Ellen terbangun dari tidurnya karena terusik sinar matahari yang menerpa wajahnya. Saat membuka mata rasa sakit pada kepalanya langsung menyerang membuatnya mengerang. Dia menatap ke sekeliling dan tidak mengenali kamar yang ditempatinya sekarang dan dia merasa ada sesuatu yang berat menindih lengannya, dilirknya sesuatu yang menindih lengannya itu. mata Ellen langsung terbelalak melihat siapa yang tidur bersamanya.
"Emhh.." lenguhan itu membuat Ellen gugup, apa yang harus dia lakukan.
"Kau sudah bangun Len, aku lelah sekali sebaiknya kau tidur kembali." Wanita itu melingkarkan tangannya ke perut Ellen.
"Bangunlah, aku harus bergegas pulang dan bekerja. Ini sudah terlalu terlambat." Ellen menyingkirkan tangan yang melingkar diperutnya itu dan dia baru sadar kalau kini dia hanya mengenakan celana dalam dan bra.
"Kau sungguh seksi ternyata dan aku baru tau kau punya abs yang sangat seksi." Wanita itu menatap lapar tubuh Ellen.
"Yah.. Kau terlalu terpesona akan permainanku tadi malam." Ellen akhirnya mengingat semua yang dia lakukan pada wanita itu tadi malam.
"Aku perlu ke kamar mandi, dimana kamar mandimu?" Ellen memunguti pakaiannya yang berceceran dimana-mana.
"Kau bisa melihat pintu itu, itu kamar mandiku." Lavenia turun dari tempat tidur dan menyisir rambutnya dengan jemari tangannya.
"Oke terima kasih." Ellen langsung melesat ke dalam kamar mandi dan menguncinya.
Lavenia membuka lemari pakaiannya, tubuhnya terasa remuk dan vaginanya terasa sangat perih karena diserang Ellen dengan brutal semalam. Lavenia mengambil kemeja hitam kebesaran dan celana dalam. Perutnya terasa sangat lapar, dia perlu memasak sesuatu.
Saat Lavenia tengah membuat omelet, wangi sabun miliknya tercium di indera penciumannya. Dia melirik Ellen yang baru keluar dari kamarnya dengan handuk yang menutupi kepalanya, dia tengah asik membaca sesuatu di ponselnya.
"Ya, hallo!" Lavenia tidak tau apa yang dibicarakan Ellen dengan penelponnya, tapi raut wajah Ellen terlihat sangat serius saat itu. terlihat sangat tampan dan juga seksi.
"Saya akan mengeceknya nanti siang."
"Saya juga akan memeriksa pasien itu sebelum saya operasi."
Lavenia tidak mendengarkan lagi, dia terfokus pada omelet yang dibuatnya. Hingga dia dikejutkan sosok Ellen yang sudah berdiri tepat dibelakangnya.
"Kau mengkagetkanku saja. Apa kau lapar? Tunggulah sebentar, aku akan menyiapkan sarapan ini." Lavenia mengambil dua piring untuk meletakkan omelet buatannya.
"Sebenarnya aku buru-buru. Aku cuman hanya ingin bertanya berapa tarifmu semalam? Biar aku transfer ke rekeningmu saja." Ellen menggosok-gosok rambutnya yang basah.
"Kau tidak perlu membayar." Ellen menghentikan aktifitas mengeringkan rambutnya dan meletakkan handuk itu di lehernya.
"Kenapa? Bukannya itu pekerjaanmu?" Ellen menatap bingung sosok yang kini berdiri kikuk di depannya.
"Kurasa itu tidak penting, karena tadi malam kita melakukannya karena sama-sama mau."
"Aku tetap akan membayar, berikan nomer rekeningmu aku akan mentransfernya." Ellen mengambil ponselnya dan memberikannya kepada Lavenia.
Lavenia mulai mengetik beberapa nomer, tapi bukan rekening melainkan nomer telponnya sendiri.
"Kau bisa menghubungiku jika kau perlu sesuatu." Lavenia menyerahkan ponsel itu kembali dan sedikit berjinjit mencium pipi Ellen.
