Dan dalam 1 hari itu Jimin di minta Yoongi untuk tetap berdiam diri dalam kantornya. Di saat Yoongi harus pergi menemui klien di luar dan Jimin harus menunggu seorang diri ia pun tetap menerimanya.
Seperti perjanjian yang di buat Yoongi, ia harus menuruti setiap ucapan Yoongi tanpa boleh menolak.
Sebenarnya ia sudah sangat jenuh, jam bahkan sudah menunjukan pukul 4 sore. Perutnya juga terus merongrong ingin di isi, di atas meja itu sebenarnya ada permen. Yah itu permen batang yang Yoongi pesan pada Hyunsik waktu itu.
Ingin mengambilnya tapi ia ragu, Jimin rasa ia harus izin dulu. Telapak kakinya mengetuk pelan, perutnya benar-benar kelaparan.
Selang beberapa menit pintu terbuka, Jiminpun segera bangun tapi yang ia lihat bukan Yoongi tapi seorang gadis.
"Siapa kau?" tanya gadis itu, ia Jennie sambil menenteng paper bag pink di sebelah tangannya.
"Aku..." Jimin bingung harus mengatakan apa, haruskah ia mengatakan kalau dirinya teman Yoongi. Ah tapi iakan tidak dekat bahkan baru mengenalnya.
"Kau kekasih Yoongi oppa." Jimin tidak tahu apakah itu pertanyaan atau pernyataan, yang pasti saat ini dirinya sangat tidak nyaman karena gadis itu menatapnya dari atas sampai bawah. Memindainya begitu intens bahkan memutarinya beberapa kali.
"Kau punya tangan yang lucu." ujar Jennie saat melihat jemari Jimin yang pendek.
Kembali memutari Jimin hingga sebuah telapak tangan mendarat di atas bongkahan bokong, tanpa permisi Jennie bahkan mengelus dan meremasnya. Kepalanya mengangguk seperti meyakini sesuatu, lalu ia tepuk pelan bokong Jimin dan duduk di salah satu Single Sofa.
Jimin masih berdiri tegak tak berkutik setelah insiden remasan di bokongnya "Kau punya bokong bagus, Yoongi oppa pasti sangat puas denganmu."
Jennie mengeluarkan ponsel dari tas mahalnya, ia terlihat mengetik sesuatu di ponsel kemudian ia taruh lagi. Jemari lentik dan kurusnya mengeluarkan kotak bekal dari paper bag itu dan menatanya, Jimin meneguk liur saat melihat hidangan makanan dalam kotak tersebut.
"Kau mau?" Jennie menyeringai kecil saat melihat binar senang di mata Jimin, sepertinya mengerjai kekasih Yoongi (menurutnya) sebentar tidak masalah.
"Kau bisa memakannya-tapi tidak sekarang. Kau harus menunggu Yoongi oppa kembali, karena aku membuat ini khusus untuk KEKASIHKU." wajah Jimin pun terlihat muram, bukan karena pernyataan Jennie "aku tidak perduli kau siapa Yoongi oppa, jangan harap kau bisa seenaknya dekat dengannya."
Jimin menunduk lesu matanya sesekali mencuri pandang kearah makanan yang ada di hadapan Jennie, sedangkan Jennie terkikik puas karena ia merasa telah membuat Jimin merasa terintimidasi. Jennie fikir Jimin berwajah muram karena di ancam soal Yoongi, padahal Jimin sedang muram karena tidak di izinkan makan sebelum Yoongi datang.
Beberapa menit sudah terlewati, mereka hanya berdiam diri tanpa banyak bicara. Jennie sendiri sibuk dengan ponselnya tidak perduli dengan keberadaan Jimin seolah-olah tengah mengacuhkannya.
Sejak tadi sebenarnya Jennie gemas sekali ingin mengajak bicara Jimin, tapi ia harus menahan diri sampai Yoongi datang.
Pintu terbuka tiba-tiba rupanya Hyunsik yang membuka pintu lalu Yoongi muncul setelahnya bersama Hoseok.
"Sayang kau sudah selesai rapatnya." Jennie bangun lalu memeluk Yoongi erat, seperti seorang kekasih yang sedang merindu, lalu Hoseok menatap Jennie dengan wajah sedih di buat-buat.
"Jennie lepaskan aku." ujar Yoongi tapi sorot matanya fokus pada Jimin yang tertunduk, lalu Jennie menggeleng keras "oppa tidak rindu aku ya?"
Yoongi hanya dapat mendesah malas "Hentikan akting bodohmu, Hoseok tarik tunanganmu ini. Jangan diam saja sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suicide Hotline
FanfictionMemiliki hubungan yang tak di sangka-sangka. Hanya karena kebutuhan dan kepedulian. Tapi di saat yang sama mereka tidak mengerti arti dari perasaan yang sesungguhnya. Hingga saat itu tiba Min Yoongi dan Park Jimin memilih tetap berdiri di zona nyam...