Berusaha

4.4K 433 102
                                    

Prilly melirik telpon genggamnya, sudah puluhan kali Prilly berusaha menghubungi Rizky namun hasilnya nihil, Rizky bagai ditelan bumi. Prilly bahkan sudah berusaha menemui Rizky di rumahnya namun tidak ada. Entahlau Rizky pergi ke mana.

Prilly duduk menyadarkan tubuhnya di penahan kursi yang tersedia di balkon. Prilly menatap langit sore yang sedikit mendung. Lalu menopang dagunya di pagar pembatas balkon. Matanya fokus pada satu titik, namun pandangannya kosong sedangkan pikirannya entah ke mana.

"Ky kamu tahu enggak sekarang aku merasa sangat kehilangan kamu. Aku merasa sepi ky tanpa kamu. Tapi aku bingung, ini perasaan cinta atau hanya masih sekadar perasaan sayang. Yang aku tahu, aku takut kalau sampai kamu ninggalin aku," Ucap Prilly bermonolog dengan lirihnya, tak terasa setitik butir mutiara cair meluncur di pipinya.

"Rizky ku mohon jangan tinggalin aku. Aku sudah pernah kehilangan sebelumnya, aku tidak ingin masa lalu terulang,"

"Rizky angkat telpon aku," akhirnya Prilly menangis, tak kuasa menahan kesedihannya. Sudah nyaris satu bulan ia dan Rizky tidak pernah ketemu lagi, Annas dan Tante Rina ditanya pun membungkam mulut tidak mau menyatakan di mana Rizky berada, tidak tahukah jika Prilly benar-benar merindu.

👨‍👦👨‍👦👨‍👦

"Pak Ali,"

"iya Danu kenapa?" tanya Ali pada sekertarisnya.

"ini laporan enam bulan kebelakang yang bapak minta pak,"

"ya taruh saja di atas meja saya," sahut Ali yang masih sibuk mengetik.

"Baik pak, saya langsung kembali ke ruangan saya," pamit Danu.

"iya silakan," ucap Ali yang masih menyelesaikan pekerjaannya.

Tidak lama kemudian Ali mengambil dokumen yang barusan saja diantarkan oleh Danu. Ali membacanya sangat teliti. Seketika Ali pening membaca laporan pemasukan perusahaan yang mengalamin kemerosotan tiga bulan belakangan, jika begini terus perusahaan Ali terancam bubar. Ali menunduk memikirkan nasib perusahannya yang kembali goyah untuk kedua kalinya. Ali bukan takut hidup miskin, namun yang menjadi perkara Ali takut tidak bisa membahagiakan Rayyen putranya. Ali membuka ponselnya mengecek saldo tabungannya yang totalnya hanya beberapa miliyar, ia bingung apakah uang itu bisa cukup untuk menutupi dana perusahaan. Semoga saja iya. Jika tidak bisa, habislah sudah riwayat hidup Ali.

Ali pulang ke rumah dengan lesu memikirkan nasibnya ke depan. Ali menatap sebuah surat yang isinya adalah cek. Cek itu berisikan jumlah uang miliyaran rupiah, cek itu ia dapat dari menggadaikan mansion miliknya. Itu artinya sekarang Ali tidak berhak lagi tinggal di Mansionya sekarang, ia harus mencari tempat tinggal baru, sampai ia bisa menebus kembali mansion miliknya.

"Daddy," Rayyen memeluk Ali yang baru saja sampai.

"Hai nak, gimana di rumah gak nakal kan?" tanya Ali.

"enggak daddy, kan ada bibi," sahut Rayyen.

"beneran bi Rayyen enggak nakal?" tanya Ali.

"ya benar atuh nak Ali," sahut pembantu Ali itu.

"Bi, maaf ya bi kayaknya bibi mulai besok enggak bisa kerja di rumah saya lagi," ucap Ali berat.

"Loh kenapa Nak Ali, emangnya teh bibi ada bikin kesalahan fatal makanya nak Ali mecat bibi?" tanyanya

"bukan bi, malah bibi enggak pernah buat kesalahan bagi saya, tapi sekarang kondisi keuangan saya sedang merosot bi, dan rumah ini sudah saya gadaikan, rencananya besok saya akan mencari kontrakan, mobil-mobil juga sudah saya jual untuk menutupi kerugian perusahaan dan untuk membayar gaji karyawan."

My Hot Daddy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang