Interlude: Meet The Past | 5

223 26 10
                                    



Guci putih di dalam almari adalah satu-satunya yang menarik di netra Jimin. Di sebelahnya tergeletak pigura cokelat membingkai sebuah foto seorang pemuda dengan senyuman lebar berbentuk kotak. Mendadak Jimin merasa sekujur tubuhnya menggigil kendati raut mukanya tidak menunjukkan ekspresi. Jimin tidak bisa menjabarkan perasaannya hanya dengan satu kata, terlalu rumit dengan ketakutan mendominasi. Otaknya masih mendistorsi segala kejadian malam kemarin, mencoba mengenyahkan fakta bahwa eksistensinya juga berada di tempat yang sama, bahkan menyaksikan langsung bagaimana sebuah mobil menghantam pagar Jembatan Mapo dan menyeret tubuh Taehyung sampai bergelantung pada pembatas yang patah. Wajah Taehyung yang dilumuri darah dan lirih suaranya yang meminta pertolongan masih terngiang-ngiang. Jimin mengepal tangan di sisi celana hitamnya, melampiaskan gemetar yang kian kentara kala menyadari kebodohannya yang justru berlari pergi dari hadapan Taehyung malam itu.

Bagaimana kalau ada yang mengetahuinya?

Jimin ingat malam itu sangat lengang, tidak ada satu pun pejalan kaki yang lewat dan menjadi saksi mata atas pertengkaran yang terjadi di antara dirinya dan Taehyung. Jimin sudah kehilangan akal sehat dan termakan kekalutan, ia tidak dapat berpikir jernih bahkan sekadar untuk menarik tubuh Taehyung agar tidak terjatuh dalam Sungai Han. Jimin benar-benar ketakutan. Seharusnya ia bertanggung jawab atau paling tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Taehyung, tapi sampai proses kremasi Taehyung usai, bibirnya tetap bungkam dan tidak mengeluarkan satu pun kata. Jimin justru terus berdalih, membuat kebohongan itu menumpuk dalam dirinya sendiri: kecelakaan yang merenggut nyawa Taehyung bukan kesalahannya. Naif. Mereka memang bertengkar, tetapi dalam keadaan emosi, bisakah otak berpikir dengan semestinya? Jimin pun tidak menyangka pembelaan dirinya ketika Taehyung menyudutkannya berakhir menjemput ajal. Ia bahkan tidak menyadari presensi mobil yang melaju begitu kencangnya.

Yang Jimin lakukan tidak salah, kan? Ia hanya berusaha melepaskan diri dari Taehyung yang ingin membuatnya kian babak belur. Apa Jimin masih harus bertanggung jawab?

Frustasi. Jimin bahkan linglung dengan apa yang seharusnya ia perbuat. Mengingatnya saja sulit, apalagi harus menceritakan dari bibir sendiri. Pemuda itu memikirkan banyak konsekuensi yang akan ia terima dan kala konsekuensi itu menyangkut keluarganya, maka Jimin akan memilih bungkam selamanya.

Hatinya kian teremas kala nama Syaira hadir dalam ingatan. Di malam yang sama, pujaan hatinya mengembuskan napas terakhir, bahkan Jimin tidak memiliki kesempatan untuk melihatnya. Pemuda itu justru sibuk meringkuk dalam kasurnya, mati-matian mengenyahkan bayangan wajah Taehyung, dan berkata terus menerus bahwa ia tidak bersalah hingga pagi. Semuanya sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur, dan Jimin tidak mungkin dapat mengembalikan abu dalam guci menjadi seorang Taehyung yang utuh. Perasaan bersalah dan penolakan dari penyudutan rasa bersalah Jimin datang silih berganti.

"Anak baru itu, maksudku Jungkook... bagaimana keadaannya?"

Detak jantung Jimin berubah menjadi cepat, ia bahkan merasa kesulitan menarik napas ketika samar-samar mendengar suara Namjoon di luar ruangan. Ada sebuah nama asing yang masuk ke rungunya.

"Aku tidak bisa menjanjikan apa pun. Keluarganya mengabarkan keadaannya buruk, bahkan belum sadarkan diri sampai sekarang. Mobil itu benar-benar jatuh menimpa Taehyung, masuk ke dalam Sungai Han, dan Jungkook ada di dalamnya. Aku sangat menyayangkan kejadian ini."

Satu kenyataan pahit yang membuat laju napasnya kian terpangkas. Sebuah ingatan tiba-tiba merangsek memasuki memorinya. Jimin menangkap presensi lain di dalam mobil, seorang anak laki-laki yang merintih kesakitan, dan meminta pertolongan padanya. Nyatanya, malam itu bukan hanya Taehyung yang menggantungkan hidup padanya, namun Jungkook, anak baru yang tidak Jimin sangka adalah anak lelaki yang terlibat dalam kecelakaan.

The LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang