(15). Kejadian Malam Itu

357 49 0
                                    

Maafkan jika ada typo:v
Happy reading

***

Soobin masih setia menatap orang di hadapannya. Orang yang tengah sibuk dengan benda pipih miliknya itu. Tidak sadarkah jika dirinya ada di hadapan orang itu? Apa dia tak melihat Soobin ada di hadapannya?

Soobin yang merasa diacuhkan merasa sedikit geram. Dengan gemas, Soobin mengambil benda pipih yang dipegang Mira dengan cepat.

"Soobin! Kembalikan!!" Mira mencoba mengambil kembali benda miliknya yang diambil Soobin, namun dengan cekatan Soobin bisa mencegah dan membaca apa yang sedari tadi membuat Mira sibuk sendiri.

Begitu melihatnya, Soobin memfokuskan matanya pada sebuah artikel di situ. Ia membacanya sekilas, ternyata itu artikel tentang pembunuhan, bukan pembunuhan lebih tepatnya orang yang mati karena bunuh diri.

Tunggu dulu, bunuh diri?

Soobin terdiam sebentar, dikesempatan inilah Mira berhasil merebut kembali handphonenya dari tangan Soobin. Mira kembali memainkan handphonenya dan menikmati minuman yang sudah dipesan.

Berbeda dengan Soobin sekarang. Dia terdiam dan memikirkan tentang artikel itu. Sebenarnya apa yang Soobin baca di artikel itu ia tahu dan.... Ia ada di sana saat kejadian itu.

Suasana terasa begitu dingin. Angin malam yang berhembus menusuk ke dalam kulit, merasakan suhu dinginnya. Tempat sekarang berada adalah tempat yang tinggi dari daratan. Tempat di mana orang bisa melihat bulan dan bintang lebih dekat.

Sekarang Soobin berada di rooftop salah satu apartement. Dia tak sendiri di sini, ada seorang wanita yang tengah berdiri sembari merunduk menatap lantai rooftop apartement. Wanita yang dijumpainya beberapa menit lalu di tempat club. Yang bernama Meira.

Soobin yang sedari tadi berdiri di belakang Meira perlahan berjalan mendekati. Sampai Soobin berhenti di samping wanita itu.

Meira masih merunduk sedaritadi, entah apa yang dia pikirkan sekarang. Soobin bertanya memecah keheningan.

"Kau sangat depresi?"

"Hidupku sudah tak lama lagi, dan perlahan mulai hancur" Meira berkata demikian

Beberapa kali ia mengatakan seperti itu. Sudah lebih dari sepuluh kali mungkin, ia terus menerus berkata seperti itu. Seakan tak ada pembicaraan lain selain hal tersebut.

"Coba kau lihat ke atas, apa kau tak melihat keindahannya" Ujar Soobin

Meira perlahan mengangkat kepalanya. Menatap langit malam, menatap deretan bintang yang berkerlap-kerlip dan bulan yang menemani bersama dengan bintang.

Meira cukup lama memperhatikan langit yang indah itu, tapi tak berselang lama dia kembali merundukan kepalanya.

"Langit malam memang indah, tapi kehidupanku tak seindah langit malam itu" Ucap Meira yang masih tertunduk.

Soobin diam saja, memdengarkan apa yang selanjutnya Meira ingin katakan.

"Apa lagi yang harus aku pertahankan? Hidupku sudah hancur? Kebahagiankupun sama hancurnya." Lanjut Meira.

My Beloved Psychopath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang