Esok paginya Yoongi terbangun lebih dulu dari Jimin, ia merasa kebas pada otot lengannya karena masih di jadikan bantalan tidur untuk Jimin semalaman. Dengan perlahan Yoongi memindahkan kepala Jimin ke bantal, lalu ia meregangkan tangannya yang kaku.
Ia berlalu pergi menuju kamar mandi untuk mandi, sebelumnya ia berkaca terlebih dahulu. Menatap pantulannya di kaca dengan ekspresi sayu, wajahnya terlihat kacau. Kulit pucatnya terlihat kusam dan kasar, ia terlihat mengerikan.
Mendesah malas ia segera melepas pakaiannya untuk mandi, ia mengguyur tubuhnya dengan air yang dingin. Yoongi termenung dalam keresahan, memikirkan tubuhnya yang semakin hancur karena tingkah bodohnya.
Selintas ia berfikir ingin sekali menggunakannya lagi. Hanya saja ia sudah bertekad tidak akan melakukannya, ia ingin menghentikan keburukannya.
Tangan Yoongi yang bersandar pada dinding terlihat mengalami tremor itu adalah gejala ringan setelah pemberhentian menggunakan obat secara mendadak. Ia tidak tahu apa yang terjadi padanya kedepan nya nanti, sedangkan akhir-akhir ini Yoongi sering mengalami berdebar dan kesulitan bernafas di barengi anggota tubuhnya yang bergetar.
Ia melewatinya seorang diri, tak berniat memberitahukannya pada siapapun termasuk Sehun sebagai seorang psikiater. Hanya saja logikanya terus mendorong diri agar segera mengatakannya agar mendapat penanganan lebih cepat.
Lama Yoongi berada dalam kamar mandi hanya untuk membersihkan diri juga menunggu dengan sabar agar tangannya yang bergetar lekas berhenti.
Saat ia keluar Jimin masih di sana terlelap begitu damai tidak terganggu sedikitpun dengan sinar mentari yang mulai terik. Ia bergegas mengambil setelannya dan mulai berpakaian, ia harus pergi ke kantor agar dapat mengerjakan dokumen yang menumpuk di ruangannya. Jelasnya ia sudah pusing mengurusi kertas-kertas menyebalkan itu hingga berlarut-larut.
Setelahnya ia pergi menuju lantai bawah intuk sarapan, orang tuanya masih di sana bersama Woozi yang masih berpakaian santai.
"Pagi Yoongi." sapa ibunya sesaat setelah Yoongi duduk.
"Pagi eomma." sambutnya sambil memperhatikan ibunya yang tengah mengambilkan lauk untuknya.
"Temanmu tidak ikut sarapan?"
"Jimin masih tidur, aku akan membawakan sarapan untuknya nanti."
Mereka memulai sarapan dalam keheningan, Sehun tidak ada bersama mereka. Mungkin ia sudah berangkat lebih pagi dari mereka, Yoongi mempercepat sarapannya karena sesuatu yang serius.
Ia sudah berfikir dengan sangat matang, bahwa ia akan melakukan rehabilitasi. Dan ia perlu dukungan keluarga untuk memperkuat keyakinannya.
Karena seperti yang kita ketahui bahwa seorang pemakai ingin menghentikan keburukannya memerlukan banyak dukungan. Karena terkadang ada pemakai yang sudah sembuh kembali memakai karena kurangnya dukungan.
"Ada yang ingin aku bicarakan, dan ini sangat penting karena ini menyangkut kehidupanku." ujar Yoongi setelah menyelesaikan sarapannya dengan waktu singkat.
Semua yang berada di sana menghentikan sarapan mereka, menaruh sendok garpu mereka lalu memperhatikan Yoongi serius.
"Aku sudah berfikir panjang soal ini, aku akan melakukan rehabilitasi. Beberapa hari ini aku sudah menghentikan segala keburukanku, dan hal itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Aku seperti akan mati karena menghadapinya seorang diri, aku membutuhkan dukungan kalian."
Suzy sang ibu langsung bangkit dari duduknya untuk menghampiri anaknya dengan terharu, ia memeluk Yoongi dan menepuk pundaknya perlahan.
Suzy terisak pelan "Eomma selalu mendukungmu, apapun kesulitanmu jangan pernah hadapi seorang diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide Hotline
FanficMemiliki hubungan yang tak di sangka-sangka. Hanya karena kebutuhan dan kepedulian. Tapi di saat yang sama mereka tidak mengerti arti dari perasaan yang sesungguhnya. Hingga saat itu tiba Min Yoongi dan Park Jimin memilih tetap berdiri di zona nyam...