"Cukup, Malik! Dia bukan gadis serendah itu. Dan asal kau tahu, dia bukan selingkuhan papa. Justru papa ingin menjadikannya sebagai istrimu, supaya kau bisa menjadi lelaki yang lebih baik lagi, dan tidak urakan seperti sekarang."
"Apa aku tidak salah dengar, huh? Kau yang melakukannya, mengapa aku yang harus menikahinya?"
"Apa maksudmu?"
"Jangan so bertingkah polos! Dia hamil oleh papa. Jadi, Papa ingin menikahkannya denganku, biar nama Papa tetap baik di mata semua orang."
Plak ....
"Jaga bicaramu, Malik! Kau anggap apa papamu ini? Baik, akan papa buktikan kalau gadis ini tidak hamil! Kalau ternyata hasilnya negatif, maka besok kau harus langsung menikah dengannya."
Setelah mereka meninggalkan kamar, aku tak mampu lagi membendung air mataku. Hati wanita mana yang tidak merasa sedih, saat ada yang menilai dirinya serendah itu. Aku memang bukan terlahir dari keluarga kaya, tapi ibuku selalu mengajarkanku ilmu yang kaya hati, dia selalu membimbingku supaya menjadi seorang wanita salihah dunia dan akherat.
Ibu ...
Andai kau masih di sini ...
Mungkin aku tidak sendiri ...
Dan aku tidak akan seperti ini ...
Terlunta-lunta tanpa seorang pun yang menyayangi ...Ibu ...
Aku merindukanmu ...
Engkau sumber kekuatanku ...
Engkau alasanku untuk tetap bertahan dalam kondisi apa pun ...
Aku menyayangimu ...
Bahagia dan tenanglah di sana ...
Semoga selalu mendapat tempat terindah di surga-Nya ...
I love u, Mom ....Tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Om Ridwan, Mas Malik dan seorang dokter kandungan masuk. Mereka menyuruhku melakukan tes urine, untuk membuktikan aku benar hamil atau tidak.
Aku bernapas lega saat tes urine menunjukkan hasil negatif. Tentu saja hasilnya negatif! Jangankan hamil, disentuh lelaki pun aku tidak pernah. Kecuali ayahku sendiri dan si tua bangka yang hampir saja menodaiku.
Terlihat dari raut wajah Mas Malik, menunjukkan kalau ia tengah kesal, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang dia tuduhkan. Dan sesuai perjanjian, besok dia harus menikahiku.
Tidak! Bukan pernikahan seperti ini yang aku mimpikan, apalagi dengan seseorang yang sudah merendahkan harga diriku sendiri. Namun, aku tidak mungkin mengecewakan Om Ridwan! Walau bagaimanapun dia telah menolongku, ibu tidak pernah mengajarkanku untuk lari dari kenyataan. Apalagi harus mengecewakan seseorang yang telah menolong kita.
"Jangan senang dulu, aku menikahimu karena sebuah keterpaksaan. Setelah ini, aku akan membuat hidupmu lebih menderita," ucap Mas Malik lirih tepat di telingaku.
Astagfirullah ... mendengar ucapannya membuat dadaku semakin sesak, ini semua bukan keinginanku. Menikah dengan lelaki seperti Mas Malik juga bukan impianku. Aku menarik napas panjang, mungkin ini adalah takdir yang harus aku jalani. Aku harus kuat, aku harus bisa melewati semua, aku pasti bisa, yakin bisa dan harus bisa!
Tiba-tiba aku teringat dengan kisah Nabi Ayub As yang selalu sabar dalam menghadapi dan menjalani cobaan yang bertubi-tubi dari Allah swt. Dari mulai diberi penyakit yang sulit disembuhkan, kehilangan harta, anak dan istrinya. Namun, tidak pernah mengeluh dan berputus asa. Mengapa aku harus menyerah? Hanya dengan cobaan seperti ini.
Bismillah ....
Aku harus selalu kuat dan tegar dalam menghadapi apa pun._______
Keesokan harinya pernikahanku dan Mas Malik dilaksanakan. Ijab kabul pun berjalan dengan lancar. Setelah semua tamu pulang, aku diantar seorang pelayan ke kamar atas. Dia akan mengantarku ke kamar Mas Malik.
Apakah hatiku senang? Tentu saja tidak! Mengingat betapa buruk perangainya. Jangankan lisannya, tatapannya saja menunjukkan dia tidak pernah menyukaiku! Namun, walau bagaimanapun itu, aku harus tetap belajar menjadi istri yang baik untuknya.
Kini aku berada di kamarnya. Kamar yang luas dengan perpaduan antara warna hitam dan putih, yang menghadirkan kesan yang elegan dan mewah. Terdapat beberapa foto Mas Malik di sana, ada juga foto di mana dia sedang memakai baju koko dan kopiah.
Masyaallah ... tampan sekali Mas Malik. Namun, aku segera menepisnya dari pikiranku, aku tidak ingin jatuh hati kepadanya. Kecuali, kalau memang aku siap untuk merasakan patah hati.
Mas Malik keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk saja. Aku yang terkejut melihatnya, langsung menjerit dan langsung berbalik badan, menutup mata dengan kedua tanganku.
"Kau pura-pura terkejut melihatku bertelanjang dada seperti ini, padahal di luar sana kau sering melihat lebih dari ini!" Dia mengucapkannya dengan nada sinisnya.
Aku hanya bisa mengelus dada, mencoba menenangkan diri mendengar ucapannya yang lagi dan lagi merendahkanku. Bukan tidak bisa aku membantah ucapannya, hanya saja aku malas untuk berdebat dengannya.
"Malam ini kau tidur di bawah, jangan pernah menyentuh dan menggodaku! Tentunya kau sudah lihai dalam menggoda pria-pria di luar sana, tapi tidak denganku!" ucap Mas Malik seraya tersenyum mengejekku.
"Maaf, aku bukan wanita seperti itu!"
"Di mana ada maling ngaku, kalau pun ada penjara sudah penuh! Jangan-jangan ibumu juga sepertimu! Sering menggoda pria yang kaya raya untuk mendapatkan uang dan hartanya."
"Cukup! Aku terima kau merendahkanku sesuka hatimu, tapi tidak dengan ibuku! Dia wanita yang selalu menjaga kehormatannya hanya untuk suaminya. Kau boleh mengejek, mencaci, dan merendahkanku, tapi kau tidak boleh mengatakan ibuku serendah itu. Kami memang miskin, tapi hati kami tidak semiskin itu. Kami bukanlah wanita yang rela menjual diri hanya untuk mendapatkan uang!"
Aku terduduk lemas di lantai kamar. "Ibu tidak pernah mengajarkanku untuk menjadi seorang wanita penjual diri, ibu selalu mengajarkanku menjadi wanita berakhlak mulia, aku menikah denganmu karena papamu sudah menolongku. Aku hanya membalas budi kepadanya. Kalau saja aku diberi pilihan, tentu saja aku tidak ingin menikah dengan pria kasar sepertimu!"
Seketika tangisku pun pecah, tak kuat hati ini menahan sesak di dada. Aku melihat dia membeku di tempatnya berdiri. Namun,l tak lama kemudian dia keluar dari kamar.
Mengapa semua orang kaya selalu menganggap rendah seorang yang miskin?
Mereka kaya harta, tapi tidak dengan hatinya. Anak mana yang rela mendengar ibunya direndahkan seperti itu. Aku hanya bisa beristigfar dalam hati, karena tidak mungkin meluapkan emosiku di depan Mas Malik.Aku menghapus air mata di kedua pipiku, mencoba untuk tetap tegar di hari pertama pernikahanku. Aku berdiri dan berniat untuk pergi ke taman belakang, melupakan sejenak rasa sakit di hatiku. Namun, saat aku membuka pintu, aku terkejut mendapati seseorang yang berada di depan pintu kamarku.
Bersambung ....
_______
Kalau ada typo harap kasih tahu ya, maklum apalah daya karena penulis hanya manusia biasa.😘
Terima kasih sudah membaca🤗
Tinggalkan jejak vote dan coment ....23-12-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Cinta Aisya (Terbit)
RomanceFollow sebelum membaca😍 Boleh membaca, tapi tidak boleh di copy paste apalagi di plagiat!!! Aisya adalah gadis muslimah yang salehah, namun dia harus menelan kekecewaan ketika sang ayah menjualnya pada lelaki hidung belang. Ketika harga dirinya aka...