Part 8

4.3K 317 65
                                    

Aku terkejut mendapati seseorang yang sedang menarik paksa tanganku. Seseorang yang tak pernah ingin kutemui, seseorang yang telah memberi sejuta luka di hatiku. Kini luka itu seperti tersayat kembali, aku mencoba memberontak untuk melepaskan diri. Namun percuma, dia dengan kuatnya menarik tanganku dan mendorong tubuhku untuk segera masuk ke mobilnya.

"Kejam! Kamu seorang ayah yang kejam, kewajibanmu seharusnya melindungi anakmu. Bukan menjual atau menyakiti anakmu sendiri," teriakku, mengeluarkan semua rasa yang mengganjal di hatiku selama ini.

Dia tertawa terbahak-bahak! Sorot mata yang dulu kulihat begitu meneduhkan, kini seperti penuh kebencian.

"Apa yang terjadi pada dirimu, Ayah? Mengapa kasih sayangmu yang dulu, kini seakan tidak ada lagi untukku?" tanyaku, seraya dalam isak tangis yang tak bisa lagi kubendung.

"Berhentilah memanggilku dengan sebutan Ayah. Aku bukanlah Ayah kandungmu! Aku menikahi ibumu saat kau sedang di dalam kandungan. Kau anak haram!" Lalu dia kembali tertawa, seakan menertawakan diriku yang terlahir tanpa ayah yang jelas.

Kemudian dia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tanganku diikat dan mataku di tutup dengan menggunakan kain hitam.

Ya Allah ...
Bila memang ini jalan takdirku ...
Berikanlah aku kekuatan untuk terus bertahan melewati semua ujian hidupku ...
Dan jika ini cobaan dariMu ...
Beri aku ketabahan untuk menjalaninya ...
Aku percaya ada terang setelah gelap ...
Ada panas setelah hujan ...
Dan ada bahagia setelah duka ...
Sesungguhnya hanya Engkau sebaik-baiknya penolong ...
Lindungi aku, ya Rabb ....

"Cepat turun!" hardiknya, seraya memaksaku untuk turun.

"Kau akan membawaku kemana?"

"Tenang saja, setelah ini kau akan berterima kasih kepadaku. Karena kau akan bersenang-senang dengan seseorang," balasnya seraya tertawa terbahak-bahak.

Astagfirullah ... apa lagi yang akan dia lakukan kepadaku?

Dengan sekuat tenaga, aku mencoba untuk melepaskan diri darinya. Dia bukanlah seorang ayah yang baik lagi, uang dan judi telah membuatnya menjadi seorang yang lupa diri.

"Ibuku pasti kecewa dengan kelakuanmu yang seperti itu, bahkan mungkin, dia menyesal sudah menikah dengan pria sejahat dirimu," ucapku setengah berteriak, aku tidak takut kepadanya, aku percaya Allah selalu bersamaku.

"Cuih ... aku dan ibumu saling mencintai, hanya saja kehadiranmu yang telah merusak cinta di hati kami. Aku berbuat baik kepadamu, hanya semata-mata karena melihat ibumu. Seorang wanita yang paling aku cintai sepanjang hidupku."

"Kalau begitu lepaskan aku! Anggap saja kita tak pernah saling mengenal. Dan anggap saja, aku telah mati menyusul ibuku sendiri." Ada rasa sakit di dalam hati, saat mengatakan itu padanya.

"Sayang sekali, aku tidak ingin melepas tambang emas sepertimu. Banyak pria kaya di luar sana yang menginginkan gadis polos sepertimu."

"Aku menyesal, telah mengenal Ayah sepertimu!" ucapku lirih.

"Ha ... ha ... apakah kau pikir aku senang, memiliki anak sepertimu? Kau penghalang dari hubunganku dengan ibumu!"

Rasanya sesak dada ini mengingat fakta, kalau aku bukanlah anak yang mereka inginkan, tapi aku tetap bersyukur, ibu selalu menyayangiku dan membimbingku untuk menjadi seorang wanita salihah.

Entah bagaimana caranya agar bisa terbebas dari sini? Menunggu bantuan seseorang, itu tidak mungkin! Karena siapa yang akan menolongku, aku tidak memiliki siapa pun di dunia ini. Sedangkan Mas Malik, sudah pasti dia takkan memedulikanku! Mungkin dia lebih senang, aku tidak berada di rumahnya.

Astagfirullah ... aku sudah bersuuzan kepada suamiku sendiri.

__________

Tiga hari sudah aku terkurung di sini, tanpa diberi makan dan minum. Luka cambuk yang diberikan ayah kemarin, tidak seberapa sakit bila dibandingkan dengan luka yang ada di dalam hatiku.

Tiga hari pula tak ada yang menolongku. Mungkin, mereka benar-benar sudah melupakanku. Kalau pun mencari, sudah pasti sulit ditemukan karena setahuku tempat ini jauh dari keramaian. Tak ada yang kini bisa aku lakukan, selain berpasrah diri kepada-Nya.

Kemarin, ayah mencambukku dengan menggunakan sabuknya. Dia marah besar karena aku telah berani menolak dan memarahi seorang pria tua yang ingin membayarku. Dan untungnya pria tua itu membatalkan niatnya, dia tidak ingin melakukan hubungan dengan gadis pemberontak sepertiku.

Dengan murka ayah mencambukku, menendangku dan menamparku. Dia sudah tidak memiliki akal dan hati nurani. Kini, hanya obsesinya yang tinggi untuk memuaskan dirinya dengan menjualku untuk mendapatkan uang yang banyak.

Lari, itu tidak mungkin! Selain tangan dan kaki yang diikat, tubuhku pun sudah lemah tak berdaya. Aku pasrah, bila memang takdirku harus berakhir di tempat seperti ini.

"Ikut aku! Akan ada seseorang yang membayar mahal tubuhmu. Aku akan menjadi orang terkaya di dunia." Tiba-tiba ayah datang dan memaksaku untuk berdiri.

"Lebih baik aku mati di tanganmu, daripada harus memberikan tubuhku pada lelaki yang bukan mahramku."

Namun, bukannya dia mendengarkanku, dia menarik paksa tubuhku yang sudah tidak berdaya. Dia menutup kembali mataku, dan memasukkanku ke dalam mobilnya.

Bibir ini tak mampu lagi berucap, hanya pasrah diri pada sang Kuasa. Semoga akan ada seseorang yang menyelamatkanku dari ketertindasan ini.

Mobil berhenti, dia menurunkanku dengan paksa dan menarikku bagaikan menarik seekor kambing betina.

"Lihatlah, seseorang yang membelimu sangatlah kaya raya. Terbukti dengan rumahnya yang sangat mewah dan megah seperti ini." Dia berbisik di telingaku.

"Ayahmu ini sangat bersedih hati, harus berpisah denganmu di sini. Tapi ingat suatu saat nanti, kau akan kembali ke tanganku, Hha," ucapnya lirih seraya berakting sedih.

Rasa takut mulai menjalar di hatiku, aku tidak tahu kapan akan terbebas dari semua ini?

"Ini boss, gadis yang telah aku janjikan untukmu. Aku meminta bayarannya yang sesuai!" Terdengar ayah berbicara dengan seseorang.

"Tangkap dia!" Aku mendengar perintah seseorang dari arah lain.

Suara tembakan pun terdengar jelas di telingaku. Entah apa yang sebenarnya tengah terjadi di depanku. Aku tidak bisa melihatnya, karena mataku masih tertutup kain hitam dan tanganku diikat ke belakang menggunakan sebuah tali.

Mendengar suara tembakan yang diikuti suara ayah yang mengerang kesakitan, aku mulai panik dan ketakutan. Apa yang terjadi? Mengapa ayah seperti kesakitan, dan suara ayah semakin menjauhiku. Lalu sekarang aku ada di mana dan dengan siapa aku di tempat ini?

Derap langkah seseorang terdengar mulai mendekatiku, membuat ketakutanku semakin memuncak. Bagaimana kalau ia berniat menjahatiku? Bagaimana kalau ia lebih jahat dari ayahku?

Hingga aku rasakan sebuah tangan kekar, merangkul tubuhku. Dia menarikku ke dalam dekapannya dan mencoba menenangkanku dari ketakutan. Ingin aku melepaskan pelukannya, tetapi niat itu aku urungkan, mengingat betapa nyamannya berada didekapannya.

"Maafkan aku! Aku tidak tahu dan tidak pernah mencari tahu, tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam kehidupanmu," bisiknya lirih di telingaku.

Bersambung ....

Ada yang tahu kira-kira siapa pria itu?
Malik, Dion atau pria lain?
Jangan bilang part ini pendek ya, 1000 kata/hari membuat kepalaku sedikit pening.😂😂


31-12-2019

Lantunan Cinta Aisya (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang