Part 10

4.7K 298 64
                                    

Aku berdiri dan menatap ramah ke arah wanita yang telah mendorongku. Aku tersenyum menyembunyikan rasa sakit di hati. Mencoba untuk tidak terpancing emosi dengan semua perkataannya.

"Assalamualaikum, Kak Oliv."

"Tidak usah menjadi wanita yang sok ramah dan manis. Kalau kau gadis baik-baik, tidak mungkin kau akan serumah dengan Malik!"

Aku kembali tersenyum mendengar ucapannya.

"Kak Oliv tahu dari mana, kalau aku serumah dengan Mas Malik?"

"Apa yang tidak aku tahu tentang Malik? semuanya aku tahu! Aku ingatkan sekali lagi, menjauh dari Malik atau kau akan merasakan akibatnya!"

"Maaf! Kalau permintaan yang satu itu, aku tidak bisa melakukannya."

"Mengapa? Apa karena kau sudah melakukan hubungan di luar nikah bersamanya? Tinggalkan dia dan aku akan memberimu banyak uang!"

Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan emosi yang tengah berkecamuk di dalam diri. Aku mencoba untuk tetap bersikap tenang menghadapinya.

"Bahkan uang Kakak sekalipun tidak akan bisa untuk membuatku untuk menjauh dari Mas Malik. Dan satu hal yang perlu Kak Olive ketahui, Mas Malik bukan seorang lelaki yang dengan mudahnya meniduri wanita. Dia seorang lelaki yang baik, seharusnya Kak Oliv juga tahu akan hal itu."

"Kamu-"

"Bila memang Kakak mencintai Mas Malik, tunjukkan dengan cara yang sepantasnya. Uang memang menjamin kehidupan seseorang, tapi uang tidak akan menjamin kebahagiaan seseorang," ucapku seraya menahan sesak di dada.

"Bila memang Kak Oliv memiliki banyak harta, sebaiknya disumbangkan pada yang membutuhkan. Jangan dijadikan untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang Kak Oliv inginkan!" ucapku kembali.

"Kau ... beraninya mengajariku seperti itu, ingat aku akan membuat perhitungan denganmu!" ucap Kak Oliv seraya pergi meninggalkanku.

Aku tersenyum getir, mengapa perjalanan hidupku penuh dengan liku? Kapan aku akan merdeka, dari semua masalah hidup yang tidak pernah berhenti menerpaku?

"Aku mendengar semua pembicaran kalian! Dan aku butuh penjelasan darimu, Sya." Aku terkejut mendapati Alin sudah berada di belakangku.

"Aku akan menjelaskannya nanti," ucapku seraya tersenyum.

"Aku tidak butuh nanti, aku ingin mendengar penjelasanmu sekarang. Apa benar kamu tinggal satu atap dengan Pak Malik? Aku tidak menyangka, Sya."

"Astagfirullah, Lin. Kamu tidak percaya padaku, sahabat kamu sendiri!"

"Makanya aku meminta penjelasanmu, biar aku tidak salah paham padamu."

Aku tersenyum, lalu mengajaknya masuk ke dalam kafe. Aku menceritakan semua yang telah terjadi dari awal sampai akhir. Termasuk salah paham Mas Malik, yang mengira kalau aku selingkuhan Papanya. Alin menangis dan meminta maaf, dia tidak menyangka kehidupanku serumit itu.

"Pantas saja, Sya. Akhir-akhir ini Pak Malik sering makan siang di kafe ini," ucap Alin seraya menghapus air matanya.

"Memang sebelumnya tidak pernah?"

Alin menggeleng.

"Biasanya jarang!"

"Selama kamu tidak masuk kerja tiga hari, aku dan Meta mengkhawatirkanmu. Bukan hanya kami, Kak Dion terus-menerus menanyakanmu padaku. Dan kalau tahu malam itu akan terjadi sesuatu padamu, sudah pasti aku akan mengantarkanmu pulang!"

"Sudahlah yang penting tidak terjadi apa-apa padaku!"

"Tidak terjadi apa-apa gimana? Wajahmu seperti abis kena tinju seperti itu."

Lantunan Cinta Aisya (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang