Sedangkan di kota lain jauh dari perkotaan, yaitu kota Busan.
Pada siang hari itu ada seorang pria menyembunyikan diri dalam selimut tebalnya, menutup telinganya dengan earphone dan menyetel lagu keras-keras.
Ia Park Jimin pemuda bersurai hitam yang tampan dengan kehidupan yang berantakan, menurutnya.
Setelah kepulangannya dari Seoul untuk liburan, kenyataan yang ia hindari beberapa hari itu tidak berubah sama sekali. Kedua orang tuanya tak pernah libur untuk bercekcok karena masalah yang sepele, bahkan berbeda pendapat sedikitpun mereka tidak menerimanya.
Jiminpun lelah dengan kehidupannya, terkadang ia merasa Tuhan tidak adil terhadapnya. Kenapa ia selalu di rundung masalah yang tiada habisnya, seperti hilang satu tumbuh seribu.
Jimin melempar bantal yang di pakainya lalu pergi ke kamar mandi, ia mengisi bathtub hingga penuh. Ia masuk kedalamnya dan menenggelamkan diri, biasanya dengan cara ini Jimin bisa meredakan guncangan dadanya yang bergejolak emosi. Ia akan berteriak dalam air hingga pasokan oksigen habis dalam paru parunya.
Hingga ia merasa lebih tenang maka ia akan bersandar di pinggiran bathtub, menangisi segala masalahnya yang sebenarnya tidak patut ia tangisi.
Hingga sekelabat ingatan tentang pertemuannya dengan sosok pria dingin dengan kehidupan yang menyenangkan, menurut kesimpulannya.
Betapa Jimin juga ingin memiliki kehidupan bebas sepertinya, ia juga ingin menjejaki dunia dengan tanpa beban yang selalu menghambatnya.
Ia ingin merasakan indahnya memiliki kekasih.
ia ngin merasakan memiliki sahabat.
ia ingin merasakan segalanya yang belum pernah ia rasakan.
Keretakan rumah tangga orang tuanya karena sebuah kesalahan dari ayahnya, ayahnya berselingkuh dengan wanita lain hanya karena sudah bosan dengan sang ibu.
Kenapa harus seperti itu, Jimin fikir bukankah ada cara bagaimana agar rumah tangga tetap harmonis. Kenapa mereka mementingkan ego mereka yang tinggi, bahkan ibunya semakin acuh pada segala hal bahkan pada Jimin yang mulai kehilangan segala perhatian orang tua.
Keluarganya sudah berantakan sejak ia masih sekolah Dasar, awalnya masih bisa di atasi dengan baik. Hanya sebuah perseteruan singkat lalu selesai, tidak seperti sekarang. Bahkan barang-barang di sekitar perseteruan mereka akan menjadi sasaran. Atau bahkan bermain fisik untuk menuntaskan emosi yang bergejolak tinggi.
Pernah beberapa kali Jimin mencoba menengahi tapi berakhir ia yang terluka, maka setelahnya Jimin menyerah. Tidak lagi ikut campur dan memilih untuk mengurung diri di kamar.
Kehidupannya tidak lagi tenang, tidurnya tak lagi nyenyak. Ia akan selalu membutuhkan obat penenang, karena depresi yang berkepanjangan ia mengalami insomnia parah dan memerlukan obat tidur agar dapat tidur.
Merasa sudah terlalu lama dalam kamar mandi Jimin pun keluar setelah mengganti pakaiannya dengan bathrobe, ia mendekati koper miliknya yang belum ia rapihkan kembali.
Jimin memilah beberapa baju yang akan di pakainya hari ini, hingga ia melihat sebuah bungkus rokok.
Ah- ia baru ingat kalau rokok itu milik pemuda berkulit pucat, Jimin kan mengatakan padanya kalau rokoknya telah ia buang. Padahal Jimin hanya menyembunyikannya kedalam koper.
Usai berpakaian ia pergi keluar kamar, perutnya kelaparan karena sejak pagi belum terisi. Dan di lantai bawah Jimin melihat beberapa guci kesayangan ibunya telah pecah, untuk saat ini tengah di bersihkan oleh seorang pelayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide Hotline
FanfictionMemiliki hubungan yang tak di sangka-sangka. Hanya karena kebutuhan dan kepedulian. Tapi di saat yang sama mereka tidak mengerti arti dari perasaan yang sesungguhnya. Hingga saat itu tiba Min Yoongi dan Park Jimin memilih tetap berdiri di zona nyam...