14

277 28 0
                                    

Hai balik lagi sama gue nih Rin, gue update malam jumat nih wkwkw..

Kebetulan gue dapet libur dua hari yah lumayan, kalo ga malas dan ada ide gue update besok malam juga.

Sebenernya gue udah ada gambaran buat ending ini story, cuman ya gue bingung aja gimana bikin alurnya biar ga kecepetan dan akhirnya kalian pada bilang ahh gini doang. Kurang banget gitu, jadi gue mau bikin yang impact. Cuman ya gue bingung mau gimana.

Ya udah kalian baca aja dulu deh, ntar kalo ada ide bantuin gue ya wkwkwk


CHAPTER 14

Ellen terikat disebuah ruangan, tubuhnya penuh dengan luka-luka yang belum mengering. Tubuh itu terkulai lemas tidak berdaya di kursi kayu di dalam ruangan itu. Qyna masuk ke dalam ruangan itu dan memerintahkan anak buahnya yang berjaga disana untuk membangunkan Ellen. Salah satu anak buah Qyna mengambil selang yang ada di ujung ruangan dan langsung menyiramkan air kepada Ellen membuatnya gelagapan karena sebagian air tertelan olehnya.

"Apa kau sudah sadar Tuan Ellen?" Ellen mengadahkan kepalanya menatap Qyna yang berdiri di depannya dengan angkuh.

"Kau sudah tidak bisa apa-apa tuan sok pintar. Kau pikir kau bisa menyelinap ketempat ini dengan tim bodohmu itu? kau terlalu naif Tuan atau yang bisa kupanggil Nona?" Ellen terkekeh mendengar ucapan Qyna.

"Apa yang kau tertawakan? Apa kau menertawakan dirimu sendiri yang begitu bodoh ha?" Qyna mencengkram pipi Ellen hingga kuku-kukunya sedikit melukai pipinya.

"Aku tidak menyangka aku bisa sampai sini. Kau pikir pengorbananku ini sia-sia?"

"Omong kosong apa yang kau bicarakan? Sebaiknya kau beritau kami dimana kau menyimpan Blood red?"

"Kau boleh membunuhku, lagi pula aku tidak akan memberi tahukannya kepadamu."

"Tidak semudah itu, aku akan membuatmu menyesali perbuatanmu. Dan menyiksamu sampai kau tidak tahan dan memberitahukan dimana keberadaan Blood Red. Kau tau aku bisa membuat apapun bisa terjadi. Bahkan membunuh para umat manusia."

"Kau tidak akan bisa."

***

Abel terbangun karena mendengar suara gaduh diruang tamu. Dia menjadi semakin waspada kalau saja itu salah satu para vampire pengkhianat itu. Abel menyiapkan senjatanya hingga saat pintu kamarnya diketuk dan terdengar suara Tuan Smith di depan pintu membuatnya menarik nafas lega. Abel membuka pintu dan langsung bertatapan dengan wajah khawatir Tuan Smith.

"Kau harus ikut denganku, ada yang ingin bertemu denganmu." Abel mengikuti Tuan Smith hingga di ruang tamu, disana sudah duduk beberapa orang yang tidak Abel kenal. Hanya Jo yang sangat dikenalnya.

"Duduklah dan tenangkan dirimu. Kau harus mendengar penjelasan mereka terlebih dahulu." Abel semakin bingung dengan apa yang terjadi, tapi dia terus menuruti apa yang diucapkan Tuan Smith.

"Eum aku bingung harus menjelaskan darimana." Ucap Jo dengan kikuk membuat Rachel mendorong bahunya dengan kesal.

"El tertangkap." Singkat jelas dan padat.

"Apa maksudmu, kalian berbohong bukan?" tidak ada yang menjawab pertanyaan Abel, mereka semua hanya menunduk tidak berani menatap kearah Abel.

"Dia menitipkan sesuatu sebelum tertangkap, dia ingin kau memilikinya." Baron memberikan sebuah kotak kecil kepada Abel, dan dengan cepat Abel membuka isinya.

Abel melihat sepucuk surat dan dengan cepat juga membacanya, setelah membacanya setetes air mata mengalir dipipinya. Dia tersenyuum sedih dan menatap orang-orang yang kini berdiri dihadapannya itu.

"Sesuai keinginan Ellen, aku akan meneruskan kekacauan yang sudah dia buat sekarang. Aku akan ikut misi dan kali ini kita akan menjalankan dua misi. Misi pertama menghancurkan Dark Shadow dan menghapus perjanjian setelahnya kita akan menyelamatkannya." Jo menatap tidak percaya wanita yang ada didepannya itu.

"Aku ingin mengingatkan satu hal. Kita bisa saja tidak bisa menyelamatkan Ellen, jadi kita harus mempersiapkan mental. Jangan bertindak ceroboh, semakin sedikit korban semakin besar peluang kita untuk menang."

"Tuam Smith, apa kah Artemis sudah bisa kugunakan saat ini?"

"Tentu saja, hanya kau yang bisa menggunakannya. Itu aneh sekali." Tuan Smith menyerahkan sebuah tongkat kepada Abel dan Abel segera mengambilnya. Itu adalah senjata anti vampire yang seharusnya dimiliki para pemburu vampire.

"Apa kalian siap, kalau kita berperang malam ini?"

"Tentu saja, kami akan menyelamatkan Ellen apapun caranya."

"Kita kesampingkan dulu dia. Aku yakin dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Sekarang kita fokus untuk mengalahkan Qyna, itu adalah prioritas utama kita. Dan menyembunyikan Blood red dari mereka."

"Apa kau tidak khawatir akan keadaannya? Kenapa kau bisa sesantai itu mengatakan untuk menjadikannya nomer dua. Apa kau tidak punya hati?" Anna sudah menahan dirinya sedari tadi untuk tidak mengucapkan hal itu, tapi dia merasa sedikit emosi mengingat Ellen yang kini tertangkap.

"Kau pikir Ellen akan senang kita menyelamatkannya terlebih dahulu? Dan apa kalian pikir aku egois? Aku sangat ingin menyelamatkannya, bahkan aku tidak peduli pada siapapun asal bersamanya, tapi aku akan mengikuti permintaan Ellen untuk mementingkan umat manusia terlebih dahulu dibanding dirinya."

Semua terdiam saat tau maksud dari Abel. Jo berjalan menuju tasnya dan mulai memeriksa persiapannya saat dirasa cukup jo menyandang tasnya dipunggung. Tidak beberapa lama Nathan dan Baron mengikutinya.

"Semakin cepat semakin baik, dan dalam beberapa jam lagi fajar akan tiba kita bisa memanfaatkan itu untuk melemahkan para vampire." Rachel mengeluarkan Macbook miliknya.

"Aku akan berjaga disini dengan Tuan Smith dan membantu kalian dari jauh. Michel dan juga Phil akan membantu. Dan Lewis juga Dike pasti bisa menjaga dan juga membawa kami menjauh jika-jika para vampire itu kemari." Jelas Rachel dan mulai menyambungkan beberapa Laptop untuk mereka gunakan.

"Kau tidak perlu takut, rumah ini aman. Kita akan pindah kebawah jika-jika ada yang menyerang." Jelas Tuan Smith.

"Sudah jelas bukan? Kalau begitu aku akan bersiap." Abel masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaiannya. Abel beralih pada lemari milik Ellen, disana lengkap senjata milik Ellen dia memilih Glock untuk dibawanya. Abel juga mengambil sesuatu yang pasti diperlukan Ellen. Setelah dirasa cukup Abel keluar dari kamar disana dia sudah ditunggu. Mereka bergegas keluar diam-diam dari rumah itu dan mengendarai mobil dengan cepat menuju lokasi Ellen disekap.

***

Nah, makin aneh kan ceritanya, makanya gue tuh bingung harus gimana. Si Ren lama amat sih ga balik2  jadi gue bingung harus bikin kek gimana. 

Besok gue usahain bakal bikin cerita yang keren dan penuh action, gue harap kalian pada suka.

Oke sekian, thanks banget buat kalian yang udah baca. See you

Blood Red 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang