Hai hai semua! Happy New Year, wuah gue kira gue bakal update tahun kemaren eh ternyata baru sempet sekarang.
Hari ini gue update juga nyuri2 waktu, soalnya tahun baru gue ga libur kek kalian semua nih. Gue kerja rodi wkwkw.. Tapi untungnya habis tahun baru kerjaan ga secapek pas malam tahun barunya, jadi sekarang sebisa mungkin gue sempetin.
Dan cerita ini makin gaje, percaya deh. Ga yakin masih ada yang suka baca sih atau ada yang nunggu, tapi gue update aja. Untung2an sih..
Cuss go aja deh..
Abel membagi dua timnya dan dengan kemampuannya yang kini sudah meningkat tanpa ragu Abel menerjang masuk ke dalam. Bahkan Adam yang notabene bertubuh paling kekar hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat Abel dengan santainya menebas kepala para vampire itu menggunakan pedang yang dibawanya.
Kini Adam, Abel, Baron dan juga Anna masuk ke dalam markas. Mereka sudah didalam kini puluhan vampire sudah menunggu mereka. Abel tidak bisa sembarangan menebas lagi karena tidak mungkin dia menghadapi puluhan vampire itu sendirian dan dia harus bekerja sama dengan ketiga temannya yang lain. Ketiganya kini saling memungguni dengan pistol yang sudah berada ditangan masing-masing. Adam sudah menyiapkan minigun miliknya. Senjata dengan kecepatan tembak dan pengeluaran peluru yang banyak membuat senjata itu sangat berat untuk dibawa dan hanya Adam lah yang memiliki badan kekar yang bisa membawanya tanpa terbebani beratnya. Sedangkan Baron memilih memakai AK-47 dan Anna menggunakan Glock sama seperti Abel.
Mereka berempat sedikit kewalahan karena jumlah vampire yang terus bertambah dan suara tembakan yang mereka hasilkan berhasil mengundang salah satu vampire tingkat atas dia salah satu algojo Qyna, tubuhnya lebih kuat dibanding vampire-vampire yang dibunuh Abel sebelumnya. Kini vampire itu berdiri tepat di depan Baron dalam sekejap, dan menusuk perut Baron dengan tangannya. Abel tidak sempat bereaksi.
"Sial, kecepatannya tidak bisa dianggap remeh dan kini Baron sudah tumbang."
Sebelum korban lain berjatuhan Abel dengan cepat bereaksi dia menarik tubuh Anna yang tepat berada disamping kirinya kebelakang membuat serangan vampire itu hanya mengenai udara hampa. Kini Abel berhadapan satu lawan satu dengan vampire itu. sedangkan Anna mencoba menutup perdarahan yang ada diperut Baron sedangkan Adam masih berusaha menghalau vampire yang semakin mendekat kearah mereka.
"Kau itu vampire, kenapa kau malah melindungi makanan kita?" mata vampire itu merah menyala dengan pupil hitam pekat menandakan seberapa lama vampire itu hidup.
"Aku hanya ingin hidup damai di dunia ini."
"Kau pikir hidup berdampingan dengan makanan bisa membuatmu hidup damai? Kau terlalu naif nona muda." Vampire itu melayangkan serangan, seketika keluar sebuah api berwarna hitam pekat dari tangan vampire itu dan melemparkannya kearah Abel.
Dengan lincah Abel menghindari api itu, tapi sayangnya api itu mengenai salah satu vampire rendahan membuatnya terpanggang hingga menjadi abu. Abel menarik pedang yang tadi sempat disarungkannya kembali. Pedang itu milik Ellen, pedang yang bisa membunuh vampire dengan memotong kepala mereka. Abel sudah berlatih untuk menggunakannya, dan kini waktunya praktek.
Abel berlari menerjang vampire itu dengan kekuatan vampirenya dan berhasil membuat mereka menjauh dari Anna dan juga Adam. Kini hanya ada keduanya diruangan yang sepi. Abel mengayunkan pedangnya tanpa henti, tapi api hitam itu selalu berhasil menghalangi jalannya untuk menebas vampire itu. tapi bukan Abel namanya kalau dia tidak menemukan cara untuk mengalahkan vampire itu. Abel mengarahkan tembakan secara bertubi-tubi kearah vampire itu dan disaat dia lengah Abel mengayunkan pedangnya hingga berhasil menebas kepala itu menyisakan api hitam membara.
Kini Abel bingung harus kemana dia pergi. Abel memilih duduk mengistirahatkan tubuhnya dan memikirkan rencana selanjutnya. Dia baru mengalahkan salah satu anak buah terkuat milik Qyna, masih ada 4 orang lagi yang harus dia kalahkan. Dia tidak mungkin mengalahkan semua ditambah Qyna yang dia tau tidak kalah kuatnya ditambah sekarang pastinya dia lebih kuat daripada dirinya yang dulu.
Saat Abel tengah duduk seseorang menepuk bahunya dari belakang membuatnya langsung melompat dengan cepat memasang kuda-kuda bertahan, tapi betapa kagetnya dia melihat siapa yang menepuk pundaknya.
***
Disisi lain Adam dan juga Anna berusaha mati-matian menahan serangan dari para vampire itu. Hingga entah darimana Jo dan yang lain datang untuk menolong mereka. Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju lokasi yang mereka udah rencanakan. Rachel mengarahkan mereka untuk segera pergi menemui Qyna dan menghentikannya. Tentu saja mereka tidak mungkin bisa membunuh Qyna, yang mereka butuhkan adalah sosok Ellen hingga mereka lebih dahulu membebaskan Ellen. Tapi sayangnya mereka tidak tau dimana Ellen berada. Kini mereka ada disebuah rumah yang sangat besar dan luas.
Jo memimpin pasukan itu hingga mereka dihadang oleh salah satu vampire. Mereka dapat merasakan kalau vampire yang ada dihadapan mereka itu bukanlah vampire biasa seperti yang mereka hadapi tadi. Puluhan vampire yang mereka hadapi tadi saja sudah cukup membuat mereka kewalahan dan sekarang mereka harus menghadapi salah satu vampire kuat. Apa mereka sanggup, itu pikir mereka.
"Kalian temannya Ellen? Manusia." Suaranya kaku dan sedikit berat.
"Kalau begitu ikuti saya!" vampire itu menatap mereka satu persatu dan mengisyaratkan mereka untuk mengikutinya. Jo berjalan mengikutinya, tapi segera ditahan oleh Nathan.
"Kau yakin?"
"Kita coba saja, kita memang tidak bisa mempercayainya sepenuhnya, tapi saat ini kita benar-benar buntu. Abel tidak ada dan Ellen juga menghilang. Kita tidak tau kita berada dimana dan harus kemana, jadi sebaiknya kita ikuti apa maunya." Bisik Jo dan dia kembali menatap ke depan dimana vampire itu menunggu mereka dengan raut wajah datar.
Dengan masih waspada mereka mengikuti vampire itu yang kini sudah berjalan di depan mereka dan vampire itu berhenti dihadapan seorang laki-laki tua, yang mereka yakini juga seorang vampire.
"Apa Nona Muda tidak bersama kalian?" pria itu menatap mereka satu persatu mencari sosok yang dimaksudnya.
"Siapa maksud Anda?"
"Nona Muda Abel tentu saja, saya dengar Nona Muda menyerang kemari bersama teman-temannya."
"Maafkan kami, kami terpisah dari Abel saat melawan salah satu vampire tadi." Anna menjelaskan dengan suara sedikit bergetar, karena aura yang dikeluarkan pria itu seketika menjadi lebih suram.
"Saya Kenzo, saya pelayan setia dikeluarga Nona Abel. Jika kalian ingin menyelamatkan Ellen, saya bisa mengantar kalian kesana, dengan satu syarat. Tolong lindungi Nona Abel apapun yang terjadi." Pria itu membungkuk 90 derajat kepada mereka.
"Kami akan melakukan yang terbaik, kami tidak hanya akan melindungi Abel, tapi kami hanya ingin hidup damai, tanpa ada siapapun yang terbunuh lagi."
Akhirnya mereka mengikuti pria itu menuju ruangan dimana Ellen disekap. Meski begitu, mereka masih waspada mengingat sepanjang jalan yang mereka lalui tidak ada satupun vampire yang terlihat. Bahkan perjalanan mereka terbilang sangat tenang dan berbahaya, tidak ada satupun vampire bahkan mereka tidak ketahuan memasuki daerah terlarang itu. Jo semakin curiga saat mereka memasuki ruang bawah tanah, udara disana sangat tipis dan pengap. Perlahan-lahan mereka mulai merasa pusing, Anna mulai pingsan dan yang lain mulai merasa tubuh mereka lemas.
"Apa-apaan ini?"
"Bodoh, kalian bodoh sekali. Percaya kepada vampire." Suara pria itu berubah menjadi suara seorang wanita dan seketika juga sosok itu berubah menjadi sosok Qyna yang mereka kenal.
"Si-sial." Umpat Jo sebelum kesadarannya menghilang.
TBC
Yah sekian dulu, jam makan siang udah hampir habis dan gue belum makan wkwkw