Part 11

4.6K 276 53
                                    

Kak Dion menoleh pada Mas Malik, terlihat raut tidak suka dari wajahnya.

"Mengapa Anda menyuruhku melepaskan dia? Aku mencintainya dan Anda tidak memiliki hak untuk mengatur dan mencampuri hidup orang lain," ucap Kak Dion.

Mas Malik menghampiriku, dia menarik tanganku untuk mendekat padanya.

"Ayo pulang!"

Mas Malik menggenggam tanganku, ada desiran aneh yang menulusuk ke dalam hatiku. Bahagia bercampur haru saat dia bersikap posesif seperti ini.

"Tunggu!" teriak Kak Dion.

Mas Malik menghentikan langkahnya, kulihat Arin dan Meta pun mendekat pada kami.

"Sya, tolong jelaskan, ada hubungan apa antara kamu dengan dia?" tanya Kak Dion dengan tatapan sendu.

"Dia ... maksudku kami sudah menikah," balasku seraya menunduk.

"Apa?"

"Maaf! Aku menganggap Kak Dion hanya sebatas Kakak. Jadi tidak mungkin aku mencintai Kak Dion."

"Mengapa kamu menyembunyikan semua ini dariku, Sya? Kalau aku tahu, kamu sudah menikah, tak akan kubiarkan rasa ini semakin besar untuk bisa memilikimu."

"Maaf, Kak!"

Tiba-tiba Oliv datang mendekat pada Mas Malik dan langsung memeluknya. Jujur ... ada rasa tak suka saat ada wanita lain yang mendekatinya. Namun, tak ada yang bisa aku lakukan selain diam melihat wanita itu tersenyum sinis ke arahku.

"Sayang, katakan kalau yang diucapkannya itu bohong! Mana mungkin kamu mau menikah dengan gadis murahan dan jelek seperti dia!" ucap Oliv seraya bergelayut mesra di lengan Mas Malik.

"Lepaskan!" hardik Mas Malik.

"Tidak! Kamu milikku, selamanya kamu akan menjadi milikku."

"Aku bilang lepaskan!" ulang Mas Malik seraya memberikan penekanan pada setiap kalimat yang ia ucapkan.

Mas Malik menghempaskan tangan Oliv dengan kasar, terlihat Oliv tampak marah besar. Ia mendekatiku dan bersiap menamparku. Namun, Mas Malik dengan gesit mencekal tangannya dan menjauhkannya dariku. Menarik tanganku, lalu menggenggamnya. Mas Malik mengajakku untuk keluar dari kafe.

Sebelum keluar, aku sempat melirik ke arah Kak Dion. Terlihat kekecewaan menghiasi wajahnya.

"Maafkan Aisya, Kak!" bisik batinku.

Aku dan Mas Malik masuk ke dalam mobil. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah jalanan yang cukup ramai oleh pengendara yang lain.

Hening ... tak ada pembicaraan di antara kami, hanya suara kendaraan yang berlalu lalang dan lagu dari 'Devano Danendra' yang terdengar di telungaku.

Kau ...
Diam-diam aku jatuh cinta kepadamu ...
Kubosan sudah ku menyimpan rasa kepadamu ...
Tapi tak mampu kuberkata di depanmu ...
Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta ...

Aku begitu menikmati alunan lagu dan lirik yang Devano nyanyikan, lagu ini seperti mewakili perasaan yang kini tengah kurasakan. Namun, tiba-tiba Mas Malik menggantinya dengan lagu yang lain.

"Lain kali aku tidak akan membiarkanmu pergi ke kafe itu lagi!"

"Kenapa Mas? Bukankah di sana ada sahabatku, Alin dan Meta?"

"Tapi di sana juga ada Dion!"

Aku tersenyum, mungkinkah Mas Malik cemburu?

"Maksudku, aku tidak terlalu menyukai Dion. Jadi aku harap kamu menuruti perintahku!"

Lantunan Cinta Aisya (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang