mr. Malfoy," ucap seorang healer yang menyadari kedatangan Draco.

"Apa yang terjadi pada ibuku?" tanya Draco tanpa menatap healer itu, dia hanya menatap sendu ibunya yang tengah terbaring itu.

"Mr. Malfoy, apa keluargamu punya sebuah aturan atau pengikat? Atau ibumu pernah punya sumpah?" tanya healer itu.

Draco menatap healer itu dengan heran.

"Aku tidak tahu mengenai aturan atau apapun itu yang bisa membuat ibuku seperti ini, dan juga aku tidak tahu apa ibuku pernah bersumpah," jawab Draco.

"Pasalnya, ada mantra yang menolak ibumu untuk disadarkan,"

"Ada mantra yang bisa menangkal mantra itu tanpa harus memenuhi persyaratan atau aturan apapun itu, tapi bahkan healer terbaik pun tidak bisa menangani mantra itu. Namun dari yang saya dengar ada dua orang yang pernah berhasil menangani mantra ini. Albus Dumbledore dan–"

"Siapa?" tanya Draco karena healer itu malah mengantungkan ucapannya.

"Penyihir jenius abad ini, yang sekarang tengah menjadi buronan, Hermione Granger," healer itu berucap dengan penuh keraguan.

Tiga perawat yang berada di sana melirik healer itu tak nyaman, sedangkan Draco mati-matian mengeraskan rahangnya agar wajahnya tetap kaku dan tak berekspresi.

·

Tiga jam setelah Draco pergi, Hermione kini sedang bersama menikmati angin malam dan pemandangan penggunungan swiss di bawah taburan triliunan bintang, dari balkon kamarnya.

Entah dia sudah gila atau bagaimana, wanita itu kini duduk di atas pagar besi pengaman balkon dengan kaki mengelantung di udara.

Hermione duduk sambil mengandalkan kedua tangannya yang mengengam erat besi itu.

"Kau mau bunuh diri, huh?" Hermione yang tengah melamun langsung melepaskan tangannya karena terkejut ada orang yang tiba-tiba tepat di belakang telinganya. Secara otomatis Hermione langsung kehilangan keseimbangannya dan tubuhnya langsung terhuyuh ke depan.

Dengan refleks Hermione menutup mata dan berteriak, tahu kalau dia akan jatuh dari ketinggian kurang lebih sepuluh meter.

Namun dia kembali dibuat terkejut kala menyadari bahwa dia tidak terjatuh dan sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya, alias memeluknya dari belakang dengan erat, kakinya bahkan sudah menapak di lantai balkon. Hermione segera membuka matanya dan berpaling ke belakang.

Dia sangat terkejut karena mengetahui bahwa Draco yang baru saja menolongnya. Tentu saja, siapa lagi. Hanya ada mereka berdua di sana.

"Kau serius ingin mati, huh?" seru Draco dengan suara rendah dan tidak melepaskan tangannya dari Hermione.

Beruntung hari sudah sangat gelap dan lampu kamar Hermione tidak menyala, kalau tidak Draco bisa melihat bagaimana wajah cantik Hermione yang berubah semerah tomat.

"Bisa kau lepaskan aku?" tanya Hermione kikuk.

Draco perlahan melepaskan tangannya dan mengambil jarak dari Hermione.

"Mengapa kau disini?" tanya Hermione berusaha mengendalikan dirinya.

"Jawab dulu pertanyaanku. Apakah ingin bunuh diri?" Draco menggulung kedua lengan panjang bajunya hingga siku, sehingga tato kepala tengkorak yang jelek, yang menjadi bukti bahwa dia pernah menjadi bagian dari pelahap maut, terlihat keseluruhannya.

I'm So Tired...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang