Dia melepas tali yang mengikat di tanganku dan juga segera membuka kain hitam yang menutupi mataku. Kedua netra kami bertemu, manik mata indah itu yang selalu membuatku merindu.
"Terima kasih-" dia langsung mengunci bibirku dengan jari telunjuknya.
"Bukankah ini sudah kewajibanku sebagai seorang suami? Jangan terlalu banyak pikiran, sembuhkan lukamu dan banyaklah beristirahat!"
Aku mengangguk singkat, terlihat seulas senyum dari bibirnya. Walau singkat, namun membuat hatiku cukup bergetar, karena untuk pertama kalinya dia tersenyum padaku.
Sudah beberapa kali aku mencoba untuk berdiri. Namun, tubuhku terlalu lemah. Tanpa aba-aba terlebih dahulu, Mas Malik langsung membopong tubuhku dan membawaku menuju kamar yang berada di lantai atas.
"Mas, kamarku berada di bawah, kamu salah kamar!"
Mas Malik diam tak menjawab, berpura-pura tidak mendengarkan ucapanku. Pintu kamar di buka, dengan hati-hati dia membaringkanku di tempat tidurnya.
"Untuk sementara tidurlah di kamarku, sampai lukamu sembuh!"
Aku mengernyit tidak percaya.
"Apakah aku tidak salah dengar?
"Aku tidak sedang bercanda!" ucapnya kembali meyakinkanku.
"Terus, Mas Malik mau tidur di mana?"
"Ya ... di sini!"
"Ha, apa?" tanyaku tak percaya.
"Hanya sampai lukamu sembuh, setelah itu kamu kembali ke kamarmu!"
Mas Malik berniat ke luar kamar, namun aku segera mencekal tangannya.
"Duduk di sini," ucapku seraya menepuk kasur di sebelahku.
Mas Malik mengernyit. Namun, kemudian dia duduk di sampingku.
"Mas, kamu tidak perlu takut denganku, aku bukanlah wanita penggoda! Mana mungkin aku menggodamu, sedangkan cara menggoda suami saja aku tidak tahu!" ucapku malu, sudah terbayang wajahku bak kepiting rebus, karena menahan malu mengucapkan itu padanya.
Terlihat Mas Malik mengangguk, dia mengambil obat dan mulai mengobati luka lebam di wajahku.
"Perih, Mas," ucapku lirih seraya menahan rasa perih di wajahku.
"Tahan, biar lukanya cepat mengering," ucapnya seraya meniup luka di wajahku.
Aku memejamkan mata menahan perih. Sesekali Mas Malik meniup-niup luka di wajahku. Andai saja rasa ini bisa saling memiliki. Namun, itu tidak mungkin, karena mengharapkan cinta dari Mas Malik, ibarat pungguk merindukan bulan. Itu tak mungkin terjadi.
Tok ....
Mas Malik menjitak keningku.
"Jangan berpikiran yang aneh-aneh," ucapnya seraya melangkah ke luar kamar.
Astagfirullah ... siapa yang berpikiran aneh? Setelah Mas Malik keluar, aku mencoba membaringkan tubuhku kembali. Menormalkan kembali detak jantungku yang sedari tadi berdetak tidak karuan.
"Apakah ini yang di bilang, jatuh cinta pada pandangan pertama?" ucap batinku.
Beberapa hari tidak terisi makanan dan minuman membuat tubuhku lemas tak berdaya, aku kembali duduk dan mencoba berjalan keluar kamar. Aku berniat mencari makanan di dapur.
"Mau kemana?" tanya Mas Malik yang sudah berada di depan pintu.
Kulihat di tangannya membawa bubur ayam dan segelas susu. Setelah meletakkan nya di atas meja, ia menuntunku untuk kembali ke tempat tidur. Dengan telaten dia menyuapiku hingga suapan terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Cinta Aisya (Terbit)
RomansaFollow sebelum membaca😍 Boleh membaca, tapi tidak boleh di copy paste apalagi di plagiat!!! Aisya adalah gadis muslimah yang salehah, namun dia harus menelan kekecewaan ketika sang ayah menjualnya pada lelaki hidung belang. Ketika harga dirinya aka...