Bab XXI

729 89 5
                                    

Soobin dan Beomgyu telah menghancurkan gelang tersebut walaupun tidak seutuhnya. Akhirnya mereka mencoba memasukkannya ke bara api agar terbakar.

Soobin sudah menjelaskan semuanya kepada Lia dan Kai. Mereka menyusun rencana agar Hyunjin tak mendekat lagi kepada Lia.

Dan ini waktunya. Firasat Soobin mengatakan bahwa Hyunjin akan menghampiri mereka sekarang. Mereka berdoa terlebih dahulu sebelum Hyunjin datang membawa kekacauan.

"Soobin, aku takut," ucap Lia berkeringat dingin.

"Tenang saja, kami bertiga ada disini Lia," jawab Soobin sambil menatap Kai dan Beomgyu. Lia mengangguk.

Sore ini begitu sepi, dan membosankan, mereka berempat sedari tadi hanya diam di dalam rumah Lia sambil melihat keluar rumah.

"Hei Soobin, orang itu datang," bisik Beomgyu yang sedari tadi mengintip dari jendela. Mereka semua pun berdiri.

"Ke posisi kalian masing-masing, biar aku yang terlebih dahulu menemuinya," ucap Soobin, mereka semua mengangguk.

Soobin pun membuka pintu rumah, bisa di lihat bahwa mobil hitam yang kemarin membuntutinya itu memang Hyunjin. Soobin berdiri diam sambil melipat tangannya di depan dada.

Hyunjin pun keluar dari mobil tersebut dengan temannya. Bau-bau perkelahian sudah dapat terasa sekarang.

"Oh, ini kekasihnya Lia? Berani juga ternyata ya," ucap Hyunjin.

Soobin tersenyum miring. "Pergilah sana, kau ini tidak penting lagi untuk Lia," ucap Soobin.

Tak lama Hyunjin langsung meninju pipi Soobin dalam satu kali kepalan tangannya. Tapi percuma, Soobin hanya merasakan sakit sedikit, ini semua berkat pipinya yang terlalu lembut dan elastis.

Lia yang melihat kejadian itu hendak berteriak, namun ia menahannya supaya Hyunjin tidak mengetahui keberadaannya sekarang. Soobin memegang pipinya sebentar, ia menarik baju Hyunjin.

"Sudah kubilang pergilah, maunya memancing emosi saja, dasar payah," ucap Soobin lalu melepaskan Hyunjin.

"Baiklah, baik, kalau itu mau mu, aku yang urus Lia sekarang," ucap Hyunjin lalu masuk ke rumah Lia tanpa permisi. Mata Soobin membulat sempurna, ia tak bisa menahan Hyunjin dengan tepat waktu.

Lelaki itu langsung mengubrak-ngabrik isi rumah tanpa rasa malu. Sementara Soobin mencoba terus menahan Hyunjin sekuat tenaga.

"Kau ini sudah gila apa?! Kita bisa bicarakan ini baik-baik!," ucap Soobin.

"Berisik!" ucap Hyunjin yang sedang mencoba melepaskan diri dari Soobin seperti orang kerasukan.

Beomgyu dan Kai yang mendengarkan keributan dari atas langsung menatap ke arah Lia secara bersamaan. Mereka harus membawa Lia jauh-jauh sampai Hyunjin tak bisa bertatapan muka dengan gadis itu.

"Ayo Lia, kita pergi dari sini," ajak Kai. Lia terdiam dan menggigit bibir bawahnya cemas.

"Bagaimana dengan Soobin?," ucapnya.

"Tenang saja Lia, pentingkan saja dirimu dulu, kita harus pergi dari sini," ucap Beomgyu.

Mereka pun mencari jalan keluar, dan untungnya ada tangga yang membawa mereka langsung keluar dari rumah lewat balkon.

"Hei Lia! Tunjukkanlah dirimu!," teriak Hyunjin.

"Percuma saja, ia tidak mau mendengarmu lagi," ucap Soobin.

Setelah turun dari lantai atas lewat balkon, Beomgyu, Kai, dan Lia berpapasan dengan teman Hyunjin yang pakaiannya serba hitam. Mereka bertiga terkejut bukan main. Hendak kabur namun rasanya tidak bisa.

"Hei, hei, tak apa, aku akan menolong kalian," ucap orang itu lalu melepaskan masker hitamnya.

"Ayo ikut denganku, aku akan menyembunyikan kalian," ucap orang itu lalu berjalan ke arah mobil. Mereka bertiga bertatapan satu sama lain dengan wajah heran.

"Tapi maaf, apa kau tidak akan menyakiti kami?," ucap Beomgyu. Orang tersebut berbalik badan.

"Tidak, tentu saja tidak, maafkan aku telah menakuti kalian, sebenarnya Hyunjin yang memaksaku untuk membantu dirinya. Aku yang telah menggagalkan semua rencana kecilnya, Hyunjin selalu menyimpan perangkap yang bisa saja menyakiti kalian, akulah yang menariknya kembali saat dia tak ada," ucap orang itu.

"Ngomong-ngomong, aku Felix, aku bisa membawa kalian ke rumahku, ayahku seorang polisi, jadi aku akan menghubungi nya untuk menangkap Hyunjin disini," ucap Felix.

"Terima kasih Felix," ucap Lia. Felix mengangguk lalu mengajak mereka ke mobilnya.

Sementara itu Soobin masih menahan Hyunjin, tapi ia rasa Beomgyu, Kai, dan lia sudah tak ada lagi di sekitaran rumah. Akhirnya ia pun melepaskan Hyunjin.

"Baiklah, sana cari sendiri kekasih khayalan mu itu," ucap Soobin.

Hyunjin tak mendengarkan ucapan Soobin dan bergegas mencari Lia ke seluruh sudut ruangan yang ada di rumah, namun hasilnya nihil.

"Dimana kau sembunyikan Lia?! Cepat jawab!," ucap Hyunjin.

Soobin mengangkat kedua tangannya tanpa berdosa. "Tentu saja aku tidak tahu, buat apa kan menyembunyikan kekasih seseorang?," ucap Soobin.

Hyunjin mengerang dengan kesal, ia pun keluar dari rumah tersebut lalu beralih ke halaman rumah. Dengan santai, Soobin mengikuti lelaki rusuh yang seperti orang tak berakal lagi.

"Angkat tangan!!" ucap seorang polisi dengan beberapa temannya di depan rumah Lia ketika Hyunjin dan Soobin keluar dari dalam rumah. Soobin dan Hyunjin pun mengangkat kedua tangan mereka di udara.

"Yang bukan Hwang Hyunjin cepat turunkan tangan!," ucap seorang polisi tersebut.

Dengan cekatan Soobin menurunkan tangannya lalu memasang senyum tak berdosa kepada Hyunjin.

"Selamat ya," bisik Soobin dengan menyebalkannya di telinga Hyunjin.

Seorang polisi pun masuk ke halaman rumah Lia lalu menghampiri Soobin.

"Apa benar anda Choi Soobin?," ucap polisi tersebut.

"Iya pak, saya Choi Soobin," jawab Soobin.

"Anak saya memberitahukan bahwa ada anda disini untuk menahan aksi kejahatan dari Hwang Hyunjin. Terima kasih atas kerja nya," ucap polisi tersebut. Soobin membungkuk sekali.

"Tak masalah pak, ini sudah menjadi kewajiban saya selama beberapa hari ini," jawab Soobin.

Hyunjin pun dibawa masuk ke dalam mobil polisi, ia pun menatap Soobin dengan tatapan kesal namun tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Lembaran Buku┊soolia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang