"Saya terima nikahnya, Gita Arfinjaya Umar binti Wahid Arfinjaya Umar, dengan mahar seperangkat alat shalat, dibayar tunai!"
Suara sah menggebu di gedung pernikahan, semua orang menyaksikan dan mata yang tak ikhlas terlihat di kedua kelopak mata Beyazid Erkan Yavus, dia mengangkat tangannya seolah berdoa namun dia sama sekali tak memanjatkan doa, bibirnya tertutup bahkan hatinya nyaris tak terbuka untuk memandang ke arah Gita.
Dia bahkan tak menerima tangan Gita yang diulurkan padanya dan tangan yang ingin mencium tangan kanan milik suaminya.
"Baiklah, kalian sah menjadi suami istri."
Pak Penghulu tersenyum dan hendak berdiri dari sana, namun suara kembali muncul, dan menghentikan si Penghulu dari gerakannya.
"Pak Penghulu, masih ada satu pengantin, tolong jangan pergi dulu, jangan buru-buru," katanya.
Mata Beyazid yang tak rela, dia memandang ke arah gadis yang dia inginkan untuk dia nikahi kini berada di samping adiknya, dan akan segera melaksanakan pernikahan, di mana seharusnya dia lah yang menikah bersama Lisa, namun itu hanya sekedar namun.
"Jangan salahkan aku, semua ini adalah rencana Zigit, dia yang memaksaku." Gita berbisik pada Beyazid, lalu dia menyambungkan, "jangan lupakan ayahmu juga."
Gita kemudian berdiri dari sana, dia sama murungnya dengan Beyazid yang tak berekspresi di sana. Dia tak menunjukkan senyum pada orang-orang, dan menjauh dari gedung, begitu jug Beyazid yang langsung menghilang dari sana. Dia tak sanggup melihat pernikahan adiknya dengan gadis yang dia ingin nikahi. Hanya karena sebuah pesan yang dia salah kirimkan, mengantarkannya pada patah hati yang sempurna.
"Seharusnya ini semua sudah diketahui kita semua. Astaga, ini mencemari nama baik pernikahan."
"Kita melihat pernikahan putra Erkan Yavus secara bersamaan di sini. Satu pesta pernikahan dengan dua putra Yavus."
"Bagaimana ya perasannya, Bu Lia, tuh lihat dia, dia langsung pucat, dan ini lebih terlihat sebagai tenpat kesedihan daripada sebuah pesta."
"Benar banget Bu, kalau anak aku yang kek gini, aku bakalan batalin pernikahannya."
Semua yang di sana bergunjing. Berbicara hal buruk tentang apa yang terjadi, dan apa yang menimpa keluarga Arfinjaya Umar dan keluarga Yavuz.
Para tamu terlihat menikmati drama-drama ini, dan keluarga mempelai hanya bisa diam mendengar gunjingannya. Kamera bahkan ada di mana-mana. Bukan kamera yang akan memotret sebuah kebahagian, tapi sebuah berita hangat yang akan muncul di koran-koran, berita utama, dan artikel-artikel oleh penulis-penulis nakal.
Akan ada banyak cerita yang dimodif, dan pastinya begitu. Kisah pernikahan yang tertukar ini akan menjadi berita hangat pekan ini.
Pernikahan yang tertukar, itulah sebutan para media untuk keluarga Yavus yang tersohor dan terkenal. Pemilik rumah sakit paling ternama di kota yang menangani banyak pasien setiap tahunnya, dan selalu memberikan yang terbaik kini menjadi berita hangat.
Beyazid terisak di dalam mobilnya, dia menangis sejadinya karena apa yang dia lalui, dia berkata, "Apa salahku ya Allah. Aku mennyebutnya di setiap sujudku dan...." Dia kembali terisak, tak cukup kuat dia mengatakan rasa sakitnya.
Dia menjatuhkan kepalanya di setir mobil, dan terus menangis layaknya anak yang kehilangan mainannya. Dia sangat cengeng rupanya, dia menangis di sini, bersedih dengan rasa hampa. Di dalam mobilnya dia tak tahu apa yang akan dia lakukan lagi, selain hanya menangis dan menangis di sini.
Kini, bukan hanya ada satu pengantin saja, melainkan dua pasangan yang ada di gedung yang sama dan bahkan hanya berselang dalam waktu yang sangat singkat. Gita yang tidak ingin melihat pernikahan adiknya dengan Zigit kini berjalan ke arah tempat parkir, mencari mobil milik Beya. Di basement, dia melihat mobil suaminya.
Pria yang sudah menjadi suami sahnya sekarang, dia melihat dari kejauhan dan menatap Beyazid yang terisak dari kejauhan. Kaca mobil Beyazid yang hitam tak menghalangi Gita untuk tetap memandangi suaminya itu. Dia merasa gundah dan bersalah, namun ini adalah satu-satunya yang dia inginkan tentang pernikahan. Jika dia harus menikah, maka dia harus menikah dengan Beyazid. Itu yang menjadi prinsipnya setelah apa yang ia laluinya setelah beberapa bulan ini.
Gita memberanikan dirinya untuk berjalan ke arah mobil milik Beyazid, dan memang dia adalah gadis yang berani. Dia membuka pintu mobil yang tak terkunci itu dan masuk ke dalamnya. Beyazid yang menyadari kedatangan Gita kini mengangkat kepalanya dan menoleh dengan tatapan kebencian yang luar biasa.
Matanya yang basah sangat-sangat nanar memandang Gita.
"Aku minta maaf." Gita memulai perbincangan.
"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Beyazid, dia mengusap air matanya yang membasahi kedua pipinya.
"Jika kau ingin marah, marahlah pada Zigit, jangan padaku. Atau marahlah pada ayahmu, jangan padaku. Atau pada Alya."
Pandangan Gita lurus ke depan, dia tak memandang Beyazid, namun Beyazid memandangnya dengan kesal. Gadis ini terlihat tak memiliki hati, begitu kejam dan sangat tega pada pemuda yang saat ini patah hati.
"Aku tidak akan pernah memaafkan siapapun yang merencanakan ini semua."
"Maka kau tidak juga memaafkan Tuhan?"
Beyazid diam, dia terjebak dengan apa yang dia katakan. Dia berpikir kata apa yang pantas untuk membalas ucapan Gita. Beyazid cukup sensitif jika mengenai tentang Tuhannya. Dia adalah yang paling penurut, tidak pada ayahnya, tapi pada Tuhannya. Dia tidak ingin menyalahkan Tuhan untuk kesalahan dan kejahatan manusia.
"Siapa aku yang memiliki hak untuk memberikan maaf pada Tuhanku? Dan siapa kau yang memiliki hak untuk menyalahkan Tuhan? Kau bahkan tak memiliki hak akan tubuh yang kau jual itu."
Beyazid betul-betul memukul perasaan Gita saat ini. Gita merasakan rasa sakit saat Beyazid mengatakan hal demikian. Dia memang tidak memiliki hak akan tubuh yang selama ini dia jual, dia bahkan begitu naif karena menyalahkan orang lain dan bahkan Tuhannya untuk menutupi rasa bersalahnya.
"Mungkin ini sudah takdirku untuk menikah dengan orang yang bisa memperkenalkan aku dengan Tuhan."
Beyazid terkekeh mendengarnya, dia merasa sangat lucu. Air matanya kini kering dan dia malah terbahak mendengar apa yang dikatakan Gita. Bagaimana tidak, Gita sungguh lucu dengan apa yang dia baru saja katakan.
"Aku yakin, ayah mertuaku sudah memperkenalkan Tuhan padamu sejak lama. Kau sendiri yang buta sejak lahir, sehingga tidak melihatnya."
Beyazid, setelah mengatakan sesuatu yang semakin menyakitkan bagi Gita, dia memilih untuk keluar dari mobil dan melangkah kembali ke gedung. Gita tidak ingin ketinggalan, dia keluar dari mobil, melangkah di belakang Beyazid.
"Kau akan kembali ke pesta?"
"Iya."
"Kenapa?"
"Kau tidak punya hak untuk bertanya."
"Aku sekarang adalah istrimu, Tuan Beyazid Erkan Yavuz!"
Beyazid berhenti, dia berbalik menatap Gita.
"Akan aku talak kau, tenang saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutemu Cinta Dalam Taatmu
عاطفية"Jika dia tidak mencintaiku sekarang, atau hari ini, maka dia akan mencintaiku besok, jika dia tidak mencintaiku besok maka dia akan mencintaiku, lusa. Atau setelah lusa." Gita Arfinjaya Umar Gita Arfinjaya Umar adalah anak sulung dari seorang dekan...