“Jangan mudah terpengaruh dengan ucapan orang. Kamu belum tentu lebih buruk dari mereka dan mereka belum tentu lebih baik darimu.”
••• 🔍•••
"Ayah, Clara kangen!" teriak Clara histeris saat tiba-tiba ayahnya datang berkunjung di rumah Gisel.
Telinga Farhan bergeming saat mendengar suara nyaring dan cempreng dari anaknya itu. Pria berumur 43 tahun itu sontak menutup telinganya, lalu tersenyum.
"Eh, ada Om Farhan?" Gisel yang baru saja selesai sarapan, langsung menuju ke ruang utama untuk melihat siapa yang datang bertamu pagi ini. "Masuk, Om."
"Iya, Yah. Yuk, masuk!" Clara menarik tangan ayahnya dengan antusias. Namun, langkahnya terhenti saat merasakan tubuh ayahnya sama sekali tidak bergerak. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Farhan sedang tersenyum ke arahnya.
"Kenapa, Ayah? Masuk dulu, yuk!"
"Iya, Om. Tapi, Papa sama Mama gak ada di rumah. Mama belum pulang dari luar negeri, kalau Papa lagi ke rumah nenek di Semarang. Baru aja berangkat kemarin," ujar Gisel.
"Om gak bisa lama-lama." Farhan tersenyum. "Om ke sini cuma mau kasih tahu kalau seminggu ke depan Om ada tugas di Belanda untuk ketemu sama mitra kerja."
Clara melepaskan tangannya yang sedari tadi menggenggam tangan Farhan. "Ya, kirain karena kangen sama Clara."
"Iya, emang kangen. Tapi, sekalian mau kasih tahu."
"Ya, udah, deh. Hati-hati, ya. Oleh-olehnya jangan lupa, loh." Clara tersenyum jail—membuat Farhan gemas melihat anaknya itu.
Farhan mengusap puncak kepala Clara. "Belajar yang bener. Jangan nyusahin mereka yang ada di sini."
"Enggak, kok, Yah. Aku anaknya—"
"Nyusahin," potong Gisel yang mendapat lirikan mata tajam dari Clara. Farhan hanya tersenyum karena ia tahu bahwa itu hanyalah sebuah candaan.
Setelah mengatakan itu, Gisel terkekeh kecil. "Becanda, Om. Aku senang, kok, ada Clara di sini. Ya, meskipun dia nyebelin, tapi setidaknya aku gak ngerasa sendiri lagi kalau Mama sama Papa gak ada di rumah."
"Syukur, deh, kalau gitu. Ayah pergi dulu, ya."
"Iya, Yah. Take care." Clara meraih tangan ayahnya, lalu mencium punggung tangan ayahnya. Gisel pun melakukan hal demikian.
"Hati-hati, Om."
"Sampai jumpa." Farhan melambaikan tangan, kemudian masuk ke mobilnya.
"Susah juga, ya, kalau orangtua super sibuk," keluh Clara ketika mobil ayahnya sudah tidak terlihat dari penglihatannya.
***
Keadaan mendadak canggung saat yang dibicarakan memasuki kelas.
Dengan santainya, Clara masuk ke kelasnya seolah tidak terjadi apa-apa. Senyuman masih menghiasi wajah imutnya. Bahkan, gadis itu tidak lupa mengucapkan salam saat memasuki kelas. Ia seakan tidak menyadari bahwa seisi kelas menatapnya dengan tatapan tidak suka.
"Kenapa lo semua natap Clara kayak gitu?"
Langkah Clara untuk menuju tempat duduknya terhenti saat mendengar pertanyaan dari Gisel. Gadis itu membalikkan badan untuk menatap Gisel yang berdiri tidak jauh di belakangnya.
"Lo kayak gak tahu aja apa yang lagi viral di grup sekolah," jawab Putri.
Clara beralih menatap sekumpulan siswi yang sedang menatapnya sinis. "Kalau gue jalan sama Kak Rangga, kenapa emangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara's Mission
Fiksi Remaja[SELESAI] Clara Priscilla harus melakukan apa pun untuk menjalankan misinya agar bisa bertemu dengan Boy-cowok yang ia kenal dari aplikasi pencarian jodoh. Namun, harapannya tidak semudah yang ia bayangkan. Nyatanya, ia harus mencari orang yang bern...