30 - Bad Day

1.1K 63 0
                                    

Kenapa kamu selalu ada di saat aku sedang membutuhkan bahu untuk bersandar?

••• 🔍 •••

Dimas membalas pelukan Clara. Sebelah tangannya mengusap rambut Clara sambil berkata, "Jangan menangis. Semuanya akan baik-baik aja."

Clara melerai pelukan itu. Dimas mengusap air mata gadis itu. "Clara yang gue kenal gak selemah ini."

Beberapa siswa yang mendengar ucapan Dimas melongo, ada yang tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar, ada yang terbawa perasaan, bahkan ada yang merekam kejadian itu untuk di-share di grup sekolah.

Dimas menarik tangan Clara untuk pergi dari tempat itu. Clara sudah banyak membantu dan menenangkannya. Kini giliran Dimas yang akan melakukan itu untuk membalas semua kebaikan Clara.

Dimas membawa Clara ke taman belakang sekolah. Mungkin tempat itulah yang paling cocok untuk Clara menenangkan diri. Dimas tidak tahu apa alasan Clara menangis tersedu-sedu seperti ini, dan Dimas tidak berniat untuk mencari tahu karena Dimas tidak seperti orang lain yang ingin tahu masalahnya tanpa berniat untuk membantu menyelesaikan masalah itu.

Tanpa Dimas tahu apa masalah yang sedang dihadapi Clara, Dimas yakin dia bisa membantu setidaknya untuk membuat Clara merasa bahwa dia tidak sendirian menghadapi masalah itu. Ada Dimas di sampingnya yang akan selalu bersedia menjadi sandaran ketika Clara membutuhkan.

"Apa yang lo mau gue lakuin?" tanya Dimas setelah keduanya duduk berdampingan di kursi kayu.

Clara berusaha untuk menenangkan dirinya. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan Dimas. Clara juga tidak tahu kenapa saat bersama Dimas dia selalu ingin terlihat seperti gadis yang kuat, yang tidak memiliki beban hidup apapun. Mungkin karena Clara tidak ingin menambah beban hidup Dimas.

Gadis itu tersenyum seraya menatap Dimas, lalu berkata, "Gak ada. Semuanya baik-baik aja."

Dimas tidak tahu apakah dia harus merasa lega ketika Clara mengatakan hal itu atau justru terluka. Dia lega melihat gadis itu tersenyum, tapi dia terluka karena yakin kalau senyuman itu adalah senyuman yang dipaksakan. Di balik senyuman itu pasti ada luka yang disembunyikan, serta kepedihan yang dipendam sendiri.

"Kak," panggil Clara.

"Gue di sini."

"Ja-jangan pernah be-benci s-sama ... aku, ya," pinta Clara dengan suara yang bergetar karena menahan tangis. "Akan sangat me-menyakitkan bu-buat aku kalau Kak Dimas ... be-benci—"

"Gak ada alasan buat gue benci sama lo."

Bukan gak ada, Kak, tapi belum ada, batin Clara. Dia tahu cepat atau lambat waktunya akan tiba. Dimas akan tahu semuanya dan kemungkinan besar itu akan menjadi alasan Dimas membencinya.

"Ayo, gue antar pulang."

"Tapi—"

"Capek, 'kan? Istirahat. Jangan dipaksain."

Tidak mungkin Clara pulang sekarang. Dia masih harus mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Clara tidak ingin ketinggalan pelajaran.

"A-aku—"

"Dipaksain juga percuma, gak bakal fokus."

Clara's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang