Hai hai hai, balik lagi nih sama gue Rin.
Kali ini gue bakal ngelanjut story gue yang ini, kebetulan lagi ada ide. Oh ya lagu diatas itu lagu yang lagi gue suka dengerin akhir2 ini.
Selain karena penyanyinya gue suka, gue suka lagunya juga.
Maaf banget gue jarang update. Sekali update lamaaaaaaaaaa banget hehehe...
Semoga masih ada yang nunggu ini cerita, dan cerita ini semakin lama semakin gaje aja deh, tapi dari bau2nya sih keknya bentar lagi kelar sih. paling ada 3 atau 4 chap lagi lah.
CHAPTER 13
Di Dark Shadows tengah terjadi kekacauan. Beberapa vampire darah campuran tengah berdebat sengit dengan pemimpin mereka yang baru yaitu Qyna. Qyna sendiri tengah pusing karena rencananya untuk memperbudak umat manusia gagal sudah karena ulah Ellen dan juga teman-temannya. Sekarang jalan satu-satunya adalah mengadakan perang dengan mereka.
Bukan hal yang sulit untuk mereka memusnahkan umat manusia karena secara fisik mereka lebih kuat ketimbang para manusia. Dan dijaman yang semakin modern ini manusia tidak lagi percaya akan keberadaan mereka dan tentu saja para vampire bisa dengan mudah memporak-porandakan dunia.
"Kita akan memulai peperangan. Kita buat mereka menyesali perbuatan mereka. Culik semua anak-anak dan juga remaja dan kalian boleh meminum darah orang dewasa. Kita lihat seberapa lama mereka akan bertahan, apakah mereka akan tetap melarikan diri atau menyerahkan diri secara suka rela." Mata Qyna menyala menyiratkan amarah yang besar dalam dirinya.
"Tidak perlu terburu-buru nona besar, kita bisa membuat mereka keluar hanya dengan sedikit bantuan." Qyna menatap salah satu pengikutnya yang bernama Roxy itu.
"Maksud saya, kita bisa mendekati salah satu orang terdekat Ellen dan membuat dia keluar dengan mengancamnya dengan orang terdekatnya itu."
"Bagus juga idemu, tapi apa Anda tau dimana keberadaan orang terdekat Ellen?"
"Setau saya, Tuan Ellen bekerja di salah satu rumah sakit sebelum bergabung dengan penelitian kita."
"Jadi maksud Anda, Anda ingin menculik salah satu rekannya di rumah sakit itu?" Qyna memastikan apa yang dipikirkannya dan Roxy mengangguk.
"Kau bodoh atau apa, kita saja tidak berhasil mendapatkan informasi keberadaan Abel dari managernya apa rekan yang kau maksud itu bisa menjadi umpan untuk kita?"
"Tentu saja Nona, Tuan Ellen pasti tidak akan membiarkan salah satu temannya dibunuh oleh kita dan kita bisa menjadikan manusia itu sandera dan menyebarkannya melalui internet. Meski terbuka, tapi kita bisa mencobanya."
***
Seminggu sudah berlalu setelah kejadian yang terjadi di kampung halaman Ellen itu. kini persiapan Ellen dan para rekannya sudah matang. Dia sangat yakin bisa menyusup ke dalam markas itu, meski berbahaya dia tidak bisa memastikan misi itu akan berhasil atau tidak. Bisa keluar dari sana hidup-hidup saja sudah menjadi sebuah anugrah untuk mereka.
Kini Lea masih dikurung di dalam kamar di ruang bawah tanah, hanya TV lah yang menjadi hiburannya di dalam kamar. Sesekali Ellen menamaninya mengobrol atau bertukar pikiran tentang Qyna. Lea masih mencoba mencegah Ellen untuk melakukan misinya. Tidak selamanya misi akan berhasil dan hari ini mereka dikejutkan dengan sebuah video yang beredar di youtube, dimana nampak seorang perawat rumah sakit tengah terikat disebuah kursi yang ada di sebuah ruangan kosong. Nampak pakaian dari wanita itu terdapat banyak berkas darah.
"Hai Ellen apa kau mengingat wanita ini?" disana berdiri seorang wanita cantik tengah memegang dagu perawat yang terduduk lemah itu.
"Bukannya dia salah satu temanmu? Apa kau tau kenapa dia ada disini? Aku yakin kau pasti bingung untuk apa kami melakukan ini? tentu saja jawabannya, kami ingin sesuatu yang kau bawa." Ellen mengepalkan tangannya saat melihat video itu, tentu saja dia tau. Perawat itu adalah salah satu asisten yang sangat dipercayainya.
"Kami tidak ingin ada korban, jika kau tidak menghiraukan ancaman kami. Maka jangan salahkan kami kalau umat manusialah yang jadi korbannya. Kau tau kau harus pergi kemana bukan? Aku ada ditempat dimana kau membakar mimpi kami." Diakhir video Qyna menancapkan taringnya di leher wanita itu dengan suara melengking wanita itu berteriak kesakitan.
"Kau lihat bukan apa yang wanita itu lakukan pada orang terdekat kita? Sebaiknya kau urungkan niat mu untuk menjalankan misi itu dan sebaiknya kau segera mengaktifkan Blood Red sebelum jatuh ke tangan para vampire sialan itu." Lea duduk tepat disebalah Ellen yang masih sedikit shock melihat video itu.
"Apapun yang terjadi misi ini harus tetap dilakukan. Sebisa mungkin aku akan mengurangi jatuhnya korban, akan aku pastikan dia adalah korban terakhir dari kekejaman Qyna." Ellen berlalu keluar dari kamar Lea.
Sesampainya diluar dia disambut oleh Adam. Lelaki itu menatap Ellen dengan tatapan cemas. Ellen menjatuhkan tubuhnya di sofa. Dia butuh Abel-nya untuk menguatkannya saat ini, seandainya, seandainya saja dia bertemu dengannya sekali saja. Tapi sayang itu hanya khayalan Ellen karena dia harus melindungi Abel dan juga Tuan Smith.
"Kita akan menjalankan misi tiga hari dari sekarang. Kita akan melewati jalur barat, aku sudah memeriksanya. Disana tidak terlalu banyak vampire dan kabut yang menutupi daerah itu tidak terlalu tebal seperti jalur utara atau selatan." Jelas Rachel, dia memutar kursinya dan mengalihkan pandangannya dari komputer di depannya.
"Kau yakin itu jalur paling aman untuk kita menyusup ke daerah itu?" tanya Ellen serius.
"Menurut pengintaian drone milikku daerah itu cukup aman dibanding daerah lain. Sebenarnya kita bisa melalui jalur timur, tapi sudah dapat dipastikan disana banyak binatang buas seperti serigala dan kita akan kesulitan untuk melawan mereka ditambah banyaknya kawanan serigala liar didaerah itu. kita bisa memasuki jalur barat di siang hari, dan jika malam hari jalur baratlah yang paling berbahaya."
"Kenapa?" Nathan yang sedari tadi asik dengan gamenya akhirnya bertanya karena penasaran.
"Tentu saja karena para vampire senang bermain-main disana dan jangan lupa disana banyak vampire yang membawa manusia untuk dihabisi disana atau sekedar bermain-main dengan mereka. Jadi kita tidak perlu heran saat menemukan tengkorak manusia saat berada disana."
Mereka bergidik ngeri, tapi pekerjaan ini bukanlah pertama untuk mereka. Bagi mereka tengkorak maupun organ tubuh manusia sudah biasa, karena setiap harinya mereka berurusan dengan itu semua.
"Baiklah persiapan kita sudah matang. Tiga hari dari sekarang kita akan menuju tempat itu. aku harap tidak ada jatuhnya korban, aku tidak ingin kehilangan salah satu diantara kalian. Perjalanan kita berbahaya, apa diantara kalian ada yang ingin mengundurkan diri dan memilih tinggal disini?" Ellen menatap satu-persatu teman-teman yang ada disekelilingnya.
"Tentu saja kami ikut. Apapun resikonya kami sudah siap. Demi kebahagiaan kami." Duke merangkul bahu Ellen.
Malam itu semua orang sibuk mempersiapkan diri mereka dan perbekalan yang akan mereka bawa. Bahkan Ellen tidak hentinya berlatih bersama Jo diruang latihan. Mereka saling serang dan adu kecepatan hingga lelah.
Setiap hari mereka jalani dengan mempersiapkan diri dengan berlatih dan memperkuat peralatan yang akan mereka bawa. Ryan, Phill, Lewis dan juga Anna bahkan membuat alat komunikasi untuk mereka. Dan membuat beberapa alat pelacak dan drone kecil dilengkapi kamera super kecil yang bisa mereka gunakan dimedan tempur guna melacak musuh atau mengetahui situasi.
Hingga saatnya tiba, Ellen dengan menggunakan mobilnya pergi ketempat musuh. Medan yang mereka lalui tidaklah mudah. Area itu cukup sulit untuk dijangkau karena masih bebatuan dan juga cukup terjal.
BERSAMBUNG.........
Wkwkwkwk.. Maaf nih pendek dan makin gaje, diusahakan update secepatnya. Kerjaan dan lain-lain ngebuat gue malas buat ngelanjutin story. pulang kerja capek kan ya, mau ngelanjut jadinya malas pengen guling2 dikasur aja gitu.
Apalagi gue baru beli kasur wklwkwk anjay pamer dah...
Wkwkwk sekian dulu, semoga kalian suka dan tunggu next chap...
Dan sekali lagi, makasih banget buat kalian yang masih mau baca ini cerita
