Interlude: Meet The Past | 3

251 31 26
                                    





Subuh itu menjadi sebuah petaka bagi Yoongi. Ia terbangun setelah merasakan getaran ponselnya yang tanpa henti, lalu menyadari dirinya tertidur nyenyak di kamar Seokjin. Pemuda itu memang sengaja menunggu kakak tertuanya setelah membuat gempar seisi dorm karena tidak menemukan presensi Seokjin di manapun. Kernyitan di dahinya tampak dalam setelah mendapati nama kakak kandungnya, Syaira, tertera di layar ponsel. Hampir enam kali miscall dan Yoongi tidak menyadarinya. Tubuhnya teramat lelah setelah latihan, mungkin itu sebabnya ia tidur lelap.

Panggilan itu kembali menarik kesadarannya. Hatinya mulai bergemuruh tidak tenang ketika ibu jarinya menggeser ikon hijau pada ponselnya. Otaknya mencoba mencerna suara yang terdengar dari seberang telepon. Asing, tidak seperti Syaira yang dikenalnya. Lalu, kalimat-kalimat yang terlontar seperti mencekik Yoongi. Napasnya memburu, wajahnya memerah dan ada genangan air mata menumpuk cepat di pelupuknya.

Seseorang yang meneleponnya mengabarkan Syaira dalam keadaan kritis sehabis menjatuhkan dirinya ke Sungai Han. Ketika nama Jimin disebut-sebut sebagai sosok yang membawa Syaira ke rumah sakit, darah Yoongi sontak mendidih. Yoongi tidak buta ketika suatu hari, Syaira memberikannya petuah untuk menjaga Jimin, untuk menganggap lelaki yang lebih muda darinya itu sebagai adik. Syaira adalah kakaknya yang rela melakukan apa pun demi Yoongi, termasuk membelanya di hadapan orang tua mereka ketika Yoongi bersikeras meraih cita-citanya menjadi rapper. Kasih sayang Yoongi pada Syaira sungguh besar, pemuda itu tak sampai hati untuk menuntut kakaknya agar tidak berhubungan dengan Jimin setelah tahu Syaira dan Jimin memiliki hubungan yang lebih dari sekadar perhatian kakak ke adiknya. Tapi, bukan berarti Yoongi lantas mau melakukan semua yang diminta Syaira, termasuk berbaik hati pada Jimin yang selalu menatapnya dingin. Jimin beku, tetapi Yoongi bisa membekukan dirinya lebih daripada Jimin. Ia tidak suka bagaimana Jimin bersikap dan ketidaksukaannya itu terlihat jelas.

Walaupun Yoongi akan didebutkan sebagai rapper dalam sebuah grup, ia tidak merasa keberatan. Menghabiskan hari dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama dengannya terdengar menyenangkan, meskipun secara pribadi Yoongi bukanlah orang yang senang berbasa-basi atau menyibukkan dirinya dalam keramaian. Bayang-bayang itu rasanya sirna setelah mengenal Jimin. Pemuda itu seolah selalu membuat persaingan ketat dengan dirinya dalam hal rap. Untungnya ada Taehyung yang mampu membuat hari Yoongi tidak terlalu suram, walaupun pemuda yang memiliki senyum kotak itu sering juga merasa emosi pada tingkah Jimin.

Dari hari pertama, Jimin sudah terlihat ingin mendebutkan dirinya sendiri. Harus Yoongi akui bahwa Jimin baik dalam segala hal yang dibutuhkan seorang idol; menyanyi, menari, bahkan rap pemuda itu tidak terlalu buruk. Tetapi, Yoongi juga mengerti mengapa trainee seperti Jimin belum juga masuk ke dalam daftar orang yang ingin didebutkan oleh Bang PD; Jimin belum memiliki ciri khasnya, ia terlalu sibuk membuatnya terlihat berbakat di dalam segala bidang, lupa kalau fokus di dalam satu hal juga diperlukan. Jangan lupa sikap bersosialisasi yang baik adalah kunci suksesnya dan menurut Yoongi, Jimin memiliki masalah dalam hal itu. Menghargai pendapat orang menjadi sesuatu yang sulit diterima Jimin. Walaupun Yoongi belum pernah membuka suaranya untuk memberi Jimin nasihat, hanya dengan melihat bagaimana cara Jimin merespon Seokjin sebagai anggota tertua di grup pun membuat Yoongi kesal bukan kepalang. Kalau sudah begitu, Yoongi akan tersulut juga, lalu anggota lainnya akan sibuk menenangkan Yoongi yang hampir melayangkan tinjunya.

Sekarang, ketika mendapatkan kabar buruk Syaira dan mendapati wajah Jimin dengan keadaan basah membuatnya meledak-ledak.

"Berengsek! Apa yang kamu lakukan pada Syaira?! Bedebah! Lepaskan aku!"

The LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang