Kembali

4.3K 433 31
                                    

Ali menatap sertifikat Mansion miliknya yang kemarin-kemarin di beri oleh Prilly, saat Prilly belum pergi. Ali merasa ia sudah tak berhak atas Mansion itu, karena yang menebus pasti Tuan Arlan, jadilah hari ini Ali akan ke kantor tuan Arlan membawa surat lamaran dan juga sertifikat Mansion itu untuk mengembalikannya.

"Rayyen gapapakan Daddy tinggal sama Bibi Idah dulu?" tanya Ali

"enggak apa-apa dad," sahut Rayyen.

"Bi maaf ya saya ngerepotin, habisnya bingung mau minta tolong sama siapa lagi selain bibi,"

"iya nak Ali enggak apa-apa, malah bibi senang ada den Rayyen di sini jadi bibi ada temannya," ucap Bibi Idah, membuat Ali tersenyum.

"Kalau gitu saya pergi dulu bi, Rayyen jangan nakal ya!"

"siap Daddy," sahut Rayyen.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam" sahut Rayyen dan Bibi Idah bersamaan.

Ali sedikit berat sebenarnya meninggalkan Rayyen tapi kali ini harus. Ali akan pergi menaiki busway menuju perusahaan milik Tuan Arlan. Kali ini penampilan Ali rapi seperti orang bekerja di kantoran, sungguh Ali merindukan pakaian yang sudah lama tak ia gunakan ini.

Setelah satu jam di perjalanan, akhirnya Ali sampailah di depan sebuah gedung pencakar langit yang begitu megahnya, tanpa ragu Ali mulai menapakkan kaki itu ke dalam perusahaan pusat itu.

"Bapak Mr. Alfiand bukan?" tanya seorang yang menjadi resepsionis

"iya saya sendiri," sahut Ali

"tunggu sebentar bapak, nanti bakal ada orang yang jemput dan ngantar bapak keruangannya tuan Arlan," ucap resepsionis itu, Ali menganggukkan kepalanya mengerti, tidak lama ada seorang pria muda menghampiri Ali.

"Pak mari ikut saya, biar saya antarkan ke ruang tuan Arlan," Ali pun mengikuti langkah pria muda itu.

Kini sampailah Ali di depan ruangan tuan Arlan, ruangan yang terlapisi oleh kaca ajaib. Tuan Arlan bisa melihat aktifitas orang dari dalam ruangan, namun orang lain tidak bisa melihatnya dari luar.

"Langsung masuk aja pak, tuan Aroan sudah menunggu,"

"oh iya terimakasih ya," ucap Ali kemudian mengetuk dulu pintunya, dan ketika ada yang mengintrupsi masuk barulah Ali masuk. Dengan perasaan yang entahlah canggung atau apa Ali mulai duduk di hadapan tuan Arlan.

"Datang juga kamu, saya pikir tidak mau," ucap Tuan Arlan sambil menyandarkan dirinya di kursi kebanggannya.

"Saya datang karena saya sadar saat ini saya sudah tidak berdaya lagi, saya benar-benar tidak ingin mencari gara-gara dengan siapapun," ucap Ali, jika saja ia tidak di ancam, pasti Ali tidak akan ada di sini sekarang. 

"bagus deh kalau kamu sadar diri," ucap Tuan Arlan lalu mengambil surat lamaran Ali yang tergeletak di atas meja. Tuan Arlan membaca lampiran dokumen-dokumen penting milik Ali.

"oh iya ini saya mau mengembalikan ini, kemarin Prilly memberikannya kepada saya, tapi rasanya saya sudah tidak berhak lagi atas sertifikat ini," ucap Ali sambil menyerahkan sertifikat kepemilikan Mansionnya. Tuan Arlan melirik sertifikat itu sejenak.

"Saya tidak butuh sertifikat itu, saya sudah punya rumah di mana-mana." ucap Tuan Arlan kemudian kembali menutup map surat lamaran milik Ali. Tuan Arlan menatap Ali sebentar lalu mengambil ponsel kantor di atas meja menghubungi seseorang.

Tidak lama seseorang pemuda yang mengatar Ali tadi masuk menghampiri tuan Arlan.

"Kamu sudah tahukan tugas kamu hari ini?" tanya tuan Arlan pada pemuda itu.

My Hot Daddy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang