04 - Meet Him?

1.5K 61 0
                                    

"Pertemuan adalah langkah awal menuju perpisahan."

••• 🔍 •••

Hari Senin.
Sudah sekitar tiga jam Clara berada di sekolah ini, senyumannya tidak pernah hilang dari wajah manisnya itu. Bahkan, Clara bersikap sok akrab dengan siswa-siswi lainnya saat ia berpas-pasan dengan mereka. Hal itulah yang membuat Gisel memilih untuk pura-pura ke toilet untuk menghindari kejadian memalukan saat jalan bersama Clara.

Hari ini memang belum ada kegiatan belajar-mengajar karena sedang dilaksanakan rapat bersama orang tua murid kelas 12.

Setelah melaksanakan Praktik Kerja Industri selama ±3 bulan, tentunya banyak hal lagi yang harus mereka persiapkan, termasuk ujian laporan. Jadi, pihak sekolah memutuskan untuk mengadakan rapat agar bisa membahas tentang hal itu.

"Ah!" Clara meringis sembari memegang bahunya yang terasa sakit saat bertabrakkan dengan seseorang.

"Kenapa? Sakit, ya? Maaf, gue gak sengaja. Lagian kalau jalan lihat-lihat, meskipun lagi buru-buru."

Clara merasakan ada tangan yang memegang bahunya. Secara perlahan, ia mengangkat wajahnya untuk melihat wajah orang itu. Clara terkejut karena postur tubuh orang itu sangat tinggi.

"Gak apa-apa, Kak." Clara memamerkan sederet gigi putihnya yang membuat orang itu tersenyum kecil.

"Lo murid baru, ya? Gue baru lihat lo di sekolah ini. Atau setelah kelas 12 selesai prakerin, Pegasus jadi luas makanya gue gak pernah lihat wajah lo sebelumnya, ya?"

Clara menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Matanya tertuju pada name tag orang tersebut.

"N-nama Kakak ... D-Dimas?" tanya Clara gugup.

Orang itu mengikuti arah pandang Clara yang tertuju pada name tag-nya. "Kenapa emangnya?"

"Sebentar, Kak. Jangan ke mana-mana, ya. Tunggu di sini!" seru Clara dan langsung berlari meninggalkan orang itu. Namun, tiba-tiba saja ia terjatuh karena untuk kesekian kali ia bertabrakkan dengan seseorang.

"Aduh!" Clara memegang kakinya yang terasa sakit. "Kenapa, sih, hari ini gue tabrakan mulu?"

Clara menatap kaki orang yang baru saja bertabrakkan dengannya itu pergi meninggalkannya tanpa berkata apa-apa. Hal itu membuat Clara merasa kesal. Karena bukannya membantu Clara atau minta maaf kepadanya, orang itu justru meninggalkan Clara sendirian.

"Eh, kok lo gak nolongin dia, sih?" tanya orang yang tadi pada orang yang baru saja bertabrakkan dengan Clara.

Clara segera berdiri dan menghampiri mereka. "Iya! Kenapa gak nolongin? Minta maaf, kek, atau apa gitu!"

Orang yang baru saja bertabrakkan dengannya itu hanya menatap Clara sekilas dengan tatapan datar. Ia sibuk mengunyah permen karet dengan kedua tangan yang ia simpan di saku celananya.

Clara semakin kesal dengan sikap cuek orang itu. Mata Clara tertuju pada earphone merah yang sedang tersumpal pada kedua telinga orang itu.

"Oh, pantas aja Kakak cuekin aku. Ternyata pake earphone?" Clara melepaskan earphone dari telinga orang itu secara kasar. "Sekarang udah bisa dengar?"

Belum sempat orang itu menjawab pertanyaan Clara, tangannya sudah ditarik oleh orang yang ia kenal bernama Dimas itu.

"Kak, urusan aku sama dia belum selesai," ujar Clara berusaha melepaskan tangan orang yang dikenal bernama Dimas.

"Jangan cari masalah sama dia. Dia orang yang paling gak suka kalau diganggu. Dan lo, lo adalah cewek beruntung yang gak menerima kata-kata pedasnya saat lo melepas earphone dari telinganya." Orang itu menarik tangan Clara dan membawanya sampai ke kantin sekolah di lantai 2.

Clara's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang