Beyazid Yavus

4.4K 789 195
                                    


Pria ini, pria dengan mata yang dibingkai kacamata terlihat selesai dengan pekerjaannya yang berada di atas meja. Dia sudah menyelesaikan pekerjaannya dan saatnya untuk pulang. Apalagi besok adalah acara lamarannya, dia akan melamar gadis yang dijodohkan untuknya. Saat pertama kali melihat gadis berjilbab itu, dia langsung setuju dan tak sabar untuk segera menikah. Karena usianya sudah cukup tua untuk menikah.
Dia adalah Beyazid Yavus, seorang pemuda yang bekerja sebagai dokter bedah di rumah sakit ayahnya, dia memang dari keluarga yang cukup terbilang. Dan dia adalah si sulung yang berbakat dan membanggakan. Ayahnya adalah pria yang sangat taat agama, begitu juga dirinya yang dibesarkan dengan ajaran agama yang ketat, cukup ketat.
Jam sepuluh malam dia baru menyelesaikan pekerjaannya, hari ini lebih baik karena tak banyak yang harus dibedahnya. Beyazid Yavus sendiri adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Dan adik paling bungsunya adalah seorang gadis yang masih bersekolah di sekolah menengah atas.
Tok
Tok
Tok
Suara dari luar pintu terdengar, dia menengok masuk dan berkata, "Dokter belum pulang?" Dia adalah sahabat Beyazid, pemuda dengan kulit yang matang dan berprofesi sama seperti Beyazid. Oh iya, Beyazid sendiri adalah blasteran Turki dan Indonesian, ayahnya berdarah Turki sementara ibunya adalah asli Indonesia.
"Belum nih, masih istirahat sebentar," jawab pria berkacamata yang sering dipanggil Beya ini.
"Padahal besok hari lamarannya kan, Dok?"
"Hehehehe iya, doakan saja semoga lancar ya," katanya dengan senyum.
"Semoga lancar. Oh ya, aku duluan ya Dok," kata temannya itu dan pergi dari sana.
Beberapa saat kemudian, Beya berdiri dari duduknya dan merapikan mejanya. Dia melihat foto dirinya dan saudara-saudaranya, kedua adiknya. Zigit dan Alya, Zigit adalah mahasiswa semester akhir dan Alya adalah siswi kelas dua belas.
Beya tersenyum melihat foto itu dan pergi dari sana. Dia keluar dari gedung rumah sakit dan masuk ke dalam mobilnya. Saat dia menjalankan mesin mobilnya dia juga membunyikan lantunan ayat suci Al-Quran di atas sana. Surah Al Kahfi adalah yang paling dia sukai, dibunyikannya surah itu dan bibir tipisnya mengikut melantungkan ayat sucinya.
Saat dia kembali ke rumah, rumah yang cukup besar untuk keluarga besar Yavus. Pria berkacamata ini mendapatkan berita dari sang ibu bahwa adiknya belum juga pulang.
"Alya, belum pulang?" tanyanya, dia mengernyit. Ibunya yang terlihat panik itu telah menunggu sejak jam delapan, di ruang tamu hingga jam sebelas malam anak perempuannya belum saja pulang.
"Iya Nak, dia pergi tadi sore dan dia belum pulang-pulang, aduh bagaimana kalau ayah kamu tahu soal ini, bagaimana kalau pihak mempelai perempuan tahu soal ini, bisa malu kita Nak," jelas ibunya yang terlihat cemas.
"Bu, Ibu tenang saja. Semuanya akan baik-baik saja, okey? Yang akan menikah adalah aku, bukan Alya, dan ayah tidak akan tahu soal ini, tenang saja," kata Beyazid dengan tenang, dia tentu saja berusaha untuk menenangkan ibunya yang sudah setengah panik.
"Tapi di mana dia? Ke mana perginya? Ini sudah larut sekali," kata ibunya dengan cemas.
"Apa Ibu tahu tentang teman-temannya? Dengan siapa dia pergi? Dan ke mana dia sering pergi?"
"Oh iya, ada satu. Ima, dia pergi tadi sore bareng Alya. Ibu kirimkan nomornya ke kamu," kata ibunya dengan nada suara yang bergetar.
Maka dia dapatklah nomor Ima, dan dia panggillah nomor itu. Diperlukan sembilan kali percobaan untuk menelpon gadis bernama Ima itu, teman kelas Alya. Dan Ima pun berkata bahwa dia sama sekali tidak tahu kemana Alya pergi dan di mana Alya sekarang. Yang dia tahu hanyalah bahwa Alya bersama seorang pria, pria yang lebih tua.
Beyazid bertanya tentang siapa pria itu, dan syukurlah Ima tahu tentang pria ini, dan dia juga tahu bahwa pria ini adalah pria yang berbahaya dan seorang bandar obat-obatan terlarang. Maka mendengar apa yang dikatakan Ima membuat Beyazid bergetar tangannya. Dia menatap ibunya tapi tak tak memberitahu apa-apa kepada ibunya itu.
"Ibu, aku akan mencarinya dan akan menemukannya, Ibu tenang saja, aku akan bawa dia pulang," kata Beyazid dengan mantap. Dia pun pergi dari sana setelah mematikan panggilannya. Dia masuk ke dalam mobilnya dan menancap mobilnya menuju alamat yang diberikan teman Alya.
Alamatnya adalah tempat-tempat seperti hotel yang sering didatangi pria itu dengan gadis-gadis muda. Memang pria ini adalah seorang predator yang memangsa anak-anak remaja untuk terjerumus dalam hal-hal terlarang, apalagi dia tahu kalau Alya adalah gadis yang bermarga Yavus, seorang anak dari keluarga yang terbilang cukup terkenal dengan kekayaannya dan rumah sakitnya yang terkenal.
Beyazid mendapatkan banyak alamat hotel dan dia mendatangi setiap hotel yang disebutkan oleh Ima. Dia tidak menemukan Alya di mana-mana hingga satu hotel yang tersisa. Hotel bintang empat. Dia masuk ke dalam hotel yang tersisa dan menyebut nama pria yang dianggapnya bajingan itu di lobi hotel.
"Maaf Pak, tapi kami tidak bisa memberikan kunci kamar hotel kami pada sembarangan orang," kata pegawai hotel itu dengan tenang.
"Aku akan menuntut hotel ini jika aku menemukan adikku yang masih anak-anak tidur dengan pria yang lebih tua. Dan kau akan dipecat. Sekarang berikan aku kuncinya!" Mata Beya menatap tajam dan tangannya terulur ke arah pegawai hotel itu, tangan itu mengisyaratkan agar kunci cadangan kamar itu diberikan padanya.
"Tapi Pak... "
"Namaku Beyazid Yavus, ayahku adalah Erkan Yavus, ayahku adalah pemilik rumah sakit Yavus Hospital Family, aku punya banyak uang untuk menuntut hotel ini dan juga membuatmu dipecat, sekarang tolong berikan kunci kamarnya padaku!"
Jam tiga pagi dia baru bisa menemukan pria bajingan yang membawa adiknya. Dan akhirnya pegawai hotel itu menyerah dan mengalah. Dia memberikan kuncinya pada Beyazid dan Beyazid yang sangat buru-buru menemukan satu lift yang terbuka.
Karena buru-buru dan kakinya begitu cepat menahan pintu lift itu agar tak tertutup. Dia masuk ke dalam sana dan melihat satu orang wanita dengan pakaian kusut.
Dia menatap wanita itu sejenak lalu menundukkan pandangannya. Wanita itu berbicara sesuatu namun Beyazid sama sekali tak memperdulikannya. Dia hanya memikirkan tentang adiknya saja, bahkan saat dia keluar wanita ini masih mengikut.
Kesal, tentu saja. Apalagi saat wanita ini menarik tangannya dan Beyazid berkata, "Jauhi aku, tolong, jauhi aku!"
Maka Beyazid pergi begitu saja dari sana. Dia masuk ke dalam kamar itu dan betapa getir hatinya, saat melihat adiknya yang paling dia sayangi terbaring dengan pakaian kusut. Rasanya dia ingin menangis namun apa dayanya, dia harus lekas mengangkat adiknya dari sana dan membawanya pulang.
Bahkan adiknya yang tadi pagi dia temui di rumah, berjilbab dan berpakaian tertutup sekarang berpakaian setengah telanjang. Dia mengangkat adiknya sambil berkata, "Ayo sayangku, kita pulang."

Kutemu Cinta Dalam TaatmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang