Keadaan yang seharusnya

4.4K 453 147
                                    

Prilly melewati Ali dan Karina begitu saja. Prilly benar menganggap pengusurin Ali itu.

"mau kemana kamu?"

"seperti yang kamu katakan, aku akan pergi dari rumah ini," sahut Prilly sinis.

"silakan saja, kalau kamu sanggup." sahut Ali yang mengira jika Prilly tidak akan sanggup hidup tanpa kekayaan dan harta. Prilly melirik Ali dengan ujung matanya, Prilly tidak selamah itu.

"aku sanggup, aku tidak semanja yang kamu pikirkan!" sahut Prilly langsung keluar dari mansion tersebut.

"Mas apa kamu enggak keterlaluan, kalau Prilly beneran melarikan diri bagaimana?" tanya Karina.

"paling besok pagi dia datang lagi, waktu dulu aku kelahi sama dia pernah begini juga kok, jadi kamu tenang aja, lebih baik lanjut tidur ini sudah dini hari, tidak baik kalau ibu hamil kurang tidur." ucap Ali sambil merangkul Karina membawa Karina masuk ke dalam kamar mereka.

👨‍👦👨‍👦👨‍👦

Prilly mengelus lengannya kedinginan karena ia tidak mengenakan jacket, dan bodohnya ia juga tidak memakai alas kaki. Mengusap keningnya yang tiada henti mengeluarkan darah bahkan kepalanya sudah mulai berdenyut.

"Dad, lihat saja nanti. Aku akan membuktikan kalau aku mampu tanpamu, kamu akan menyesal ingat itu." Prilly bertekad, ia tidak akan sudi lagi menengok kebelakang.

"Kamu sekarang boleh berbahagia dengan kehidupanmu sekarang, aku bersumpah demi tuhan hidupmu akan berantakan karena kamu sudah menjahati aku!" Prilly mengutuk Ali karena terlalu sakit hati dengan tindakan Ali. Prilly tidak berpikir jika saja ucapannya memang di catat malaikat dan malaikat mengadukannya pada tuhan, dan tuhan menyetujuinya.

Prilly berjalan terus tidak punya tujuan, ia benar kebingungan malam sunyi dan bisu menjadi teman sejatinya sekarang, bahkan bayangannya pun sedikit memudar karena kurangnya cahaya.

Tubuhnya sudah benar-benar kedinginan, lelah dan penat menumpuk bersatu dengan air mata yang entah mengapa masih saja terus mengucur di pipinya. Tidak ada pegangan apapun di tangannya benar-benar hanya menggunakan pakaian itupun tanpa alas kaki.

Prilly memandang cincin di tanganya, itu adalah cincin alm Ibu nya. Hanya barang itu satu-satunya yang berada di tangan Prilly. Prilly menghela nafas, karena tidak tahu sekarang jam berapa.

Suara klakson mobil membuat Prilly tersadar jika ia jalan bukan di pinggir namun di tengah. Mobil yang tadi membunyikan klakson itu pun berhenti.

"Hei Nona apakah kamu sedang mabuk, kalau jalan kaki itu di trotoar jangan di tengah jalan, atau kamu ini punya rencana pura-pura di tabrak ya?" seorang Pria tampan keluar dari mobil silver miliknya sambil mengeluarkan lontaran bawelnya.

Prilly yang semula tetap melangkah langsung menghentikan kakinya, memutar tubuhnya. Tidak terima dikatai seperti tadi.

"apa kamu di rumah tidak punya tv atau tidak pernah membaca majalah, lihatlah siapa yang sekarang di hadapanmu!" sahut Prilly kesal, sebenarnya tidak ada niatan menyombongkan dirinya, tapi karena Pria tampan itu sembarangan berbicara jadi Prilly menyahutinya juga demikian.

"Oh iya aku tahu kamu anak pembisnis yang paling berpengaruh di benua asia kan, lalu apa yang kamu lakukan di sini nona? Bukankah seharusnya kamu sekarang tinggal di rumah bukannya keluyuran malam-malam gini."

My Hot Daddy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang