Interlude: Meet The Past | 1

337 39 11
                                    


"Seokjin hyung dari mana? Hyung sakit?"

Taehyung cepat-cepat bangkit begitu pintu dorm terbuka dan menampakkan Seokjin dengan wajah pucatnya. Pemuda itu melempar senyuman tipis dan berjalan pelan dibantu Taehyung dan seorang lelaki paruh baya—sopir keluarga Seokjin. Mereka mendudukkan Seokjin hati-hati di sebuah sofa kulit hitam, sisi-sisinya nampak mengelupas.

"Tuan Muda Seokjin, apa ada yang perlu saya bantu lagi?" ucap sopir itu yang dijawab dengan gelengan Seokjin.

"Tidak, Park-ahjussi. Terima kasih. Ahjussi boleh pulang, katakan pada eomma kalau aku sudah sampai dorm dengan selamat."

Sopir Seokjin pamit setelah memastikan majikannya baik-baik saja. Taehyung beradu pandang pada sopir Seokjin sesaat, sebelum laki-laki paruh baya itu hilang di balik pintu. Taehyung menggeram. Ada sesuatu yang ingin dipastikannya, tetapi Seokjin lebih penting saat ini.

"Tae, boleh hyung minta air?"

Dengan langkah tergesa Taehyung mengambilkan segelas air hangat untuk diminum Seokjin.

Seokjin menenggak air hangat itu pelan-pelan. Kerongkongannya terasa kering. Ketika air itu mengalir, rasanya sedikit perih, namun dahaganya juga hilang. Ia melirik jam bundar di dinding, sudah menunjukkan angka satu tengah malam. "Maaf sudah membuat kalian khawatir. Apa semua baik-baik saja? Yang lain sudah tidur, ya?"

Beberapa saat Taehyung terdiam, pemuda itu memilih mengambil alih gelas kosong dari tangan Seokjin, lalu beranjak ke dapur. "Apa hyung sudah makan? Tadi Yoongi hyung membuat galbitang—sup iga sapi. Katanya, maaf karena sudah mengolah iga sapi yang dikirimkan ibu Seokjin hyung kemarin tanpa bilang dulu padamu hyung."

Seokjin memperhatikan punggung Taehyung dalam diam. Ia sibuk menelisik gerak-gerik pemuda itu yang sedang menghangatkan galbitang. Taehyung tidak menjawab pertanyaannya, pemuda itu terlihat menghindar dengan menyibukkan diri di dapur. Kedua bahu Taehyung beberapa kali turun karena berulang kali mengembuskan napas panjang.

"Tae, kamu kenapa?" tanya Seokjin sekali lagi. Ia berjalan pelan mendekati Taehyung yang tak juga mengeluarkan suara. Pemuda itu menatap kosong sup iga sapi di atas panci yang mulai mendidih. "Tae?"

"Ya, Hyung?" Taehyung terperanjat ketika tangan Seokjin menepuk pundaknya pelan. Pemuda itu cepat-cepat mematikan kompor, lalu memindahkan galbitang ke sebuah mangkuk putih polos. "Hyung nasinya mau seberapa?"

Seokjin bukannya tidak menyadari Taehyung menghindarinya, tetapi ia juga tidak bisa memaksa. Maka, Seokjin memilih diam dan menerima makanan Taehyung tanpa banyak tanya. Taehyung membuka meja lipat yang ada di pojok ruang tamu, menyusun makanan yang telah dihangatkan, lalu mempersilahkan Seokjin untuk menyantapnya.

"Kamu mau ke mana?" ucap Seokjin menghentikan gerakan Taehyung yang ingin meninggalkannya.

"Aku akan ti—"

"Tidak, Tae. Kamu harus tetap di sini. Hyung masih ingin bertanya."

Taehyung terlihat ragu, namun tetap memenuhi permintaan Seokjin. Pemuda kurus itu duduk di depan Seokjin, tidak berani menatap kakaknya dan terus menunduk. Seokjin tidak ingin cepat-cepat bertanya, ia memberikan Taehyung waktu untuk menyampaikannya sendiri. Meskipun Seokjin sendiri tahu bahwa hilangnya dia setelah latihan tadi sore juga menjadi suatu pertanyaan bagi Taehyung walaupun pemuda itu tidak bertanya apa-apa. Seokjin pergi bukan tanpa alasan, ia hanya tidak sempat mengabari teman-teman di grupnya. Ah, itu nanti saja dibahas.

The LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang