keseharian 6

2.4K 241 20
                                    

Sedangkan di siang hari itu Jimin pergi ke Sanggar tari milik temannya yang bernama Kim Jongin, Jongin sendiri biasa di panggil Kai. Ia adalah teman satu-satunya Jimin sejak ia berumur 6 Tahun, dan Kai saat itu berumur 7 tahun. Mereka bertemu saat Jimin tengah bermain di halaman rumahnya seorang diri, lalu Kai yang melihat hanya memperhatikan.

Bertanya dalam benaknya, kenapa anak itu main seorang diri?

Karena rasa penasaran ia mendekati pagar rumah Jimin yang tertutup rapat, kedua tangannya menggenggam pagar besi dan wajahnya seperti ingin melongok masuk melewati celah lebar pagar.

"Hey!" Jimin langsung menoleh dan menatap Kai yang menempel pada pagar, matanya berkedip lucu membuat Kai menahan nafasn tanpa ia sadari karena gemas.

"Kamu siapa?" Tanya nya berjalan mendekati Kai dan meninggalkan mainannya begitu saja. Sedangkan Kai langsung menjulurkan tangan dengan senyum yang lebar. "Aku Kim Jongin, siapa namamu?"

Tangan mungil Jimin menyalami ragu "Park Jimin."

"Tadi aku melihat mu bermain sendiri, apa kamu tidak ada teman?" pertanyaan jujur Jongin membuat wajah Jimin terlihat muram, walau memang benar adanya.

"Sepertinya aku melakukan kesalahan." gumam Kai saat melihat wajah Jimin yang terlihat sedih, kemudian Kai kembali tersenyum ceria "mau bermain denganku?"

Dan saat itu wajah Jimin menjadi sangat ceria, hingga sejak hari itu dari ia anak-anak sampai berumur 21 Tahun Kai lah yang menjadi teman mainnya.

Bahkan Kai dengan baik hati selalu mengajarkan banyak hal, apapun yang di pelajari Kai maka ia akan mengajari Jimin juga. Jimin pun selalu mendapat pujian dari Kai bahwa Jimin adalah sosok yang sangat berbakat dalam tari, walaupun Kai sendiripun sama berbakatnya.

Saat ini Jimin tengah duduk di lantai menunggu Kai selesai mengajar, biasanya jika Jimin menunggu pasti akan ada anak-anak berkisar umur 8 Tahun akan menemaninya.

"Jimin oppa sedang menunggu Kai sonsaengnim ya."

Jimin tersenyum menatap anak perempuan yang berdiri di sampingnya "ya begitu lah Kelly-ya."

Lalu gadis berusia 9 tahun itu langsung duduk di sampinya ikut memperhatikan bagaimana Kai yang tengah mengajari sebuah gerakan yang cukup mudah untuk anak berumur 8-12 keatas. Sedangkan saat ini Kai sedang mengajari anak usia 6-7 Tahun.

Sekitar 20 menit berlalu dan Kai pun baru membubarkan kelas. Ia menghampiri Jimin yang duduk seorang diri gadis yang bernama Kelly sudah berpamitan untuk pulang.

"Sudah makan?" tanya Kai sembil mengusap pelan kepala Jimin. Itu hanya kebiasaan kecil jika bertemu Jimin.

Jimin menggeleng pelan lalu beranjak bangun mengikuti Kai yang keluar ruangan "Hyung aku ingin makan bibimbap." dan Kai langsung membawa Jimin kesebuah restoran terdekat.

Setiap kali Jimin mendatanginya Kai lah yang selalu mentraktirnya, Jimin baginya sudah seperti adik sendiri. Itulah sebabnya ia selalu ada untuk Jimin, walau Kai tahu Jimin sudah berada di titik terendah.

Kai mengerti kenapa Jimin selalu merasa tidak ada orang yang dapat membantunya untuk bangkit, atau bahkan merasa tidak ada orang yang dapat menjadi sandarannya ketika kesulitan. Padahal Kai selalu siap siaga untuk Jimin, selalu memberinya energi positif agar Jimin dapat bertahan.

Karena Kai tahu sebuah nasihat tidak lah berguna lagi, atau bahkan tindakan tidaklah terpakai. Yang Jimin butuhkan hanyalah kehadiran seseorang di hatinya.

"Menurutmu jika aku mengecat rambutku dengan warna pirang bagaimana hyung?" Kai menyipitkan mata, membayangkan bagaimana jika Jimin memiliki rambut warna pirang.

Suicide HotlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang