Ellen pulang ke rumah larut malam, dia baru saja menyelesaikan operasi darurat. Tubuhnya serasa remuk, dia ingin segera tidur, tapi baru saja dia hendak merebahkan tubuhnya ponselnya berdering. Ellen mengerang kesal, siapa yang sudah menelponnya tengah malam seperti itu. dia melihat layar ponselnya dan terpampang nama Prisca dilayarnya membuatnya mengerutkan dahinya bingung.
"El, tolong. Mobil aku mogok dan sekarang diluar mobilku banyak sekali vampire seperti yang menyerang rumah sakit tadi siang, cepat kemari aku ada di jalan xxx." Suara Prisca terdengar panik, Ellen bergegas menuju kamarnya dia membuka lemari khusus miliknya disana sudah tergantung beberapa senapan dan juga rompi anti peluru, dia membawa pistol kesayangannya yaitu FN-FNP45 dan dia menyampirkan M-16 untuk membantunya malam ini, tidak lupa dia memasang Magazen. Setelah semua siap, Ellen berlari keluar apartemennya dan segera bergegas menuju tempat dimana Priska berada.
Sesampainya disana Priska sudah berada diluar mobil dan tengah berusaha mencoba melindungi dirinya, Ellen menarik keluar FN-FNP45 miliknya dan langsung menembak mereka satu persatu dimulai dari yang paling dekat dengan Priska.
"Beraninya." Terjadi pergulatan antara Ellen dan 5 orang vampire itu. salah seorang vampire menyerang Ellen dengan taringnya yang mencuat tajam, tapi bukan Ellen kalau dia tidak bisa mengalahkan vampire itu dengan mudah.
"Kamu tidak apa-apa ka?" tanya Ellen saat para vampire itu sudah berubah menjadi pasir.
"Kamu kok bisa membunuh mereka?" Prisca bertanya bingung kepada Ellen yang menatapnya khawatir.
"Sebaiknya kita cepat pergi dari sini sebelum semakin banyak vampire yang datang kemari." Ellen menarik Prisca menuju motornya meninggalkan mobil Prisca dijalan.
***
Prisca terbangun dari tidurnya, dia meregangkan tubuh-tubuhnya yang terasa sangat lelah. Dia bermimpi aneh semalam, dia mimpi diserang sekelompok vampire dan Ellen datang untuk menyelamatkannya, setelah itu dia tidak ingat lagi. Prisca memperhatikan kamarnya yang nampak berbeda, dan sadar kalau itu bukan kamarnya melainkan kamar tamu yang biasa dia tempati kalau menginap di apartemen Ellen.
Prisca memutuskan untuk mencuci mukanya terlebih dahulu sebelum keluar kamar dan bertemu Ellen. Diluar nampak sepi, mungkin Ellen belum bangun, tapi baru saja Prisca menginjakkan kaki ke dapur dia dapat mencium bau pancake yang dilumuri dengan madu. Dimeja makan Ellen sudah duduk sembari mengunyah pancakenya, dia sibuk dengan ponselnya, tapi sesekali menyuapkan pancake kemulutnya.
"Pagi-pagi udah sibuk aja." Tegur Prisca sembari menarik kursi yang ada di depan Ellen, dia tidak menoleh atau membalas sapaan itu sedikitpun, fokusnya masih ada pada ponselnya. Ellen menyodorkan sepiring pancake kehadapan Prisca.
"Lihat apa sih? Kok serius banget kek gitu." Prisca penasaran dan segera merebut ponsel itu, tapi dia kalah cepat dengan gerak Ellen.
"Habiskan makannya ka, aku harus pergi hari ini." Ellen kembali melanjutkan makannya.
"Bukannya kau tidak punya jadwal operasi hari ini?" Prisca mengerutkan dahinya bingung.
"Tidak, aku tidak berurusan dengan rumah sakit, tapi aku ada urusan lain." Jelas Ellen.
"Kau tidak mau memberi tahuku? Apa kau sekarang mulai bermain rahasia kepadaku?" Prisca menatap Ellen dengan pandangan menyelidik.
"Tidak, aku rasa lebih baik merahasiakannya daripada banyak orang yang mengetahuinya dan akhirnya malah akan menyusahkanku."
"Jadi menurutmu aku menyusahkanmu?" Nada bicara Prisca mulai meninggi membuat Ellen menghela nafas berat, dia sedang dalam mood yang tidak baik pagi ini dan sepertinya moodnya benar-benar hancur sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/53856022-288-k60285.jpg)