27

1.8K 168 25
                                    

Masih dihari yang sama, tempat yang sama dan suasana yang sama. Jisoo bahkan masih setia berdiri di depan pintu seperti patung selamat datang.

Pikirannya bercampur jadi satu hingga ia tak tahu sebetulnya apa yang sedang ia pikirkan. Jadi ia harus masuk atau tidak? Jika ia masuk artinya ia harus menjaga pria itu, sedangkan... ia baru saja ingat pria itu bahkan sudah memiliki kekasih sekarang! Heol! Jisoo lupa akan satu hal itu!

Ia menyesali ucapannya yang menyetujui permintaan Jungkook, tapi disatu sisi ia senang karena membuat adiknya, Lisa, itu bahagia. Tapi bagaimana dengan dirinya sekarang?

Jika ia tak masuk... mungkin itu lebih baik kan? Ia hanya akan menunggu di sofa depan, membuka sedikit pintu kamar Namjoon supaya ia bisa memantau Namjoon dari jauh, ide yang bagus bukan? Jadi ia tak perlu dekat-dekat dengan Namjoon yang notabenenya sudah menjadi kekasih orang lain.

Tapi sepertinya idenya tidak sebaik itu, nyatanya suara yang ditimbulkan dari dalam kamar membuat Jisoo terkejut dan menjadi kalang kabut, belum selesai dengan pemikirannya sekarang ia harus cepat-cepat masuk untuk melihat keadaan pria itu.

Jisoo membuka pintu itu dengan sedikit tergesa dan langsung menaruh pandangannya pada kasur putih dengan selimut yang berantakan diatasnya bahkan sebagia selimut itu terjatuh kelantai, pria itu tidak ada diatas kasurnya. Jisoo menolehkan pandangannya pada kamar mandi yang pintunya terbuka, suara gemercik air keran terdengar dari dalam sana.

Jisoo menghela nafasnya, ia mengambil jepit rambut yang ia taruh di tali tasnya, dan mengikat rambutnya sambil jalan mendekati kamar mandi yang sebelumnya tak lupa menaruh tas selempangannya di single sofa yang ada dikamar itu.

Jisoo terkejut saat melihat Namjoon keluar dari kamar mandi, wanita itu sigap bergeser dari hadapan Namjoon, dahinya berkerut melihat keadaan Namjoon yang kacau, keringat yang membasahi pakaiannya, rambutnya lepek, wajahnya pucat, matanya yang masih terpejam dengan kerutan didahinya, serta beberapa ringisan yang keluar dari bibir pria itu karena rasa pusing yang menguasai kepalanya. Sakit sekali kelihatannya.

Tangan Jisoo otomatis memegangi lengan Namjoon yang akan limbung jatuh kesamping, untung saja Jisoo bergerak cepat jika tidak mungkin Namjoon akan terjatuh dan terbentur ujung meja kayu disebelahnya. Rrrr mengerikan.

Jisoo memapah tubuh lemah Namjoon tanpa mengeluarkan sepatah katapun, ia menidurkan kembali tubuh rapuh Namjoon dengan sangat hati-hati. Sepanjang hidupnya baru pertama kali ini Jisoo melihat Namjoon sekacau sekarang, bahkan saat mereka dulu masih berstatus pacar, Jisoo tak pernah melihat Namjoon selemah ini, seperti bukan Namjoon bahkan dirinya hampir tak percaya.

"Jam berapa sekarang?"
Gumam Jisoo sambil menoleh mencari jam dinding, netranya mengerjap memperjelas pengelihatannya pada jam dinding yang angkanya itu tak terlalu kelihatan karena suasana kamar yang remang.

Pukul setengah 8 malam, ini sudah lewat dari jam makan malam, dan Namjoon juga seharusnya sudah minum obat. Tanpa berpikir panjang Jisoo melangkahkan kakinya menuju dapur untuk memanaskan bubur sesuai perintah Jungkook.

Sesampainya di dapur tangan mungil Jisoo gesit berpindah dari penutup panci, kemangkok, kekompor, kesendok, kepanci, kekeran. Tangannya lihai seakan-akan ia terbiasa melakukan hal ini.

.

.

.

.

.

.

.

"Ayo cepat makan!"
Jisoo menyendokkan bubur itu kedepan mulut pria yang masih saja mematung menatap dirinya, matanya bahkan masih mengerjap-ngerjap bingung.
"Kenapa kau melihatku seperti itu? Cepat makan!"

Our Love || Namjoon × Jisoo || NAMSOO✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang