“Semesta mempertemukan kita bukan tanpa alasan. Bolehkah aku berharap kalau alasan itu adalah alasan untuk bersama?”
••• 🔍•••
"Halo." Anak perempuan berusia 12 tahun itu menyapa seorang anak lelaki yang terlihat sedikit lebih tua darinya sedang celingak-celinguk mencari sesuatu. "Kamu cari apa?"
Anak lelaki itu tanpak terkejut melihat keberadaannya. "S-siapa kamu?"
"Aku Clara." Gadis itu tersenyum sembari menjulurkan tangannya.
Anak lelaki itu menjabat tangan anak perempuan yang baru dikenalnya itu. "Di—"
"Sayang, ternyata kamu di sini?" Seorang wanita tiba-tiba menghampiri mereka, sehingga berhasil memotong ucapan anak lelaki itu. "Ayo, kita pergi."
Jabatan tangan itu terlepas ketika sebelah tangan anak lelaki itu ditarik oleh ibunya.
"Hei, aku belum tahu siapa nama kamu!" teriak Clara. Ia berusaha mengejar anak lelaki itu, namun anak itu sudah masuk ke mobil bersama wanita tadi.
***
Sepanjang pelajaran, Clara tidak bisa fokus mendengar penjelasan dari Bu Greyne—guru mata pelajaran MYOB. Mimpinya tadi malam berhasil mengingatkannya dengan kejadian empat tahun lalu. Sebelumnya Clara tidak pernah memimpikan ataupun mengingat tentang anak lelaki itu.
"Minggu depan, materi hari ini akan dipraktekkan di lab komputer. Jadi, Ibu harap kalian semua bisa hadir agar tidak ketinggalan untuk menginput data. Cukup untuk hari ini, terima kasih." Bu Greyne merapikan buku-bukunya, lantas keluar dari kelas.
"Ra, kantin, yuk!" Gisel berdiri dari duduknya sembari menepuk bahu Clara dengan cukup keras.
Clara tersentak kaget. "Duh, bisa gak, sih, jangan kagetin?!"
"Apaan, sih, kayak banyak pikiran banget! Yuk, ke kantin." Tanpa ba-bi-bu, Gisel berlalu pergi meninggalkan Clara yang masih terpikir soal mimpinya semalam.
Kok, anak laki-laki itu kayak gak asing di mata gue? Setelah kejadian itu, kenapa gue merasa pernah ketemu sama dia? Duh, mimpi lagi, dong! Gue mau lihat mukanya lagi!
"Woy, Clara! Ayok!" Gisel tiba-tiba muncul dari balik pintu dan berhasil mengejutkannya.
"Iya, iya!" sahut Clara, lantas menyusul Gisel menuju kantin.
Langkah Clara terhenti di ambang pintu masuk kantin ketika ia hampir saja bertabrakkan dengan seseorang. Mata Clara menatap orang itu dengan penuh ketelitian. Sadar akan sesuatu, Clara mengernyit.
Kalau diperhatiin, wajah Kak Dimas mirip sama anak itu. Clara menyipitkan matanya—menatap lebih teliti wajah orang yang berdiri tepat di hadapannya saat ini.
Merasa risih ditatap seperti itu, Dimas mencari ruang lain untuk pergi. Namun, Clara terlebih dahulu membentangkan tangan untuk menghalangi kepergian Dimas. "Sebentar."
Dimas menaikkan sebelah alisnya.
"Kita ... pernah bertemu sebelumnya, 'kan?" tanya Clara, terdengar hati-hati. Ia takut salah bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara's Mission
Teen Fiction[SELESAI] Clara Priscilla harus melakukan apa pun untuk menjalankan misinya agar bisa bertemu dengan Boy-cowok yang ia kenal dari aplikasi pencarian jodoh. Namun, harapannya tidak semudah yang ia bayangkan. Nyatanya, ia harus mencari orang yang bern...