Saat itu Min Yoongi si pewaris Perusahaan terkenal sekaligus paling berjaya di beberapa negara adalah sosok yang sangat berandal. Sosok yang dingin belum lagi seorang peminum, pemakai obat-obatan, juga perokok berat. Tiada hari tanpa rokok dan masuk bar, menurutnya persetan dengan aturan keluarga. Ia hanya ingin bebas tanpa embel-embel peraturan yang mencekik leher, sudah seperti anjing peliharaan yang jinak saja.
Bahkan saat ini Yoongi sedang menikmati satu gelas minuman Rum dengan kadar Alcohol 90%. Belum lagi satu batang rokok yang terapit jari-jari kekarnya yang masih menyala.
Ia bukan tipe yang suka minum dengan teman. Yoongi lebih senang menyendiri menikmati ketenangannya. Yah walaupun bar adalah tempat yang super berisik setidaknya tidak ada yang mengganggunya.
Mata sipitnya yang berpendar malas itu melirik sekitar, ada satu sosok tinggi menghampirinya yang membuatnya berdecih tak suka.
"Eiiy, wajahmu jangan begitu." Ujarnya sambil mendudukan diri agak jauh dari Yoongi.
"Kau mengganggu." Sahutnya malas sambil kembali menenggak minumannya yang tinggal setengah.
"C'mon, aku hanya ingin menemani oke." Yoongi hanya mengibas tangan tanda terserah kawannya saja.
Park Chanyeol namanya sosok yang memang terkadang berisik jika bersama temannya, tapi akan jadi pendiam jika bersama kekasih. Chanyeol sebenarnya rekan kerja dari Ayah Yoongi, ia memang sudah sukses di usia muda. Ia mendirikan satu Agensi yang masuk jajaran Agensi terbesar di Korea, dan sudah mengembangkan anak Cabang ke beberapa negara Asia.
"Yoong, kau sudah mabuk. Pulang lah!" Yoongi mendengus, ia lirik meja di hadapannya. Sudah 2 botol Alcohol ia habiskan, kemudian ia lirik jam tangan miliknya yang sudah memasuki jam 2 dini hari.
Sepertinya saran Chanyeol ada baiknya juga "Yasudah, bayarkan semuanya ya."
"YAH." Teriak Chanyeol tapi tak di dengar karena Yoongi sudah berlalu melewati kerumunan orang yang mulai tidak waras.
Kini Yoongi sedang berjalan di pinggir jalan, ia melupakan mobilnya yang terparkir di basement bar. Well, siapa yang akan menyetir dalam keadaan mabuk seperti ini. Yang ada ia akan cepat menghadap Tuhan.
Tiba-tiba ia tersungkur karena tidak mampu lagi menopang tubuhnya, kepala peningnya pun semakin memperparah keadaan. Hingga samar-samar ada sosok yang mendekatinya.
"Hei, kau tak apa?" Ucap orang itu sambil menepuk pelan pipi Yoongi. Dan akhirnya Yoongi kehilangan kesadarannya.
Esok paginya Yoongi terbangun di sebuah kamar bernuansa serba putih, dan Yoongi rasa ia tengah berada di kamar Hotel. Jemarinya memegang kepala mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, tapi ia hanya ingat saat Chanyeol menyuruhnya pulang.
"Anda sudah bangun rupanya." Suara seseorang mengejutkan Yoongi, seorang pria bersurai hitam baru keluar dari arah kamar mandi hanya dengan selembar handuk.
"Kau siapa?"
"Saya Jimin, Park Jimin." Orang itu mengulurkan tangan yang di sambut Yoongi.
Yoongi tak menyangka tangan pria di hadapannya ini mungil sekali, padahal tubuhnya di penuhi otot juga ada sebuah tattoo bertuliskan Nevermind bertinta hitam menghiasi di bagian dada bawah.
"Min Yoongi." Suara Yoongi sangat berat dan agak serak, ia butuh minum sebenarnya.
Jimin meraih satu botol air mineral yang di sediakan pihak Hotel untuk ia berikan pada Yoongi. "Sepertinya anda minum sangat banyak semalam."
Yoongi hanya berdengung pelan, ia sibuk memberi cairan pada tenggorokannya yang kering.
"Aku sudah memesankan sesuatu untuk mu, kuharap bisa menghilangkan pengarmu yang parah itu." Ujarnya sambil memberikan makanan yang masih mengepul panas ke hadapan Yoongi "semalam kau sangat kepayahan sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide Hotline
FanfictionMemiliki hubungan yang tak di sangka-sangka. Hanya karena kebutuhan dan kepedulian. Tapi di saat yang sama mereka tidak mengerti arti dari perasaan yang sesungguhnya. Hingga saat itu tiba Min Yoongi dan Park Jimin memilih tetap berdiri di zona nyam...