Part 15

5.3K 311 74
                                    

Aku terkejut saat mendapati beberapa lembar foto di dalamnya. Hati yang mulai tenang, kini mendadak menjadi buncah. Rasanya seperti diajak terbang, lalu dijatuhkan kembali dengan kasar. Itulah perasaan hatiku saat ini.

______________

Aku terkejut dan menatap nanar pada foto yang berada di tanganku. Berulang kali aku memastikan kalau seseorang yang di foto itu bukanlah Mas Malik. Namun, percuma kusangkali, karena pada kenyataannya itu memang Mas Malik.

Mas Malik sedang berpelukan dengan seorang wanita yang tidak aku kenal. Wanita dengan rambut sebahu tengah menatap mesra ke arah Mas Malik.

Hatiku serasa teriris melihat kemesraan di antara mereka. Apakah selama ini Mas Malik membohongiku? Mengapa dia harus memberiku harapan palsu, bila memang di luar sana ada wanita yang ia cintai.

Aku mencoba untuk menetralkan perasaan yang kini hancur berkeping-keping.  Aku memang bukanlah wanita yang sempurna, jangankan harta dan rupa, keluarga pun aku tak punya. Namun, apakah tidak pantas wanita sepertiku memiliki cinta dan merasakan hidup bahagia?

Tidak seharusnya Mas Malik bermain di belakangku. Bukankah pernah kutawarkan untuk berpisah, bila memang ia tidak bahagia dengan pernikahan ini. Namun, dia menolaknya, karena ingin belajar tuk mencintaiku dengan memulai kehidupan yang baru bersamaku. Mengapa sekarang dia bermesraaan dengan wanita lain? Dan siapa pengirim misterius ini?

Aku sangat lelah memikirkannya, tak terasa butiran air mata jatuh tak tertahan. Baru saja merasakan bahagia, kini sudah kembali terluka.

Karena tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, aku melanjutkan kembali memberesi barang-barangku. Tidak lupa kusimpan foto itu di bawah bajuku. Biarlah kebenarannya, nanti akan kucari tahu sendiri.

Setelah semua barang tersimpan rapi di tempatnya, aku melangkahkan kaki menuju dapur. Ada beberapa persediaan bahan makanan di kulkas yang telah disiapkan Mas Malik.

Dengan hati yang bercampur aduk dan pikiran yang berkecamuk, aku memasak makanan kesukaan Mas Malik dan tidak lupa membuat puding cokelat untuk hidangan penutupnya.

____________

Sore harinya, kurebahkan tubuh ini di kasur. Menatap langit-langit kamar dengan perasaan yang sulit kuartikan. Entah mengapa, melihat Mas Malik bertatap mesra dengan wanita lain membuat hatiku seperti teriris sembilu.

"Sya, apakah kamu sakit?" tanya Mas Malik dengan nada khawatir, saat memasuki kamar.

Aku menggeleng singkat, lalu menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhku. Mas Malik menempelkan telapak tangannya di keningku, untuk memastikan kalau aku memang tidak demam.

"Terus kenapa kamu seperti ini?" tanyanya kembali seraya duduk di sampingku.

"Aku hanya kecapean saja, Mas!"

"Maaf ya, seharusnya tadi aku membantumu!"

"Tidak apa-apa, Mas. Aku mengerti!"

"Terima kasih, tapi sekarang aku lapar, Sya!" ucap Mas Malik dengan suara memelas.

"Tadi aku sudah masak, Mas. Semua sudah aku siapkan di meja makan!"

"Aku ingin makan ditemanimu, Sya!"

Aku segera turun dari ranjang dan berjalan ke luar kamar. Namun, tidak terdengar langkah Mas Malik mengikutiku. Aku menoleh dan kulihat Mas Malik masih duduk di ranjang dengan menatap sendu ke arahku.

"Mas, ayo, aku akan menemanimu makan!"

Mas Malik beranjak dari sana, lalu menghampiriku.

"Jujur, hari ini kamu nampak berbeda, apakah ada masalah?"

Lantunan Cinta Aisya (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang