Menjemput Pengantin

952 170 1K
                                    


PUTRA SULUNG ERKAN YAVUS MENIKAH DENGAN KAKAK DARI TUNANGANNYA
BENARKAH PERTUNANGAN BEYAZID ERKAN YAVUS BATAL KARENA PERSELINGKUHANNYA DENGAN CALON KAKAK IPARNYA?
KISAH TENTANG PENGANTIN YANG TERTUKAR
IMPAK PERNIKAHAN TERTUKAR PUTRA-PUTRA ERKAN YAVUS PADA RUMAH SAKITNYA
Berita ada di mana-mana, di koran, di sosial media, banyak artikel yang menuliskan tentang berita pernikahan dan skandal keluarga Yavuz. Bahkan penat kepala Yavus sekeluarga dengan berita-berita ini. Apalagi jika para media tahu soal Alya, sudah pasti akan tercemar nama baik keluarganya.
Tapi syukurlah, Yavus sekeluarga masih bersyukur bahwa sejauh ini, berita-berita itu tidak mempengaruhi rumah sakit keluarga Yavus. Bahkan Erkan Yavuz sendiri yang memberikan penjelasan pada media soal apa yang terjadi.
Saat Erkan Yavus keluar dari gedung rumah sakitnya, pers sudah ada di hadapannya, rekaman suara sudah menantinya, mikrofon, dan pulpen para jurnalis dan reporter sudah menanti dia sejak tadi.
"Apa benar, bahwa putra sulung Anda melakukan perselingkuhan sebelum pernikahan dengan kakak tunangannya?"
"Tuan Yavus, kenapa Beyazid Erkan Yavuz memilih menikah dengan kakak tunagannya?"
"Apa pernikahan ini sudah direncanakan? Tentang pertukaran pengantin?"
Pertanyaan menyerbu Erkan dan dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia sudah dilindungi oleh para satpam dan supir pribadinya, tapi pers tak kunjung pergi.
"Tentang pernikahan putra-putraku itu direncanakan hanya untuk Beyazid dan Lisa. Namun kami salah, aku dan temanku Wahid melakukan kesalahan. Putraku Beyazid ternyata menyukai si kakak dan putraku Zigit menyukai si adik, jadi yang melakukan kesalahan di sini, adalah aku dan temanku Wahid, kami tidak bertanya apa yang diinginkan anak-anak kami, dan itulah yang terjadi kemarin hari. Tidak ada hubungannya dengan perselingkuhan, atau sebuah skandal. Saya rasa itu sudah cukup menjawab pertanyaan kalian." Dia lalu berjalan dengan tegas dan dilindungi oleh satpam rumah sakit dan juga supir pribadinya.
Dia menghindar dari sana dan meninggalkan rumah sakit. Betapa leganya Erkan karena bisa pergi dari pers.
Pers yang mewawancarai Erkan Yavus itu tampil di telivisi, Erkan terlihat di dalam telivisi, dan Pak Wahid beserta istrinya menontonnya.
Apa yang bisa dilakukan sepasang suami istri ini hanya diam, dan tak bisa melakukan apa-apa. Banyak hal yang harus ditangani oleh Pak Wahid di fakultas tempatnya bekerja, namun jauh lebih meletihkan untuk melepas kedua putrinya yang saling berebut pria.
"Lisa dan Gita akan pergi hari ini ke rumah suaminya," kata Bu Hasni, mereka berdua duduk di sofa di hadapan televisi yang tertempel di dinding.
"Aku rasa-rasanya tidak percaya dengan ini, Bu. Bisa-bisanya kedua putriku pergi bersamaan dan meninggalkan ayahnya di sini." Terlihat kesedihan di wajah Pak Wahid.
"Mereka tidak jauh kok, Bi. Mereka juga pasti akan pulang sesekali ke sini."
"Tapi, Bu, masalahnya adalah apakah mereka akan bahagia. Toh Gita dan Lisa menikahi dua bersaudara, dan akan tinggal bersama di waktu yang sama. Apalagi Zigit, dia masih kuliah. Masih anak-anak dan belum bekerja, Bu. Apa dia mampu menjaga anak kita Lisa? Atau Beyazid, dia itu tidak tahu apa-apa tentang Gita. Apa dia akan menerima Gita apa adanya? Atau Gita, apakah dia akan bahagia dengan suaminya?"
Kedua wajah tua itu terlihat murung dan bersedih.
"Beyazid mencintaiku Abi, Ummi."
Suara itu keluar dari mulut Gita, gadis yang selalu memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan papa dan mama itu, kini entah apa yang masuk ke dalam tubuhnya, pada akhirnya dia memanggil ibu dan ayahnya dengan sebutan yang cukup disukai oleh kedua orang tuanya.
"Gita?"
"Kalian tenang saja. Jika dia tidak mencintaiku sekarang, atau hari ini, maka dia akan mencintaiku besok, jika dia tidak mencintaiku besok maka dia akan mencintai aku, lusa. Atau setelah lusa. Kalian tenang saja." Gita berkata dengan getir.
"Kenapa kau melakukan ini, Nak?"
"Aku mencintainya. Aku bertemu dengannya di hotel, dan aku jatuh cinta padanya. Dan dia adalah hakku, aku yang harusnya dijodohkan dengannya sejak awal."
Kedua orang tuanya masih tak terima dengan semuanya, apalagi mengetahuinya bahwa Lisa masih meratapi rasa sakitnya di dalam kamarnya, dengan mata yang bengkak dan harus menikah dengan Zigit, pemuda yang tidak pernah dia akan sangka untuk menjadi suaminya.
"Jadi kakak memang bertemu dengannya, di hotel?" Suara Lisa, dia muncul dengan koper di tangannya. Dia tak berekspresi karena air matanya kering, walau masih terlihat bengkak.
Gita berbalik, dia menatap adiknya dan tak berniat untuk menjawabnya, namun dia harus menjawab apa yang ditanyakan adiknya itu padanya.
"Kami bertemu, namun tidak seperti apa yang kau pikirkan."
"Oh," balas Lisa. Dia kini menatap ayah dan ibunya. Lalu dia berkata, "Abi, Um, aku akan pergi. Suamiku sudah menungguku," lanjutnya.
Kedua orang tuanya bangkit dan berjalan menuju Lisa. Mereka memeluk Lisa dan tak lupa memberi pelukan pada Gita. Air mata diantara keluarga ini terlihat begitu jelas. Dan saat Zigit tiba di rumah keluarga besar Arfinjaya Umar, dia diberitahukan untuk masuk dulu sebelum membawa pengantinnya untuk pergi.
"Di mana suamimu?" tanya sang ayah, pada Lisa.
"Dia kuminta untuk masuk ke sini, Abi. Dia akan tiba."
"Oh di sana dia."
Zigit berjalan dengan santai dan hormat, dia langsung meraih tangan kedua mertuanya dengan penuh hormat.
"Kau jaga anakku baik-baik." Pak Wahid, saat Zigit menyalimi tangannya.
"Aku akan menjaganya, Abi. Aku akan menjaga istriku sama seperti kau menjaganya," balas Zigit. Pak Wahid memandang dengan teduh pemuda itu.
Gita yang berdiri diam dengan kopernya, gelisah dia menunggu pesan dari Beyazid. Kapan Beyazid akan mengiriminya pesan untuk datang.
"Di mana kakak, kamu Nak?" tanya Bu Hasni.
"Dia tidak akan datang menjemput Kak Gita. Jadi dia perintahkan aku untuk datang. Ada banyak pekerjaan di rumah sakit, yang membuatnya tidak bisa datang. Sekalian dengan Lisa, aku akan membawa Gita bersamaku ke rumah," ujar Zigit. Dia memberikan senyum.
Lalu satu kali pelukan lagi, Pak Wahid memberikannya pada Zigit sebelum Zigit dan kedua putri dari Pak Wahid masuk ke dalam mobil.
Maka mesin mobil itu menyala, dan melaju menjauh dari rumah keluarga Pak Wahid. Gita duduk di kursi belakang, dan Lisa duduk di samping suaminya. Di dalam mobil itu sama sekali tidak ada suasana yang hangat selain mobil yang sejuk.
Zigit hanya mengemudi, dan Lisa menatap keluar jendela. Sementara Gita masih menunggu pesan dari Beyazid. Namun pesan itu tidak pernah muncul, bahkan sampai Gita tiba di depan gerbang besar keluarga Yavus.
Gita masih berada di dalam mobil, dan Zigit keluar dari mobil, lalu membukakan pintu mobilnya untuk Lisa dari luar. Gita hanya diam di dalam sana.

Kutemu Cinta Dalam TaatmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang