Yoongi dan Jimin mengunjungi Kantor Sehun pada pukul 6 sore, di sana sudah ada beberapa karyawan yang bersiap akan pulang. Sedangkan saat mereka naik kelantai atas di sana masih banyak karyawan yang masih fokus pada pekerjaan mereka masing-masing.
Lalu mereka bertemu dengan sekertaris Sehun yang kebetulan baru saja keluar dari ruangan Sehun.
"Anda sudah datang, silahkan masuk anda sudah di tunggu."
Dalam ruangan Sehun yang penuh dengan nuansa putih, si pemilik sedang asik duduk di sofa bersama seorang gadis di pangkuannya. Rupanya Yoona tengah berkunjung, Yoongi dapat melihat bekal makanan di atas meja. Tidak heran sih karena Yoona memang sangat rajin mengunjungi Sehun setiap harinya.
Yoona sendiripun sudah mengenal semua saudara Sehun dengan sangat baik, ia juga sudah kebal dengan sikap dingin saudara-saudaranya bahkan Yoongi sekalipun.
Yoona bangun dari pangkuan Sehun lalu mendudukan diri di samping Sehun, kepalanya bersandar di pundak Sehun dengan lengan yang memeluk Sehun posesif.
"Keluarlah dulu sebentar ya, aku akan membayarnya besok dengan jalan-jalan." Yoona menatap Sehun dengan binar senang.
"Baiklah, kalau begitu aku akan pulang saja." Yoona mencium pipi Sehun lalu berucap "aku menunggu janjimu."
Setelah kepergian Yoona suasana di ruangan itu mulai berubah menjadi sesikit serius "Hyung ingin membicarakan soal dirimu yang ingin rehabilitasi."
"Begitulah." Sehun tahu soal ini dari ibunya, saat ia tengah ada rapat sang ibu mengiriminya pesan soal hyung tertua yang ingin melepas kebiasaan buruknya. Sang ibu ingin dirinya membantu dalam hal ini, dan tentunya ia tidak menolak.
Yoongi adalah hyung terfavoritnya, senakal apapun dirinya ia tetap memiliki prestasinya sendiri. Ia tidak ragu menyeruakan pendapatnya tanpa perduli pendapat orang lain. Ia hanya mengikuti apa kata hatinya, dan Sehun tahu saat Yoongi ingin sembuh itu artinya ia sudah memiliki tekat yang kuat untuk sembuh.
Yoongi bukan lah tipe orang yang mengatakan hari ini ia harus sembuh lalu besoknya tekad itu hilang, melempem begitu saja seperti kerupuk.
Anggap lah Yoongi itu seperti kopi tekadnya akan selalu di ingat walau harus melewati proses yang lama. Bukankah kopipun melewati proses yang lama agar dapat di nikmati.
"Kau tahu hyung rehabilitasi memerlukan waktu yang lama, prosesnya pun tidak lah mudah. Apa sudah siap dengan segala resikonya?"
"Aku tidak akan mendatangimu jika aku belum siap." dan Sehun tersenyum, ia tahu Hyungnya ini punya tekad sekuat baja.
"Baiklah, kita bisa memulainya dari yang sederhana. Jika sedang dalam kondisi membutuhkan pastikan hyung mampu menahannya, dan jika mengalami reaksi seperti yang hyung rasakan pastikan hyung tidak meminum obat penenang. Hyung harus mampu mengendalikun dirimu sendiri hyung."
Sehun dengan sabar membimbing mereka berdua, dan menjelaskan segala hal-hal yang mereka perlukan. Sehun juga memberi mereka arahan agar tidak melakukan hal yang melenceng dari peringatannya.
Jimin pun mendengar kan dengan seksama, hingga tidak menyadari bahwa jemarinya di genggam erat oleh Yoongi. Getaran halus itu belum di rasakan Jimin hingga cengkraman itu di rasakannya.
"Hyung, kau oke?" raut khawatir terlihat jelas di wajah Jimin, Sehun hanya diam memperhatikan. Bukan tidak ingin membantu, ia hanya ingin tahu berapa lama Yoongi bisa menahan efek sampingnya.
Sehun sadar Yoongi mampu bertahan seorang diri karena tekadnya, tapi dengan keberadaan Jimin kesimpulannya semakin kuat. Bahwa dengan adanya Jimin di sisinya semua yang di lalui akan semakin mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide Hotline
FanfictionMemiliki hubungan yang tak di sangka-sangka. Hanya karena kebutuhan dan kepedulian. Tapi di saat yang sama mereka tidak mengerti arti dari perasaan yang sesungguhnya. Hingga saat itu tiba Min Yoongi dan Park Jimin memilih tetap berdiri di zona nyam...